Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku Think Like A Freak oleh Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner.
Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.
Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.
Selamat membaca.
Chandra Natadipurba
===
THINK LIKE A FREAK: Karya Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner Diterjemahkan dari Think Like a Freak, terbitan William Morrow Paperbacks, HarperCollins Publisher
Cetakan ke-I, Januari 2016
BAB I Apa Maksud Berpikir Seperti Orang Aneh?
(hlm. 6)
Ingat apa kata data: penjaga gawang melompat ke kiri 57% dan ke kanan 41%—itu berarti mereka tetap di tengah-tengah hanya 2 kali dari 100 kali.
Oke, kami kebetulan baru mendapatkannya: tendangan ke tengah gawang, walaupun tampaknya berisiko, tujuh persen lebih mungkin berhasil daripada tendangan ke sudut gawang.
(hlm. 7)
Meskipun tendangan penalti ke arah pusat gawang secara signifikan lebih mungkin berhasil, hanya 17% dari tendangan yang diarahkan ke sana. Mengapa sedikit sekali?
Ada alasan ketiga dan penting mengapa lebih banyak penendang tidak membidik ke tengah gawang, terutama dalam situasi penuh pertaruhan seperti Piala Dunia. Namun, tidak ada pemain sepak bola waras yang mau mengakuinya: rasa takut malu.
(hlm. 8)
Jika Anda mengikuti intensif egois ini—melindungi reputasi Anda sendiri dengan tidak melakukan sesuatu yang berpotensi bodoh—Anda akan lebih cenderung menendang ke arah sudut gawang.
Jika ditanya bagaimana kita akan bertindak dalam situasi yang membenturkan kepentingan pribadi dengan kebaikan yang lebih besar, kebanyakan dari kita tidak mau mengakui bila memilih kepentingan pribadi.
(hlm. 9)
Bagaimana Anda bisa membuat semua orang bergerak ke arah yang sama ketika mereka semua bergerak ke arah diri mereka sendiri?
Insentif adalah landasan dari kehidupan modern.
(hlm. 11)
Mengetahui apa yang harus diukur, dan cara mengukurnya, dapat membuat kerumitan dunia berkurang.
Kearifan konvensional sering kali salah.
Korelasi tidak sama dengan kausalitas.
Data menunjukkan bahwa orang yang bahagia lebih mungkin untuk menikah. Sebagaimana penjelasan tak terlupakan dari seorang peneliti, “Jika Anda pemarah, siapa yang mau menikahi Anda?”
Ia lebih bergantung pada data, daripada firasat atau ideologi, untuk memahami bagaimana cara kerja dunia, untuk mempelajari bagaimana insentif berhasil (atau gagal), bagaimana sumber daya dialokasikan, dan kendala-kendala apa yang mencegah orang-orang mendapat sumber daya tersebut, entah itu konkret (seperti makanan dan transportasi) ataukah lebih aspiratif (seperti pendidikan dan cinta).
(hlm. 12)
Salah satu alasannya, sangat mudah untuk membiarkan prasangka Anda—politis, intelektual, atau lainnya—mewarnai pandangan dunia Anda. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang paling cerdas sekalipun cenderung mencari bukti yang mengonfirmasi apa yang sudah mereka pikirkan, alih-alih informasi baru yang akan memberi mereka pandangan yang lebih kukuh terhadap realitas.
Bergerak bersama kelompok juga sangat menggoda.
(hlm. 13)
Kapan terakhir kali Anda duduk selama 1 jam untuk benar-benar berpikir?
“Beberapa orang berpikir lebih dari dua atau tiga kali setahun,” kabarnya Shaw berkata demikian. “Saya telah meraih reputasi internasional untuk diri saya sendiri dengan berpikir sekali atau dua kali seminggu.”
(hlm. 15)
Satu hal yang telah kami pelajari adalah bahwa ketika orang-orang, terutama para politisi, mulai membuat keputusan berdasarkan pembacaan atas kompas moral mereka, fakta-fakta cenderung akan menjadi salah satu korban pertama. Kami menanyakan kepada sang Menteri apa yang dia maksud dengan “kewajiban moral”.
Selagi kami mengobrol, jelas seketika mengapa dia digadang-gadang menjadi perdana menteri berikutnya. Segala hal tentangnya memancarkan kompetensi dan kepercayaan diri. Dia kelihatan persis sejenis orang yang dibayangkan oleh para dekan di Eton dan Oxford sewaktu mereka pertama kali menangani anak itu.
(hlm. 16)
Meskipun kami tidak mengetahuinya pada waktu itu, pengabdian Cameron pada NHS sebagian berdasarkan pengalaman pribadi yang mendalam. Putra sulungnya, Ivan, lahir dengan kelainan neurologis langka yang disebut sindrom Ohtahara. Kelainan itu ditandai dengan kejang-kejang hebat yang sering terjadi. Akibatnya, keluarga Cameron menjadi akrab sekali dengan para perawat, dokter, ambulans, dan rumah sakit NHS.
(hlm. 17)
Apa yang salah dengan itu? Ketika orang-orang tidak membayar biaya sebenarnya dari sesuatu, mereka cenderung mengonsumsinya dengan tidak efisien.
(hlm. 19)
Misalnya, bagaimana jika setiap warga Inggris juga berhak mendapatkan pasokan gratis, tanpa batas, dan seumur hidup transportasi?
