Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku The Calm Investor oleh Teguh Hidayat.
Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.
Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.
Selamat membaca.
Chandra Natadipurba
===
THE CALM INVESTOR
Oleh: Teguh Hidayat
Cetakan keempat: Agustus 2018
Bab 2
Kepribadian Seorang Investor
Oleh Om William, Mr. Sandy kemudian diperkenalkan dan dijadikan partner bisnis bagi anak-anaknya, terutama Edward dan Edwin. Edward sendiri merupakan pimpinan dari Bank Summa. Dan setelah Bank Summa bangkrut dan ditutup pada tahun 1992 (termasuk Astra dijual ke perusahaan HongKong, Jardine Matheson), Mr. Sandy kemudian ikut dengan Mr. Edward, termasuk menjadi karyawan bagi NTI Resources di Kanada. NTI adalah perusahaan milik Edward.
(hal 20)
Tapi belakangan, kami berpikir berbeda, terutama setelah penulis membaca beberapa artikel di internet tentang bagaimana anak-anak SD di Jepang di didik secara moral. Anak-anak yang masih bersih nan putih ini, sejak dini sekali sudah diajari tentang pentingnya memiliki harga diri, rasa malu, dan sikap jujur. Dan pelajaran tentang nilai-nilai moral itu tidak diberikan dalam bentuk praktik. Berikut contohnya.
- Setiap murid akan kebagian tugas membersihkan WC, menyapu, mengepel lantai, dan semacamnya. Ini bertujuan untu menamkan rasa tanggung jawab.
- Setiap murid dilarang membawa handphone atau gadget. Berbicara tentang materi dan harta kekayaan adalah suatu yang dianggap memalukan dijepang.
- Setiap murid diharuskan untuk mengucap salam setiap kali bertemu teman-temannya. Ini membangun kebersamaan dan persaudaraan.
- Ketika waktu makan siang tiba, setiap anak mengambil makanan untuk diberikan kepada temannya, sementara makan siangnya sendiri diberikan oleh temannya yang lain. Hal ini membentuk sikap saling membantu satu sama lain.
(hal 29)
- Masih ketika waktu makan siang, setiap anak disuruh berbaris dengan tertib untuk mengantre dalam mengambil makanan, dan dilarang saling mendahului. Hal ini untuk menanamkan sikap disiplin dan menghargai hak-hak orang lain (dalam hal ini hak orang yang mengantre terlebih dahulu).
(hal 30)
Sebagai contoh, jika Pak Yosef menyuruh penulis untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, maka itu dilakukan bukan dengan gaya memerintah, melainkan dengan meminta tolong. Berikut beberapa kata-kata beliau yang masih penulis ingat:
- Guh, bapak minta tolong buatkan tabel analisis sektor plantation, nanti dikirim via email ya. Terima kasih
- Guh, mohon maaf bapak ganggu kamu di hari Sabtu, tapi ini urgent sekali. Bisa minta tolong cek laporan keuangan PT A?
- Kamu lagi di kantor? Jika iya, bapak minta tolong pelajari peraturan BEI nomor bla bla bla, terus kirim resume-nya ke email Bapak. Sebelumnya terima kasih ya Guh.
(hal 33)
Selain memerhatikan manner dalam berhubungan dengan orang-orang sekitar, Pak Yosef juga mengajarkan hal lain yang tidak kalah penting: kebiasaan untuk tepat waktu. Penulis beberapa koali diajak beliau untuk meeting dengan klien di luar kantor, dan kami berdua selalu tiba sekitar setengah jam sebelum jadwal meeting-nya. Jadi kalau kita ada janji meeting pukul 04.00 sore, maka kita sudah tiba di lokasi sekitar pukul 03.30, atau maksimal 03.45. bahkan terkadang karena takut terjebak kemacetan jakarta, kita berangkat lebih awal dan alhasil, kita sudah tiba di lokasi satu jam sebelum jadwal meeting-nya.
(hal 34)
dan masih ada satu tip lagi yang penulis kembangkan sendiri untuk menciptakan kesan positif setiap kali kita bertemu dengan orang, untuk secara tidak langsung mengatakan kepadanya bahwa ‘saya menghargai Anda’, yakni: Gunakan kedua tangan Anda untuk berjabat tangan!
(hal 35)
‘Salah satu ciri orang yang dihormati adalah, dia tidak banyak bicara. Sekali dia berbicara, maka orang-orang akan mendengarkannya. Presiden Federal Reserve, Ben Bernanke, dia hampir tidak pernah mengatakan apa pun.
