Opini Publik oleh Djoenaesih Sunarjo

Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku Opini Publik oleh Djoenaesih Sunarjo.

Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.

Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.

Selamat membaca.

Chandra Natadipurba

===

Opinin Publik

Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, SU.

Edisi Kedua

Cetakan Pertama, Januari 1997

(Halaman 3)

BAB I KELOMPOK SOSIAL YANG TIDAK TERATUR

A. Massa

1. Menurut Prof. Dr.P.J. Bouman

Selanjutnya Prof. Dr. P.J. Bouman mengemukakan bahwa dalam massa kepribadian, kepercayaan seseorang menjadi menurun, sedangkan emosi/perasaan naik, sehingga tidak jarag massa dapat bertindak atau berbuat sesuatu yang keji secara bersama-sama, kemudian tidak satu orangpun mau bertanggung jawab.

(Halaman 4)

Massa itu terdiri dari orang-orang yang berasal dari berbagai lapangan dan tingkatan dalam masyarkat yang sifatnya heterogen.

(Halaman 8)

Secara etimologis massa itu berasal dari kata Yunani “massa” yang artinya bahan roti yang belum jadi atau belum mempunyai bentuk roti.

(Halaman 11)

Indentitas seseorang biasanya tenggelam dalam suatu Crowd.

(Halaman 19)

C. Mob

1. Drs. J.B.A.F.Mayor Polak

Mob sering diterjemahkan dengan “kerumunan aktif” atau mob adalah crowd yang aktif.

Dengan tidak adanya organisasi, pembagian kerja dan aturan maka dengan sendirinya keaktifan mob biasanya bersifat destruktif, yaitu bertujuan untuk merusak. Untuk merusak ini sudah barang tentu tidak diperlukan suatu sistem dan organisasi tertentu, demikian juga tidak perlu digunakan pola berpikir tertentu. Melempar batu untuk merusak rumah orang lain, mengeroyok orang adalah mudah karena tanpa suatu sistem. Perasaan semacam ini melepaskan perasaan yang tidak puas, kemarahan dan kejengkelan.

(Halaman 20)

Tidak ada diskusi dan refleksi.

(Halaman 26)

BAB II GAMBARAN MENGENAI BERBAGAI OPINI

Pada umumnya pembicara-pembicara itu cenderung kepada pedapat bahwa Irian Barat adalah milik Pemerintah Indonesia oleh karena itu Bangsa Indonesia wajib merebutnya kembali Gejala demikian biasanya disebut public opinion atau opini publik.

(Halaman 30)

3. Ferdinand Tonnies

Beliau mengemukakan bahwa ada tiga tahap opini publik dalam fase perkembangannya, yaitu die luftartige, die flussige dan die feste.

Opini publik luftartig adalah opini publik laksanan uap di mana dalam tahap perkembangannya masih terombang ambing mencari bentuk yang nyata. Selanjutnya opini publik yang flussig mempunyai sifa-sifat seperti air, opini publik ini sudah mempunyai bentuk yang nyata akan tetapi masih dapat dialirkan menurut saluran yang kita kehendaki, sedangkan opini publik yang festig adalah opini publik yang sudah kuat, tidak mudah berubah.

(Halaman 31)

5. Kruger Reckless

Opini publik itu bersifat relatif artinya dapat benar dan dapat juga tidak benar. Akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran.

(Halaman 32)

Opini publik tidak dapat dihancurkan dengan cara menghilangkan pelopor atau tokoh-tokoh pendukung opini publik tersebut dengan memenjarakan atau bahkan membunuh parapelopor tersebut maka akan segera diisi/diganti oleh orang yang lain yang juga telah bersedia untuk berkorban.

(Halaman 33)

7. William Albig

Orang sudah tidak mempunyai opini lagi terhadap rasa gula yang manis, garam yang asin dan sebagainya, yang dipunyai oleh orang adalah sikap (attitude). Akan tetapi jika harga gula melonjak atau gula hilang dari pasaran maka timbullah opini.

Dengan demikian maka subyek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru.

(Halaman 38)

Salah satu contoh adalah penyodoran formulir untuk mengisi kartu anggota Golkar bagi para pegawai negeri baru-baru ini. Mungkin sekali ada beberapa pegawai negeri yang kurang setuju atau tidak mau menjadi anggota Golkar akan tetapi karena merasa takut meneriman sangsi-sangsi kepegawaian maka terpaksa mengisi formulir dan mencatatka diri sebagai anggota Golkar.