Memperbaiki masalah besar seperti biaya perawatan kesehatan yang tak terkendali kira-kira seribu kali lebih sulit daripada, katakanlah, mencari tahu cara melakukan tendangan penalti.
BAB II Tiga Kata yang Paling Sulit Diucapkan
(hlm. 23)
Tentu saja ada berbagai tingkat dan kategori pengetahuan. Di puncak hierarki ini adalah apa yang bisa disebut “fakta yang diketahui”, hal-hal yang dapat diverifikasi secara ilmiah. (Sebagaimana Daniel Patrick Moynihan terkenal dengan mengatakan: “Semua orang berhak atas pendapat mereka sendiri, tetapi tidak atas fakta mereka sendiri.”) Jika Anda berkeras bahwa susunan kimia air adalah HO₂ bukan H₂O, Anda pada akhirnya akan terbukti salah.
Kemudian, ada “keyakinan”, hal-hal yang kita anggap benar, tetapi yang mungkin tidak dapat diverifikasi dengan mudah. Dalam topik-topik semacam itu, ada lebih banyak ruang untuk ketidaksepakatan. Misalnya: apakah setan benar-benar ada?
(hlm. 24)
Hanya 20% orang Indonesia yang percaya bahwa orang-orang Arab melakukan serangan 9/11, serta 11% orang Kuwait, dan 4% orang Pakistan yang memercayainya.
Dunia juga penuh dengan “pengusaha kesalahan”, sebagaimana sebutan ekonom Edward Glaeser terhadap mereka, para pemimpin politik, agama, dan bisnis yang “memasok keyakinan bila hal itu akan meningkatkan keuntungan atau politik mereka sendiri”.
(hlm. 27)
Sewaktu diminta menyebutkan sifat dari seseorang yang sangat buruk dalam memprediksi, Tetlock hanya perlu satu kata. “Dogmatisme,” katanya. Yaitu, suatu keyakinan tak tergoyahkan bahwa mereka tahu sesuatu itu benar, walaupun mereka tidak tahu.
(hlm. 30)
“Meskipun menghabiskan lebih banyak waktu dengan diri sendiri daripada dengan orang lain, orang sering kali memiliki wawasan yang sangat sedikit tentang keterampilan dan kemampuan mereka.”
Hanya karena Anda hebat dalam suatu hal bukan berarti Anda bagus dalam segala hal. Sayangnya, fakta ini sering diabaikan oleh mereka yang terlibat dalam—ambil napas dalam-dalam—ultracrepidarianisme, atau “kebiasaan memberikan pendapat dan saran dalam hal-hal di luar pengetahuan atau kompetensi seseorang”.
(hlm. 33)
Melindungi reputasi kita sendiri ketimbang mengedepankan kebaikan bersama.
(hlm. 34)
Ketika prediksi buruk tidak mendapat hukuman, insentif apa yang ada untuk menghentikannya?
Namun, bila menyangkut pemecahan masalah, salah satu cara terbaik untuk memulai adalah dengan menanggalkan kompas moral Anda.
(hlm. 35)
Berabad-abad lalu, para pelaut yang bergantung pada kompas kapal mendapati alat itu kadang-kadang memberikan pembacaan tidak menentu yang membuat mereka keluar dari jalur pelayaran. Mengapa? Meningkatkan penggunaan logam pada kapal—paku besi dan perangkat keras, perkakas pelaut, dan bahkan gesper dan kancing mereka—mengacaukan pembacaan magnetik kompas.
(hlm. 36)
Apakah semua penelitian ini membuat Lester menemukan semacam teori besar pemersatu tentang bunuh diri? Hampir tidak. Sejauh ini, dia punya satu gagasan menarik. Gagasan itu adalah apa yang bisa disebut sebagai teori bunuh diri “tidak ada yang bisa disalahkan”.
(hlm. 38)
Kunci untuk belajar adalah umpan balik. Hampir mustahil untuk mempelajari apa pun tanpa hal itu.
(hlm. 39)
Pemungutan suara mungkin salah satu umpan balik paling buruk yang ada, tetapi itu tetap saja sebuah umpan balik.
(hlm. 40)
Bagaimana jika, kata kami, perusahaan menjalankan sebuah eksperimen untuk mencari tahu? Dalam ilmu pengetahuan, uji kontrol acak telah menjadi aturan standar pembelajaran selama ratusan tahun—tetapi mengapa para ilmuwan itu mau bersenang-senang?
(hlm. 41)
Penghentian iklan tidak memengaruhi penjualan di Pittsburgh sama sekali!
(hlm. 43)
Sampai hari ini, setiap hari Minggu di setiap pasar, perusahaan ini masih membeli iklan koran—walaupun satu-satunya umpan balik sungguhan yang pernah mereka dapatkan adalah bahwa iklan-iklan itu tidak berguna.
Keajaiban dari eksperimen yang baik adalah bahwa dengan satu potongan sederhana, Anda dapat menghilangkan semua kompleksitas yang menyulitkan dan langsung melihat dengan jelas apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak.
Dalam pengalaman kami, banyak lembaga terbiasa membuat keputusan berdasarkan perpaduan yang suram antara naluri, kompas moral, dan apa pun yang dilakukan pembuat keputusan sebelumnya.