Tapi sekali dia mengatakan sesuatu, maka seluruh dunia akan mendengarkannya. Kalu dia menyeletuk ringan, misalnya ‘Wah, sepertinya ekonomi bakan resensi nih’, maka selanjutnya hampir seperti bursa-bursa saham di seluruh dunia akan berjatuhan, dan kepanikan terjadi dimana-mana.
(hal 38)
Pak Yosef melanjutkan, ‘kata-kata itu seperti inflasi pada mata uang. Semakin sering Anda berbicara, maka semakin tidak bernilai kata-kata anda tersebut.’
(hal 39)
Orang kebanyakan akan mengatakan apa yang dia pikirkan, sementara orang bijak memikirkan apa yang dia katakan.
(hal 40)
I mean, jika Anda bertanya tentang apa kira-kira cara yang paling simpel dan bisa langsung dipraktikan agar orang menjadi lebih hormat sama kita, maka penulis akan menjawab: biasakanlah untuk berbicara seperlunya, dan sisanya lebih banyak untuk diam.
(hal 41)
Dan hanya orang-orang yang memiliki sikap dewasa-lah, yang mampu untuk memilah-milah kapan waktunya untuk bicara dan kapan waktunya untuk diam.
(hal 43)
Nah, berikut adalah beberapa tip lebih lanjut mengenai cara untuk menjadi seorang pendiam.
- Setiap kali Anda hendak mengatakan sesuatu, sekali lagi setiap kali Anda hendak megatakan sesuatu, tanyakan hal ini terlebih dahulu kepada diri Anda sendiri: Apa tujuan saya mengatakan kalimat tersebut?
- Jangan mengatakan sesuatu yang sekiranya bisa menyinggung perasaab lawan bicara anda, seperti berkomentar negatif, merendahkan, mengkritik, apalagi menghina (meski secara halus sekalipun, alias menyindir).
- Biasakan untuk tidak mengomentari sesuatu, apa pun itu.
(hal 44)
Namun, sekali lagi cobalah untuk tetap santai dan berpikir positif: mungkin si penyerobot beneran sedang terburu-buru. Dan kalaupun tidak, itu berarti saya lebih baik dari dia.
(hal 51)
Kalau Anda sering merasa gelisah dan tidak sabar dalam menunggu saham-saham Anda untuk naik, maka cara termudah adalah dengan mengalihkan perhatian Anda kepada sesuatu yang lain.
(hal 52)
Jika ‘hindari gosip’ itu terdengar terlalu general, maka berikut ini langkah-langkah yang bisa anda lakukan.
- Kurangu menonton sinetron dan infotainment.
- Kurangi membaca berita, termasuk berita tentang saham, IHSG, Dow Jones, entah itu di internet, televisi atau koran.
(hal 56)
Kalaupun Anda hendak membaca berita, biasakan membaca pengumuman yang dirilis di website www.idx.co.id
- Kurangi membaca analisis saham dari analis sekuritas dan lainnya, kecuali dari analis/investor yang punya kredibilitas dan benar-benar Anda percaya.
- Biasakan untuk membaca-baca dokumen perusahaan.
(hal 57)
Beberapa investor mungkin berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dengan membaca koran-koran setiap hari, tapi hal itu biasanya justru membuat dia menjadi pusing sendiri, dan itu wajar, karena kapasitas kepala kita terbatas di mana kita tidak bisa menampung terlalu banyak informasi.
(hal 58)
Bab 3
Cara Berpikir Seorang Investor
Bagi anak kecil, menghabiskan uang adalah sama mudahnya dengan memperolehnya (dari pemberian orang tua).
(hal 61)
Tapi ketika Anda baru punya aset senilai RP 100 juta tapi sudah nekat membeli mobil, maka selamat, Anda sudah menjadi seorang konsumtif sejati.
(hal 65)
Lo Kheng Hong (LKH) adalah investor terkenal yang berhasil menerapkan hal ini. Ketika ia untuk pertama kalinya berinvestasi di saham pada tahun 1989, ia masih merupakan seorang pegawai bank, dalam hal ini Bank Ekonomi. Beberapa tahun kemudian aset LKH di saham sukses meningkat berkali-kali lipat, dan sebagian kecil di antaranya sudah bisa diambil untuk memenuhi kebutuhan, hingga akhirnya pada tahun 1996 ia memutuskan untuk berhenti bekerja di bank dan fokus pada kegiatan investasinya.