(Halaman 39)

Contoh Tersebut umpamanya saja kejadian yang sebenarnya dan berhasil diketahui oleh seorang wartawan maka sesuai dengan konsensus nasional fakta tersebut tidak mungkin dan sebaiknya tidak termuat dalam surat kabar karena apabila ada kesalahan dalam menangani dapat mengganggu stabilitas nasional, namun pejabat yang menangani kasus semacam tersebut di atas sebaiknya mempunyai tanggung jawab moral yang cukup tinggi yaitu secara sistematis mengambil tindakan kepada para pelakunya.

(Halaman 43)

Setelah Pearl Harbour di bom oleh Jepang dan banyak meminta korban orang-orang Amerika Serikat maka opini umum yang tidak setuju Amerika Serikat terlibat perang berubah menjadi opini publik yang menuntut perang terhadap Jepang.

(Halaman 44)

BAB III MENGUKUR OPINI PUBLIK

A. The Gallup Poll

The Galup Poll ini sesungguhnya bukan merupakan suatu badan atau lembaga akan tetapi merupakan suatu cara atau metoda dari Public Opinion Polling. Badan atau lembaganya sendiri bernama The American Institute of Public Opinion, yang dipimpi oleh George Gallup, sedangkan cara atau metodanya kemudian di beri nama sesuai dengan penemunya, yaitu The Gallup Poll.

Di negara Republik Indonesia lembaga semacam itu juga ada, namanya lembaga Pers dan Pendapat Umum sekarang bernama Balai Penelitian Pers dan Pendapat Umum di bawah Departemen Penerangan.

Masalah-masalah yang tiap minggu paling banyak mendapat perhatian dari masyarakat banyak (The Top News of The Week) menjadi suatu lapangan baru dan penting bagi pertumbuhan jurnalistik.

(Halaman 46)

Laporan-laporan dan analisa-analisa yang obyektif mengenai opini publik sebagai hasil dari Public Opinion Polling telah membantu dalam mempercepat proses demokrasi.

Para langganan dari Public Opinion Polling tersebut mengharapkan dapat mengetahui apa yang mejadi pikiran sebagian besar rakyat di Amerika Serikat.

(Halaman 47)

Karena adanya persaingan yang sangat ketat dan hebat inilah maka segala sesuatu mesti dipikirkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan mempertimbangkan dengan cukup masak.

Demikian pula rencana bantuan INPRES Desa Tertinggal (IDT) yang sering kali diselewengkan oleh pejabatnya yang mungkin diangap uang yang lebih (IDT diplesetkan Iki Duwit Turah).

Mengenai keberatan semacam ini, Wilfrit Sanders dar The Canadian Institute of Public Opinion memberi jawaban dengan suatu gambaran bahwa apabila kita ingin mencoba rasa sepanci sayur sop, maka kita tentu saja tidak perlu memakan sepanci saur sop tersebut. Hal ini kiranya dapat kita ambil satu sendok saja, dan sudak cukup untuk dapat menentukan atau menyimpulkan rasa sayur sop sepanci itu.

(Halaman 48)

Kita tidak usah meragukan lagi akan ungkapan “the voice of the people is the voice of God” (Suara rakyat itu adalah suara Tuhan), dan ini menjadi dasar utama dari demokrasi. Namun demikian seorang negarawan sejati tidak demikian saja merubah cita-citanya atau idee-idee yang telah diyakininya untuk disesuaikan dengan opini publik yang dihadap pada suatu waktu.

(Halaman 49)

Pemimpin yang besar selalu mencari keterangan-keterangan dari setiap sumber yang dapat dipercaya mengenai keadaan rakyat yang akan dipimpin.

(Halaman 53)

C. Pelakasanaan Public Opinion Polling

Majalah Tempo dalam menyambut Hari Pendidikan Nasional 1984 pada Edisi Nomer 10 Tahun XIV 5 Mei 1984 membuat angket untuk para guru sebanyak 701 atau 93,5% dari jumlah yang direncanakan yaitu sebanyak 750. Ada kesan bahwa dalam menjawab, guru-guru ini cenderung membatasi diri. Hasil angket ini antara lain memperlihatkan, Cuma dua di antara sepuluh pendidik itu kini yang mengaku mendapat nafkah yang cukup dengan gajinya.

Kebanyakan guru sekarang membutuhkan pekerjaan sampingan buat memenuhi biaya hidup, begitu pengakuan 80,5% dari mereka.