Alasan kedua adalah kurangnya keahlian: walaupun tidak sulit untuk melakukan sebuah eksperimen sederhana, kebanyakan orang tidak pernah diajari melakukannya dan oleh karenanya mungkin mereka terintimidasi.
(hlm. 45)
Eksperimen-eksperimen laboratorium tak ternilai harganya dalam ilmu-ilmu pasti, sebagian karena atom-atom dan sel-sel tidak mengubah perilaku mereka saat sedang diamati; tetapi manusia melakukannya.
Cara yang lebih baik untuk mendapatkan umpan balik yang baik adalah menjalankan sebuah eksperimen lapangan—yaitu, alih-alih mencoba meniru dunia nyata di sebuah laboratorium, terapkan pola pikir laboratorium ke dunia nyata.
(hlm. 47)
Hasilnya? Rata-rata, keempat tempat anggur itu menerima peringkat yang hampir sama—yaitu, anggur murah itu terasa senikmat anggur mahal.
BAB III Apa Masalah Anda?
(hlm. 55)
Selain itu, di beberapa negara—Finlandia, Singapura, dan Korea Selatan, misalnya—calon guru direkrut dari mahasiswa terbaik perguruan tinggi, sedangkan guru di Amerika Serikat cenderung berasal dari peringkat tengah ke bawah di kelasnya. Jadi, mungkin masuk akal bahwa setiap pembicaraan tentang reformasi sekolah harus fokus pada kemampuan guru.
Namun, banyak sekali bukti baru yang menunjukkan bahwa kemampuan guru hanya sedikit berpengaruh pada prestasi siswa daripada serangkaian faktor lain yang sama sekali berbeda; yakni seberapa banyak anak-anak belajar dari orangtua mereka, seberapa keras mereka belajar di rumah, dan apakah orangtua telah menanamkan semangat pendidikan.
Namun, ketika orang-orang serius membicarakan tentang reformasi pendidikan, mereka jarang membicarakan tentang peranan keluarga dalam mempersiapkan keberhasilan anak-anak.
(hlm. 56)
Dalam masyarakat kita, jika seseorang ingin menjadi penata rambut atau petinju atau pemburu—atau guru sekolah—mereka harus dididik dan mendapatkan izin dari sebuah lembaga negara.
(hlm. 62)
Kobayashi penasaran apakah mungkin ada cara yang lebih baik lagi.
(hlm. 63)
Manuver ini nantinya dikenal sebagai Metode Sulaiman, sesuai Raja Sulaiman dalam Alkitab, yang menyelesaikan perselisihan dua orang ibu dengan mengancam akan memotong seorang bayi menjadi dua (lebih lanjut soal ini ada di Bab 7).
Kobayashi kini mempertanyakan praktik konvensional yang lain: makan hot dog dan roti bersamaan.
Dia menemukan bahwa mengunyah daging hot dog dan roti bersamaan menciptakan konflik kepadatan.
(hlm. 64)
Dia bereksperimen dengan suhu air dan menemukan bahwa air hangatlah yang terbaik, karena bisa mengendurkan otot pengunyahan. Dia juga mencampur air dengan minyak sayur, yang tampaknya bisa membantu menelan.
Eksperimennya tak ada habisnya. Dia merekam sesi-sesi latihannya dan mencatat semua data dalam sebuah tabel, mencari inefisiensi dan milidetik yang hilang. Dia ber eksperimen dengan kecepatan: Apakah lebih baik bila berusaha keras selama 4 menit pertama, melambat selama 4 menit pertengahan, dan “lari cepat” menjelang akhir—atau mempertahankan kecepatan stabil sepanjang waktu? (Awalan yang cepat, dia menemukan, adalah yang terbaik.) Dia juga menemukan bahwa banyak tidur sangatlah penting. Begitu pula latihan beban: otot-otot yang kuat berguna dalam mengunyah dan membantu menahan dorongan ingin muntah. Dia juga menemukan bahwa dia bisa membuat lebih banyak ruang di perutnya dengan melompat dan menggeliat-geliat sambil makan—sebuah tarian aneh dan liar yang kemudian dikenal sebagai Goyang Kobayashi.
Sama pentingnya dengan taktik yang dia ambil adalah taktik yang dia tolak. Tidak seperti para pemakan saingannya, dia tidak pernah berlatih di restoran-makan-sepuasnya.
(hlm. 66)
Yang pertama adalah tentang pemecahan masalah secara umum. Kobayashi mendefinisikan ulang masalah yang dia coba pecahkan.
Bagaimana cara saya makan lebih banyak hot dog? Kobayashi mengajukan pertanyaan yang berbeda: Bagaimana cara saya membuat hot dog lebih mudah dimakan?
(hlm. 68)
Berapa banyak? Yah, sudah lama aku tidak melakukannya, kata Anda dalam hati, biar aku mulai dengan 10 kali. Anda pun melakukannya. Kapan Anda mulai lelah secara mental dan fisik? Mungkin sekitar push-up ke-7 atau ke-8.
BAB IV Kebenaran Ada di dalam Akar
(hlm. 70)
Butuh seorang pemikir sejati untuk melihat masalah yang sudah dilihat orang lain dan menemukan jalur pemecahan baru.