So, dalam hal ini LKH butuh waktu 7 tahun untuk bisa ‘investing for future, and also for living’.
(hal 67)
Tapi apakah LKH langsung memulai investasinya dengan modal Rp 1 triliun? Ya nggak lah! Ketika beliau mamulai investasinya pada tahun 1989, modalnya cuma sedikit tabungan yang disisihkan dari gajinya sebagai pegawai tata usaha di sebuah bank.
(hal 70)
Namun di sisi lain, trust me, waktu lima tahun itu sebenarnya singkat, dan memang akan terasa singkat kalau Anda sudah melewatinya.
However, penulis sampai sekarang hampir tidak pernah menarik dana dari rekening investasi kami (saya hanya pernah sekali menarik sebesar Rp 20 juta, karena ketika itu ada saudara urgent pinjem duit urgent, sementara rekening bank lagi kosong), melainkan justru nyetor terus tiap kali ada duit lebih. Karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan lain-lain, saya mengandalkan pendapatan dari website www.teguhhidayat.com.
(hal 71)
Bab 4
Gaya Hidup Ala Investor
Kebanyakan orang yang (benar-benar) kaya, entah karena investasi saham atau lainnya, lebih memilih untuk berpenampilan sederhana dan tidak berlebihan, termasuk terkadang memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri (dan mobilnya itu pun merupakan mobil yang biasa-biasa saja), karena mereka sudah cukup kaya untuk tidak perlu lagi menunjukannya kepada orang lain, bahwa mereka kaya.
(hal 79)
Clive Hamilton, seorang politisi dan penulis buku asal Australia, pernah mengutarakan kalimat yang kemudian menjadi sangat terkenal: ‘Di dunia ini, terdapat banyak sekali orang yang membeli sesuatu yang tidak mereka butuhkan, menggunakan uang yang tidak mereka miliki (utang), hanya untuk pamer kepada orang yang bahkan tidak mereka sukai!’
(hal 80)
Terkait hal ini, Warren Buffett pernah mengatakan satu kalimat bagus, ‘berikanlah anak-anak Anda uang yang cukup agar mereka bisa melakukan apa saja. Namun, jangan beri uang yang terlalu banyak hingga mereka tidak perlu melakukan apa-apa lagi.’
(hal 81)
Bab 5
Warren Buffet Tidak Pernah Melakukannya, Jadi Mengapa Anda Harus Melakukannya?
Buffet mengatakan bahwa jika saja ia tidak membeli saham Berkshire, maka mungkin kekayaannya pada saat ini sudah mencapai US$200 miliar atau lebih.
(hal 89)
Selain itu, ketika saya melakukan sesuatu yang bodoh, maka Anda harus mengetahui bahwa kerugian finansial yang Anda derita adalah sama persis dengan yang saya derita.’
‘Kami memegang 7% saham Coca Cola. Saat ini terdapat 660 juta kaleng atau botol minuman Coca Coca di seluruh dunia, sehingga dengan demikian, kami memiliki 45 juta di antaranya. Pemikiran saya sederhana: Setiap malam, setiap kali saya pergi untuk tidur, saya membayangkan bahwa ketika saya bangun di keesokan harinya, jutaan orang-orang di seluruh dunia membayar untuk Coca Cola yang mereka minum, termasuk yang kami miliki.’
(hal 91)
Padahal dunia pasar modal adalah dunia yang sangat dinamis, yang senantiasa berubah dan berkembang, sehingga setiap saat selalu ada saja hal baru yang harus dipelajari.
(hal 93)
‘kinerja di masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa yang akan datang.’
(hal 96)
Pak taka ini merupakan investor yang membeli PTBA di harga 2,000-an di tahun 2006, dan investasinya tersebut ternyata sukses di mana PTBA sempat naik hingga mencapai puncaknya di harga 24,000-an, alias naik lebih dari sepuluh kali lipat, belum lagi perolehan dividennya tiap tahun yang jika dihitung-hitung, nilai totalnya sudah lebih besar dari modal yang digunakan untuk membeli PTBA di harga 2,000 tadi.
(hal 98)
Yang ia katakan hanyalah bahwa ia tidak cocok untuk menggunakan analisis teknikal tersebut, itu saja.