2. Badan-Badan public opinion poling mempunyai syarat yang mutlak dalam sistemnya agar dalam menginterviu responden dapat benar-benar meliputi segala golongan dan lapisan masyarakat dengan proporsi yang telah ditentukan sebelumnya.

(Halaman 57)

Akan tetapi dengan jalan melakukan polling oleh suatu badan public opinion polling, maka tuntutan-tuntutan itu dengan cepat dan tepat dapat diteliti opini sebagian besar rakyat yang sebenarnya.

(Halaman 58)

Setelah dilakukan public opinion polling maka ternyata hasilnya adalah:

  • Menyetujui undang-undang                 = 68%
  • Menentang undang-undang                  = 27%
  • Tidak mempunyai opini                       = 5%

Sejak didirikan pada tahun 1935 hingga tahun 1945 American Institute of Public Opinion Polling telah membuat 114 kali pengukuran opini publik. Dari jumlah tersebut ternyata bahwa:

  • 58 kali pengukuran dengan perbedaan selisih kurang dari 3%
  • 31 kali pengukuruan dengan selisih antara 3 – 6%
  • 19 kali pengkuruan dengan selisih antara 6 – 10%
  • 6 kali pengukuran dengan selisih antara 10 – 15%

(Halaman 59)

E. Jumlah Sampel yang Di interview/Diwawancari

Sebenarnya jumlah sampel kurang Begitu penting kedudukannya sebagai ukuran untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan (reliable). Yang lebih penting adalah pemilihan orang-orang yang dijadikan sample.

(Halaman 60)

Undang-undang Larangan Minuman Keras pada akhir tahun 1944 di Amerik Serikat.

Sampel yang jumlahnya 1.326.

(Halaman 61)

Penelitian sejumlah 12.494.

Dari angka-angka diats nyata sekali bahwa perbedaan hasil penelitian dengan jalan interviu terhadap beberapa jumlah sampel yang kecil dan yang besar hanya selisih antara 1% sampai 2% saja.

(Halaman 63)

Orang-orang yang telah ditunjuk menjadi interviewer itu mendapat honorarium dan ongkos jalan, karena pekerjaan itu tidak membutuhkan waktu yang penuh hingga pekerjaan itu dapat dilakukan sebagai pekerjaan sambilan di samping pekerjaan mereka sehari-hari yang tetap.

(Halaman 64)

Yang amat baik di dalam melakukan penelitian objektivitas seorang inteviewer adalah dengan jalan penyusunan komposisi pertanyaan (questionnaires = Kwesener) dalam ballot tersendiri di mana didalamnya dicantumkan beberapa pertanyaan sebagai suatu pancingan.

(Halaman 65)

Karena biasanya upah untuk seorang interviewer cukup besar maka kebanyakan pekerjaan sambilan tersebut sangat menarik bagi para interviewer,

(Halaman 66)

Untuk itulah maka mereka kebanyakan bekerja dengan sungguh-sungguh.

(Halaman 72)

This Means that q question may be reworded five or six time before it is actually submitted in its final from to the national sample. In some instances as many as tewnty-five to fifty wordings have been tried out.

(Halaman 73)

Teknik polling semacam ini biasa disebut “split ballot tehcnique”, yang banyak memberikan hasil yang berguna, teristimewa dalam hal penelitian pengaruh-pengaruh mengenai komposisi pertanyaan terhadap jalan pikiran para responden.

(Halaman 74)

K. Bentuk Pertanyaan

1. Open or free answer question (Pertanyaan yang meminta jawaban secara bebas).

2. Multiple Choice atau Cafetarian questions.

(Halaman 76)

Pak R. Roekomy (almarhum) menulis ini pada tahun 1958 dan permulaan tahun 1959 di mana masih jarang bahkan boleh dikatakan belum lazim digunakan pertanyana multiple choise di negara kita.

3. The Categorical or dichomotous question

4. macam pertanyaan keempat adalah Filter Questios, yang dimaksud dengan daftar pertanyaan ini adalah pertanyaan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan responden terhadap suatu masalah,

(Halaman 77)

Karena dalam kenyataannya banyak sekali orang belum mengenai segala sesuatunya mengenai berbagai masalah dan mereka kebanyakan hanya mengetahui serba sedikit mengenai masalah tersebut atau hanya dengar-dengan saja dan tidak mengetahui masalah yang sebenarnya.