Berpikir seperti Orang Aneh berarti Anda harus bekerja sangat keras untuk mengidentifikasi dan memecahkan akar penyebab masalah.
(hlm. 71)
Karena kemiskinan adalah gejala—dari ketiadaan perekonomian yang fisibel dan dibangun di atas lembaga-lembaga politik, sosial, dan hukum yang kredibel. Sulit untuk memperbaiki hal itu bahkan dengan pesawat-pesawat penuh uang.
(hlm. 75)
Jadi, apa akar penyebabnya? Cuma ini: terlalu banyak anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk sehingga menuntun mereka pada kejahatan.
Namun, jika Anda ingin melakukan pembicaraan yang bermakna tentang kejahatan, masuk akal bila memulainya dengan membicarakan tentang manfaat orangtua yang baik dan penuh kasih sayang yang memberi anak-anak mereka kesempatan untuk menjalani kehidupan yang aman dan produktif.
(hlm. 76)
Langkah berani Luther mengawali Reformasi Protestan. Jerman pada waktu itu terdiri atas seribu lebih wilayah independen, masing-masing diperintah oleh pangeran atau adipati. Beberapa orang ini mengikuti Luther dan menganut Protestanisme; yang lain tetap setia pada Gereja. Perpecahan ini berlangsung selama beberapa dekade di seluruh Eropa, sering kali disertai pertumpahan darah. Pada 1555, sebuah penyelesaian sementara tercapai, Perjanjian Damai Augsburg, yang membebaskan setiap pangeran Jerman memilih agama yang akan dipraktikkan di wilayahnya. Selain itu, jika sebuah keluarga Katolik tinggal di wilayah yang pangerannya memilih Protestanisme, Perjanjian Damai tersebut memungkinkan mereka untuk bebas pindah ke wilayah Katolik, dan sebaliknya.
Percepat sekitar 460 tahun menuju hari ini. Seorang ekonom muda bernama Jörg Spenkuch menemukan bahwa jika dia meletakkan peta modern Jerman di atas peta Jerman abad ke-16, dia bisa melihat bahwa jahitan perca agama itu tetap utuh. Wilayah Protestan lama sebagian besar tetap Protestan, sementara wilayah Katolik lama sebagian besar tetap Katolik (kecuali untuk bekas Jerman Timur, yang banyak dikuasai ateisme selama periode Komunis). Pilihan yang diambil para pangeran berabad-abad lalu masih tetap berpengaruh hingga kini.
(hlm. 77)
Orang-orang yang tinggal di wilayah Protestan mendapatkan lebih banyak uang daripada orang-orang di wilayah Katolik. Tidak lebih banyak—sekitar 1%—tetapi perbedaannya jelas. Jika pangeran di wilayah Anda berpihak pada Katolik, Anda kemungkinan lebih miskin pada hari ini daripada jika dia telah mengikuti Martin Luther.
Hanya satu faktor yang bisa: agama itu sendiri.
Dia mengidentifikasi tiga faktor:
- Orang-orang Protestan cenderung bekerja beberapa jam lebih lama per minggu daripada orang-orang Katolik.
- Orang-orang Protestan lebih mungkin menjadi pengusaha daripada orang-orang Katolik.
- Wanita Protestan lebih mungkin bekerja purnawaktu daripada wanita Katolik.
(hlm. 78)
Tampak bahwa Jörg Spenkuch menemukan bukti nyata dari etos kerja Protestan. Itu adalah teori yang diajukan pada awal 1900-an oleh sosiolog Jerman, Max Weber, yang berpendapat karena orang-orang Protestan menganut gagasan duniawi kerja keras sebagai bagian dari misi ilahi mereka.
BAB V Berpikir seperti Anak-anak
(hlm. 95)
Memang, memilah ide yang buruk dari yang bagus tidaklah mudah. (Salah satu trik yang berguna bagi kami adalah periode pengendapan. Ide hampir selalu tampak cemerlang saat dimunculkan. Jadi, jangan pernah kita bertindak berdasarkan ide baru itu setidaknya selama 24 jam. Luar biasa betapa buruknya beberapa ide setelah hanya satu hari.)
Berpikir seperti Orang Aneh berarti berpikir kecil, tidak besar. Mengapa? Untuk awalan, setiap masalah besar sudah dipikirkan tanpa henti oleh orang-orang yang jauh lebih pintar daripada kita.
(hlm. 96)
“Menjelaskan seluruh alam semesta adalah tugas yang terlalu sulit untuk manusia mana pun atau bahkan satu zaman kapan pun,” tulisnya. “Jauh lebih baik melakukan sedikit hal dengan pasti dan membiarkan sisanya untuk orang lain yang datang setelahnya daripada menjelaskan segalanya dengan dugaan tanpa memastikan apa pun.”
(hlm. 98)
Dari kira-kira 2.500 siswa kelas 4, 5, dan 6 yang membutuhkan kacamata, hanya 59 siswa yang memakainya.
Bagaimana jadinya siswa berkacamata baru tersebut? Setelah memakai kacamata selama setahun, nilai ujian mereka menunjukkan mereka telah belajar 25% sampai 50% lebih dari rekan-rekan mereka yang tidak diperbaiki. Berkat sepasang kacamata 15 dolar!