(hal 100)
Bab 6
Pengalaman: Modal Terpenting Seorang Investor
Dan kariernya sebagai pelatihnya dimulai ketika ia menjadi pelatih bagi youth team di Vitoria de Setubal.
(hal 103)
Dari Robson-lah, Mourinho kemudian banyak sekali belajar tentang kepelatihan, langsung dari sang guru besar (pada tahun 1992, Robson sudah merupakan pelatih senior dengan pengalaman selama 24 tahun, tentunya pula dengan segudang titel juara).
Dan hanya dalam waktu kurang dari semusim, Mourinho sukses membawa Uniao ke posisi kelima Liga Portugal, yang merupakan prestasi terbaik sepanjang sejarah bagi klub.
(hal 105)
Tapi apakah Mourinho merupakan pelatih kemarin sore ketika itu? sama sekali tidak! Mourinho sudah belajar tentang sains olahraga pada usia 22 tahun, dan sudah menjadi murid bagi salah satu pelatih terbesar didunia, Sir Bobby Robson, pada usia 29 tahun. Bahkan lebih dari itu, Mourinho sudah belajar tentang kepelatihan dari ayahnya sendiri sejak usia 17 tahun!
(hal 107)
Simpelnya, ketika Mourinho bertemu dengan Robson pertama kali pada tahun 1992, Robson kemudian mengajarkan kepada Mourinho tentang pengalaman melatihnya yang sudah sepanjang 24 tahun.
(hal 108)
Dan ‘pengalaman tambahan’ ini semakin bertambah ketika Mourinho menjadi asisten untuk van Gaal di tahun 1997, yang ketika itu sudah berpengalaman selama 11 tahun sebagai asisten pelatih dan pelatih di Ajax Amsterdam, dan pernah sukses membawa Ajax meraih gelar Liga Champions di tahun 1995.
Pengalaman dan Mentor Warren Buffett
Dan ternyata, seperti juga Jose Mourinho, Buffett menjadi sukses seperti sekarang ini karena dua hal: pengalaman dan mentor. Well, inilah faktanya:
- Buffet sudah memulai investasinya di saham pada usia kanak-kanak, tepatnya 11 tahun.
- Meski Buffet memulai petualangannya di dunia pasar saham pada usia 11 tahun, namun Buffet kemungkinan sudah memperlajari saham jauh sebelum itu, dari ayahnya sendiri yang berprofesi sebagai pialang saham.
(hal 109)
Jadi tiga tahun kemudian, ketika ia genap berusia 24 tahun, Buffett sudah menjadi seorang profesional berpengalaman di bidang investasi saham, entah itu sebagai investor, pengajar investasi, dan equity sales dengan total pengalaman selama 13 tahun (jika dihitung dari ketika ia membeli saham untuk petama kali).
(hal 110)
Barulah 28 tahun kemudian yakni pada tahun 1990, ketika Buffett sudah berusia 60 tahun, ia mulai dikenal dunia sebgai investor hebat setelah saham Berkshire Hathaway menyentuh harga US$7,175 per saham, yang menjadikannya sebagai billionaire (investor dengan aset di atas US$1 miliar).
(hal 111)
Tapi yang jarang diperhatikan pada trader ini adalah (termasuk mungkin teman penulis tadi), Darvas meraih US$2 jutanya tersebut setelah tujuh tahun sejak ia membeli saham untuk pertama kali. Artinya? Darvas tidak serta merta langsung jadi millionaire begitu ia terjun ke saham, melainkan tetap saja ia harus membangun pengalaman terlebih dahulu, termasuk sempat mengalami kerugian besar.
(hal 112)
Jika anda mulai merasa terlena karena usia muda, maka ingatlah bahwa Buffett memulai investasinya pada usia 11 tahun, dan ia menyesal tidak melakukannya pada usia yang lebih muda lagi.
Roger sebelumnya merupakan seorang pegawai perusahaan IT dengan gaji yang lumayan, sekitar 38 ribu Pound atau setara Rp550 juta per tahun. Dengan penghasilannya tersebut, Roger mampu menghidupi istri dan dua anak perempuannya dengan baik, ditambah isinya sendiri, Lara, memiliki penghasilan sebagai guru seni teater.
(hal 199-120)
Contoh: Jangan membeli saham berdasarkan rumor, melainkan harus berdasarkan analisis fundamental.
(hal 126)
Dan dua, investor yang, setelah sekian tahun di market, masih belum mengerti cara menganalisis saham, baik dari sisi teknikal maupun fundamental, dan bahkan belum tahu dari mana mereka bisa mengumpulkan data-data perusahaan untuk dianalisis.