Dengan jawaban tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa responden telah berbohong dan mungkin sekali tidak pernah menonton film tersebut akan tetapi demi gengsi maka rupanya merasa malu apabila menjawab belum menonton atau belum mengetahui sesuatu masalah. Hal ini perlu diketahui bahwa Tyrone Power tidak pernah main film Gone with the wind yang terkenal karena yang main adalah Clarck Gable.

(Halaman 78)

Beberapa Cara Mengukur Opini Publik.

1. Referendum (Plebisit)

2. Melalui Meia massa (terutama Pers/Surat Kabat)

3. Sampling

(Halaman 79)

4. Polling Sistem

5. Public Research

(Halaman 81)

Kebebasan yang bertanggung jawab.

(Halaman 85)

BAB IV OPINI, PERSEPSI, SIKAP DAN PERILAKU (Opinion, Perception, Attitude and Behavior)

Biasanya sikap seseorang mencerminkan sekaligus pendapatnya secara implisit (dari bahasa latin Implicite artinya meskipun belum atau tidak disebut, sudah termasuk di dalamnya).

(Halaman 87)

Opini itu dibentuk berdasarkan:

a. Kumpulan data dan fakta.

b. Rekontruksi dari keadaan (daya pikir dan daya abstraksi individu).

c. reaksi atau sikap individu sebagai komunikator maupun komunikan, halmana ditentukan lebih lanjut lagi oleh situasi komunikasi serta masing-masing situasi komunikan maupun komunikator sendiri.

(Halaman 90)

Untuk mengurangi rasa bersalahnya mereka mengatakan bahwa korupsi, pungli ataupun kolusi yang dilakukannya tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh pimpinannya/atasannya, apalagi bila dibandingkan dengan korupsi yang dilakukan oleh Eddy Tansil yang menyebabkan Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) kebobolan 1,3 Triliun Rupiah. Barang kali Eddy Tansil pun akan beralasan untuk mengurangi perasaan bersalahnya. “Uang sebanyak 1,3 Triliun rupiah itu tidak saya gunakan sendiri, akan tetapi kan saya bagi-bagikan”.

“negerimu ini memiliki asas budaya yang dahsyat yang misalnya, bernama musyawarah mufakat. Suatu siang anda nyetir mobil dan melanggar rambu lalu lintas? Bisa dimusyawarahkan dan dimufakati bersama bagaimana jalan keluarnya dan berapa jumlah uang yang disangga oleh kemufakatan. Anda melanggar hukum? Anda ingin mengutil gedung pencakar langit?

(Halaman 91)

Anda ingin sesuatu yang bukan hakmenjadi hak anda? Anda ingin pencurian yang anda lakukan diuukan menjadi kemuliaan sosial? Anda ingin yang haram menjadi halal? Anda ingin salah seorang di antara serombongan perampok dijadikan kambing hitam?

(Halaman 109)

3. Suatu contoh penelitan seorang Profesor kulit putih bernama LaPiere pada tahun 1934, yang mengelilingi Amerika dengan seorang murid Cina dengan Isterinya. Pada masa itu di Amerika Serikat terdapat prasangka (prejudice) yang cukup kuat terhadap Orang Timur. Penelitin itu menunjukkan ketidak konsistenan antara sikap dan perilaku para pemilik hotel (motel) dan restoran. Sebelumnya kepada para pemilik hotel, motel, dan restoran tersebut dikirimi daftar pertanyaan melalui pos dan ditanyakan: Maukah anda menerima tamu Cina? Jawaban yang dikirim kembali melalui pos hasilnya adalah 92% dari pemilik café dan sertoran serta 91% dari pemilik hotel dan motel menjawab: Tidak mau menerima.

Dalam kenyatannya ketika LaPiere dan sepasang Cina dengan mengendarai mobil dan menempuh jarak sampai 10.000 mil menjelajahi Amerika Serikat, pasangan Cina ini hanya mengalami penolakan sekali (satu kali) di Hotel (motel) dan restoran yang mereka kunjungi.

(Halaman 111)

a. Penelitian LaPiere tahun 1934 tersebut dalam butir 3 dan 4 sering disebut Postulat ketidak ajegan (Inconsistency).

(Halaman 118)

Roekomy Drs R, Tingkah Laku Kolektif dalam Mobilitas Sosial, Bandung 1970.

Roekomy Drs R, Diktat Kuliah Opini Publik, Bandung 1970.

Roekomy Drs R, Kuliah mengenai Public Opinion (Opini Publik), FakultasPublisistik UNPAD Bandung 1969.

Artikel Terkait

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!