(hlm. 100)
Memulai dari ketidak tahuan sepenuhnya, kami mengajukan pertanyaan yang tidak akan pernah mau diajukan orang dalam.
(hlm. 101)
Seperti yang suka dikatakan Albert Einstein, segala sesuatu harus dibuat sesederhana mungkin, tetapi tidak lebih sederhana.
(hlm. 102)
Marshall memandang tubuh manusia lebih sebagai sebuah mesin—sebuah mesin yang menakjubkan, pastinya—yang beroperasi dengan prinsip-prinsip dasar teknik, kimia, dan fisika.
(hlm. 103)
Orang-orang yang terlibat tampaknya bersenang-senang sambil belajar.
(hlm. 104)
Ketimbang mengabaikan dorongan untuk bersenang-senang, mengapa tidak memanfaatkannya demi kebaikan yang lebih besar?
(hlm. 105)
Namun, bagaimana jika bagian menyenangkan dari bermain lotre entah bagaimana, bisa dimanfaatkan untuk membantu orang-orang menabung uang? Itulah gagasan di balik rekening tabungan berhadiah.
(hlm. 106)
Kebanyakan negara bagian melarang tabungan berhadiah karena itu sejenis lotre, dan hukum negara bagian biasanya membolehkan hanya satu entitas yang mengelola lotre: negara bagian itu sendiri. (Monopoli yang jitu, bila Anda memahaminya.)
(hlm. 110-111)
- Seorang pesulap selalu mengarahkan dan menunjukkan penontonnya untuk melihat apa yang si pesulap ingin mereka lihat.
- Orang dewasa memang lebih baik daripada anak-anak dalam “memperhatikan”, atau fokus pada satu tugas sekali waktu.
- Anak-anak tidak percaya dogma.
- Anak-anak sangat penasaran.
- Dalam cara-cara tertentu, anak-anak cukup tajam daripada orang dewasa.
- Anak-anak tidak memikirkan trik secara berlebihan.
BAB VI Seperti Memberi Permen Kepada Bayi
(hlm. 115)
Jika ada satu mantra yang digunakan Orang Aneh, mantra itu adalah: orang-orang merespons insentif.
(hlm. 117)
Mengapa kita menjadi begitu gemuk? Salah satu alasannya adalah bahwa makanan menjadi semakin murah dari waktu ke waktu.
Namun, makanan yang lain—terutama yang paling lezat, menggemukan, dan rendah nutrisi seperti kue, keripik kentang, dan soda—menjadi jauh lebih murah. Menurut sebuah perhitungan, satu makanan yang murni bernutrisi tinggi harganya bisa sepuluh kali lebih mahal daripada junk-food.
(hlm. 118)
“Tetapi jika dia terluka, mungkin saya harus membayar ratusan ribu yuan.”
Berapa lama Anda akan tetap masuk kerja jika atasan Anda tiba-tiba memotong gaji Anda hingga menjadi 1 dolar?
Namun, ada satu kekuatan tenaga kerja raksasa yang diminta melakukan tepat seperti itu. Di Amerika Serikat saja, jumlah mereka hampir 60 juta. Siapakah sekelompok besar orang bergaji sangat rendah ini?
Anak-anak sekolah.
(hlm. 119)
Jadi, apa yang akan terjadi jika Anda membayar seorang siswa 5.000 dolar untuk setiap nilai A? Karena belum ada pemberi dana kaya raya yang mengeluarkan uang semacam ini, kami tidak tahu pasti—tetapi dugaan kami adalah bahwa penghargaan di seluruh negeri akan membeludak dengan nama-nama baru.
Bila menyangkut insentif keuangan, ukuran itu penting.
(hlm. 120)
Insentif uang tunai, dengan segala keterbatasan dan kegunaannya, jelas tidak sempurna. Namun, inilah kabar baiknya: sering kali mungkin untuk menimbulkan perilaku yang Anda inginkan melalui sarana nonfinansial. Dan itu juga jauh lebih murah.
(hlm. 121)
Dalam ekonomi, ini dikenal sebagai pilihan yang dinyatakan dan pilihan yang diungkapkan, dan sering kali ada kesenjangan besar di antara keduanya.
(hlm. 123)
Pemenang dari keempatnya adalah “Bergabunglah Bersama Tetangga Anda”. Benar: insentif mentalitas kelompok tersebut mengalahkan insentif moral, sosial, dan keuangan. Apakah ini mengejutkan bagi Anda? Jika demikian, mungkin seharusnya tidak begitu.
Siapa yang punya waktu untuk memikirkan setiap keputusan dan semua fakta-fakta di baliknya?
(hlm. 127)
Rolex emas, Porsche jenis triple black, griya tawang.
Ketika seorang bayi perempuan di Amerika Serikat lahir dengan bibir sumbing, sering kali diperbaiki pada usia dini, dengan hanya meninggalkan bekas luka kecil. Namun, jika gadis yang sama itu lahir dari orangtua miskin di India, bibir sumbing yang tidak ditangani akan cenderung berkembang menjadi sekumpulan cacat bibir, gusi, dan gigi yang mengerikan.
(hlm. 129)
(Dia juga tahu cara membeli ruang iklan “sisa” di New York Times dengan harga murah.)
Mengapa orang-orang memberikan uang untuk lembaga amal?