(hal 127)
Selain LKH, penulis juga punya seorang teman dengan latar belakang pengusaha pakan ikan, namun kemudian terjun ke bidang saham dan memilih untuk menjadi trader (kalau LKH kan investor). Dan hasilnya? Ternyata sukses! Di mana portofolionya tumbuh terus, namun di sisi lain perusahaan pakan ikan juag tetap jalan. Padahal berbeda dengan seorang investor, seorang trader tentunya lebih intensif dalam mengamati pergerakan pasar, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis tentunya juga lebih besar. Tapi toh, beliau tetap sukses. Anda mungkin mengenalnya juga, beliau adalah Pak Gunawan Indra Lesmana, seorang trader, ahli analisi teknikal, dan pemilik dari blog Anggun Trader yang terkenal (www.angguntrader.blogspot.com).
(hal 129-130)
Bab 7
Mengapa Saya Panik?
Panik adalah dua musuh bebuyutan investor mana pu, di mana jika seorang investor mampu mengendalikannya dua sifat emosional dasar tersebut, maka jangan harap dia bisa menjadi investor yang sukses.
(hal 131)
Itu karena secara psikologis, ketika Anda berada di posisi sebagai pengemudi, maka anda-lah yang memegang kontrol penuh atas kendaraan tersebut, dimana mau kendaraan tersebut belok kanan atau kiri, mau gas penuh atau mengerem, Anda-lah yang berkuasa penuh untuk mengaturnya.
(hal 132)
Pada dasarnya seorang investor, siapapun dia, sama sekali tidak memegang kontrol atas saham yang dipegangnya, dalam artian dia tidak akan bisa mengendalikan arah pergerakan saham tersebut, apakah naik atau turun. Karena ketiadaan kontrol inilah, maka seorang investor tidak akan tahu apakah sahamnya bakal naik atau turun.
(hal 133)
- Kepanikan timbul karena ketidak tahuan.
- Pada dasarnya, Anda memang tidak akan mengetahui apakah saham yang Anda pegang akan naik atau turun, karena yang mengendalikan pergerakan saham adalah pasar, bukan Anda sendiri.
(hal 140)
Buffett sendiri, melalui Berkshire Hathaway-nya, sepanjang tahun 1964-2012 hanya mencetak keuntungan rata-rata 19,8% per tahun, tapi bahkan keuntungan yang ‘hanya segitu saja’ sudah bisa membuatnya sebagai investor tersukses di dunia!
Faktanya di BEI sendiri ada banyak sekali saham-saham yang naik hingga berkali-kali lipat dalam waktu beberapa tahun saja. Salah satu rekor yang penulis catat adalah, saham Gudang Garam (GGRM), ketika awal tahun 2009 (puncak krisis global 2008) harganya Cuma 4,000, tapi ia kemudian terus naik hingga sempat menyentuh angka 60,000 di tahun 2011, yang itu berarti GGRM ini naik 1,500% hanya dalam waktu 3 tahun!
(hal 160-161)
Contoh lainnya lagi adalah saham Garda Tujuh Buana (GTBO). Penulis sudah mengoleksi GTBO di tahun 2011 pada harga 109, sebelum kemudian dia terus naik hingga mencapai angka… 6,000! Dan apakah penulis kemudian sukses meraup keuntungan 50 kali lipat dari GTBO ini? Ternyata tidak sama sekali! Karena penulis sudah keluar duluan di harga 300, yang terutama ketika itu karena penulis belum cukup berpengalaman.
(hal 161)
Penutup
Yap, ada semacam kepuasan yang tidak bisa dijelaskan setiap kali penulis melihat louhan yang kini sudah besar tersebut, dan itu bukan karena penampilannya yang menarik (karena faktanya louhan itu tidak begitu cantik), melainkan karena penulis sudah tinggal bersama, melalui suka duka, dengan louhan tersebut selama berbulan-bulan.
(hal 170)
You know, bagi pemegang saham UNVR, jika Anda mampir ke toko swalayan dan Anda melihat seorang ibu memenuhi keranjang belanjanya dengan sabun Lifebuoy, sampo Clear, hingga pasta gigi Pepsodent, maka Anda akan tersenyum karena menyadari bahwa ibu tersebut baru saja membeli produk dari perusahaan yang Anda miliki, dan di situlah letak kepuasannya.
(hal 175)