(hlm. 130)
Begitu orang-orang diminta menyumbangkan uang, tekanan sosial begitu besar sehingga mereka dirisak agar memberi, walaupun mereka berharap mereka tidak pernah diminta lebih dulu.
(hlm. 131)
Daripada terlibat dalam sebuah hubungan jangka panjang, mungkin mereka akan setuju untuk sekali kencan dengan Smile Train asalkan Smile Train berjanji tidak akan pernah mengajak kencan mereka lagi.
(hlm. 132)
Satu-satunya kegagalan sekali-dan-selesai adalah namanya: kebanyakan donatur tidak memberikan sekali sumbangan saja dan mereka tidak terburu-buru memutuskan hubungan dengan Smile Train.
(hlm. 134)
Jadi, Anda jelas bisa mendapat kesulitan dengan mencampuradukkan kerangka-kerangka kerja Anda.
(hlm. 138)
Perwakilan layanan pelanggan didorong untuk berbicara dengan pelanggan selama mungkin (semuanya tanpa naskah, natural); mereka berwenang menyelesaikan masalah tanpa melibatkan seorang supervisor dan bahkan dapat “memecat” seorang pelanggan yang bikin masalah.
(hlm. 141)
Pabrik-pabrik di seluruh dunia, terutama di China dan India, mulai memproduksi tambahan HCFC-23 agar mereka bisa meraup uang tunai.
Artinya, PBB akhirnya membayar para pencemar lingkungan jutaan dolar untuk… menciptakan polusi tambahan.
(hlm. 142-143)
Insentif tersebut bekerja dengan baik—sangat baik, bahkan, sehingga memunculkan sebuah industri baru; peternakan kobra. Orang-orang India mulai mengembangbiakkan, membesarkan, dan menyembelih ular-ular untuk memanfaatkan hadiah tersebut. Akhirnya hadiah tersebut dibatalkan—lalu sesudah itu para petani kobra melakukan hal yang logis dan melepaskan ular-ular mereka, yang sama berbahaya dan tidak diinginkannya seperti HFC-23 pada hari ini.
“Cara terbaik untuk memperbanyak serigala di Amerika, kelinci di Australia, dan ular di India adalah dengan menawarkan hadiah untuk kulit kepala mereka. Kemudian setiap patriot akan memelihara mereka.”
Mengapa beberapa insentif, bahkan yang dibuat oleh orang-orang cerdas dan bermaksud baik, justru menjadi bumerang?
- Tidak ada individu atau pemerintah yang akan pernah sepandai semua orang di luar sana yang bersekongkol mengalahkan sebuah rencana insentif.
- Sangat mudah untuk membayangkan bagaimana Anda akan mengubah perilaku orang yang berpikir seperti Anda, tetapi orang-orang yang perilakunya Anda coba ubah sering kali tidak berpikir seperti Anda—dan, oleh karena itu, tidak merespons seperti yang mungkin Anda harapkan.
- Ada sebuah kecenderungan untuk menganggap bahwa cara orang-orang berperilaku hari ini adalah cara mereka akan selalu berperilaku.
BAB VII Apa Kesamaan Raja Sulaiman dan David Lee Roth?
(hlm. 148)
“Berikan anak yang hidup itu kepadanya,” katanya. “Dialah ibu anak itu.” Alkitab mengatakan kepada kita bahwa “semua orang Israel mendengarkan keputusan itu” dan mereka “melihat kebijaksanaan Tuhan ada dalam dirinya, untuk mewujudkan keadilan.”
Dia berpikir bahwa seorang perempuan yang cukup kejam untuk menyetujui rencananya memotong bayi itu cukup kejam pula untuk mencuri anak orang lain. Dan, selanjutnya, bahwa ibu yang sesungguhnya akan memilih menyerahkan anaknya daripada melihatnya meninggal.
(hlm. 150)
Namun, setiap kali band itu mampir di sebuah kota baru, bagaimana cara mereka memastikan promotor setempat telah membaca klausul tambahan itu dan mengikuti semua prosedur keselamatan yang ditentukan?
Itulah gunanya M&M’s tersebut. Ketika Roth tiba di panggung, dia akan segera pergi ke belakang panggung untuk memeriksa mangkuk M&M’s. Jika dia melihat ada warna cokelat, dia tahu si promotor belum membaca klausul tambahan tersebut dengan teliti—dan bahwa “kami harus melakukan pemeriksaan serius baris demi baris” untuk memastikan peralatan yang penting sudah dipersiapkan dengan baik.
(hlm. 152)
Kebutuhan untuk menyaring yang bersalah dari yang tak bersalah ketika tidak ada yang melangkah maju untuk mengakui kesalahan mereka.
Orang yang berbohong atau menipu sering kali akan merespons sebuah insentif dengan cara yang berbeda daripada orang yang jujur.
(hlm. 153)
- Sangat efektif.
(hlm. 157)
Jadi, keyakinan bahwa Tuhan akan campur tangan dalam pengadilan dengan siksaan mereka, Leeson menulis, “menciptakan sebuah keseimbangan terpisah di mana hanya terdakwa yang tidak bersalah yang bersedia menjalani siksaan”.
(hlm. 158)
Itu membawa kita pada puntiran paling aneh dalam kisah aneh ini: jika para pendeta abad pertengahan memang memanipulasi siksaan tersebut, itu mungkin membuat merekalah satu-satunya pihak yang berpikir bahwa Tuhan yang Mahatahu itu tidak ada—atau jika Dia ada, Dia cukup yakin kepada para pendeta utusannya dalam memandang campur tangan mereka sebagai bagian dari pencarian keadilan ilahi.
(hlm. 159)
“Jika kami membuat proses lamaran lebih lama,” kata mereka, “kami akan mendapatkan lebih sedikit pelamar.” Tentu saja, itulah maksud persisnya: Anda akan segera menyingkirkan para pelamar yang lebih mungkin tidak masuk tepat waktu atau berhenti setelah beberapa minggu bekerja.
(hlm. 160-161)
Perusahaan macam apa yang mau menawarkan 2.000 dolar kepada seorang karyawan baru untuk tidak bekerja?
Hsieh berpikir bahwa setiap pekerja yang akan mengambil 2.000 dolar yang mudah itu adalah jenis pekerja yang nantinya akan membebani Zappos lebih banyak lagi dalam jangka panjang. Menurut perkiraan satu industri, butuh rata-rata sekitar 4.000 dolar untuk mengganti satu karyawan, dan satu survei terbaru pada 2.500 perusahaan menemukan bahwa satu karyawan yang buruk bisa membebani lebih dari 25.000 dolar dalam produktivitas yang hilang, moral yang menurun, dan sejenisnya. Jadi, Zappos memutuskan untuk membayar 2.000 dolar di muka dan membiarkan karyawan yang buruk tersebut menyaingi diri sendiri sebelum mereka berakar. Saat buku ini dituliskan, kurang dari 1% karyawan baru di Zappos menerima “tawaran” tersebut.
(hlm. 162)
Para pekerja pertanian bersama melaporkan mereka pergi ke sana untuk bekerja dan kemudian, dengan menggeser salah satu mesin cuci besar, menuruni sebuah tangga ke pabrik di bawahnya. Dengan menggunakan peralatan yang dibeli di Polandia dan diselundupkan, institut tersebut mulai menghasilkan peluru 9 milimeter untuk mitraliur ringan Sten.
(hlm. 163)
Para anggota pertanian komunal itu dengan cerdik menyenangkan keegoisan picik orang-orang Inggris demi memuaskan kepentingan mereka sendiri yang jauh lebih luas.
(hlm. 165)
Itu jelas penipuan, yang berbagai variasinya telah dipraktikkan selama berabad-abad. Sebuah versi awal dikenal sebagai Tahanan Spanyol.
Itu mungkin membuat Anda penasaran: Jika penipuan Nigeria begitu terkenal, mengapa pula seorang penipu Nigeria mengakui dia berasal dari Nigeria?
Itulah pertanyaan yang diajukan Cormac Herley kepada dirinya sendiri.
(hlm. 169)
Dalam hal ini, sifat mudah tertipu adalah sifat yang tidak bisa diamati. Namun, Harvey menyadari, si penipu dapat mengundang orang-orang yang mudah tertipu untuk muncul dengan sendirinya. Bagaimana?
“Si penipu ingin menemukan orang yang belum mendengar tentang hal itu,” kata Harley. “Siapa saja yang tidak jatuh dari kursi mereka sambil tertawa adalah orang yang dia ingin ajak bicara.”
“… Mereka yang tertipu untuk sementara tetapi kemudian mengetahuinya, atau yang menolak pada rintangan terakhir, justru merupakan positif palsu mahal yang harus dihindari si penipu.”
(hlm. 171)
• Mereka cenderung menyetorkan deposit awal yang besar dan kemudian terus menarik uang dari waktu ke waktu, tanpa penambahan yang stabil. • Aktivitas perbankan mereka tidak mencerminkan biaya hidup normal, seperti biaya sewa, aneka keperluan, asuransi, dan sebagainya. • Beberapa dari mereka secara rutin mengirim atau menerima transfer dana asing, tetapi jumlahnya jelas jauh di bawah batas pelaporan.
(hlm. 172)
Misalnya: seorang calon teroris tidak mungkin menarik uang dari sebuah ATM pada Jumat siang, saat orang Muslim melaksanakan shalat.
Seorang teroris pemula hampir tidak pernah membeli asuransi jiwa dari banknya, meskipun dia punya istri dan anak. Mengapa tidak? Seperti yang kami jelaskan dalam buku tersebut, sebuah polis asuransi mungkin tidak akan membayar jika pemegangnya melakukan bom bunuh diri, jadi itu akan buang-buang uang saja.
BAB VIII Cara Membujuk Orang yang Tidak Mau Dibujuk
(hlm. 178)
“Secara keseluruhan, subjek yang paling melek ilmiah dan numerik malah lebih kecil kemungkinannya (bukannya lebih besar) memandang perubahan iklim sebagai ancaman serius daripada subjek yang paling tidak melek ilmiah dan numerik.”
(hlm. 179)
Namun, meyakini Anda benar tidak sama dengan Anda benar.
(hlm. 185)
Satu alasan adalah bahwa argumen lawan hampir pasti bernilai—Anda dapat belajar darinya dan Anda dapat gunakan untuk memperkuat argumen Anda sendiri.
Kita buta terhadap kebutaan kita sendiri.
(hlm. 187)
Atau mungkin, karena kematian akibat kecelakaan lalu lintas sudah begitu lazim—sebagian besarnya hampir tidak menjadi berita—sehingga, tidak seperti peristiwa-peristiwa langka dan heboh yang mengundang perhatian kita, kita tidak memikirkannya saja.
(hlm. 189)
Dengan menyebut “cerita”, maksud kami bukan “anekdot”. Anekdot adalah sebuah kilasan pendek, potongan satu dimensi dari gambaran besar. Hal itu kurang dalam skala, perspektif, dan data. (Seperti yang sering dikatakan para ilmuwan: Kumpulan anekdot bukanlah data.) Anekdot adalah sesuatu yang pernah terjadi pada Anda, atau pada paman Anda, atau pada akuntan paman Anda.
(hlm. 192)
Mengapa cerita-cerita sangat berharga?
Satu alasan adalah bahwa sebuah cerita memberikan kekuatan yang melampaui sesuatu yang jelas.
Cerita juga menarik bagi narsisme dalam diri kita semua. Saat sebuah cerita bergulir, dengan para tokohnya bergerak sepanjang waktu dan membuat keputusan-keputusan, kita pasti menempatkan diri dalam posisi mereka. Ya, aku pasti akan melakukan itu juga! Atau Tidak, tidak, aku tidak akan pernah membuat keputusan itu!
(hlm. 193)
Ensiklopedia Kegagalan Etika.
Apa yang dibuktikan oleh Ensiklopedia tersebut, setidaknya bagi Steve Epstein dan rekan-rekannya di Pentagon, adalah bahwa sebuah peraturan akan berkesan jauh lebih kuat begitu sebuah cerita yang menggambarkan peraturan tersebut bersarang dalam pikiran Anda.
Namun, kita semua bisa sepakat bahwa Alkitab berisi mungkin seperangkat aturan paling berpengaruh dalam sejarah manusia: Sepuluh Perintah Tuhan. Aturan itu menjadi landasan tidak hanya tradisi Yudeo-Kristen, tetapi juga banyak masyarakat pada umumnya.
(hlm. 195)
Jika kita kesulitan mengingat serangkaian aturan paling terkenal dari mungkin buku paling terkenal dalam sejarah, apa yang benar-benar kita ingat dari Alkitab?
Cerita-cerita. Kita ingat bahwa Hawa memberi makan Adam apel terlarang dan bahwa salah satu putra mereka, Qabil, membunuh putranya yang lain, Habil. Kita ingat bahwa Musa membelah Laut Merah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Kita ingat bahwa Ibrahim diperintahkan untuk mengorbankan anaknya sendiri di atas sebuah gunung—dan kita bahkan ingat bahwa Raja Sulaiman menyelesaikan sebuah sengketa keibuan dengan mengancam untuk memotong bayi menjadi dua.
BAB IX Sisi Baik dari Berhenti
(hlm. 199)
Kedua, gagasan tentang biaya hangus.
(hlm. 200)
Kekuatan ketiga yang menjauhkan orang-orang dari berhenti adalah kecenderungan untuk fokus pada biaya yang konkret dan memberikan terlalu sedikit perhatian pada biaya kesempatan.
(hlm. 202)
“Dalam kedokteran, atau dalam sains, [jika] Anda menyusuri sebuah jalan dan ternyata buntu, Anda sebenarnya sudah memberikan sebuah kontribusi, karena kita tahu kita tidak harus menyusuri jalan itu lagi,”
(hlm. 203)
“Satu kekuatan benar-benar ingin menemukan pemenang. Kekuatan yang lain tidak ingin Anda menghabiskan banyak uang atau waktu pada sebuah ide yang tidak akan berhasil. Kuncinya adalah gagal dengan cepat dan gagal dengan murah. Itulah mantra yang berasal dari Silicon Valley. Saya lebih suka pernyataan ‘gagal dengan baik’, atau ‘gagal dengan pintar.’”
(hlm. 207)
Pada 28 Januari 1986, NASA berencana meluncurkan pesawat luar angkasa Challenger dari Pusat Antariksa Kennedy di Cape Canaveral, Florida. Peluncuran itu sudah ditunda beberapa kali. Misi tersebut telah mengundang perhatian publik yang besar, sebagian besar karena awak pesawatnya termasuk seorang warga sipil, seorang guru sekolah di New Hampshire bernama Christa McAuliffe.
(hlm. 208)
Adalah kerusakan cincin-O akibat cuaca dingin.
Apa yang membuat cerita ini luar biasa—dan bahkan lebih tragis—adalah bahwa orang-orang yang tahu telah memperkirakan penyebab pasti kegagalan.
(hlm. 209)
Anda mengumpulkan semua orang yang berhubungan dengan sebuah proyek dan membuat mereka membayangkan bahwa proyek itu diluncurkan dan gagal total. Nah, mereka masing-masing menuliskan alasan yang tepat untuk kegagalan tersebut.
Ini menunjukkan salah satu cara untuk membuat sebuah premortem bahkan lebih bermanfaat lagi: berikan anonimitas.
(hlm. 215)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kita semua adalah budak dari prasangka kita sendiri.
(hlm. 220)
Dia jadi tahu mana yang pantas dilepaskan, dan mana yang tidak.