Dalam dunia kerja, kita sering berpikir harus memilih antara tampil formal dan otoritatif atau tampil kasual dan terbuka. Namun, sebenarnya, kita bisa mendapatkan kedua manfaat tersebut dengan memilih busana formal.
Berdasarkan hasil penelitian, pakaian formal tidak hanya meningkatkan persepsi otoritas tetapi juga menciptakan kesan keterbukaan.
Rekomendasi ini sangat relevan bagi para profesional di bidang medis, bisnis, hukum, atau pendidikan yang ingin membangun hubungan yang terpercaya dan terbuka dengan klien, pasien, atau audiens mereka.
Busana Formal Meningkatkan Rasa Percaya dan Keterbukaan
Alasan di balik pentingnya memilih busana formal adalah bahwa pilihan ini mampu membangun dua persepsi sekaligus: otoritas dan kepercayaan. Banyak orang menganggap bahwa busana formal dapat menciptakan kesan profesional yang mengintimidasi, namun justru sebaliknya, busana ini dapat membuat kita terlihat lebih terbuka dan ramah. Hal ini sangat penting dalam profesi di mana kepercayaan sangat dibutuhkan, seperti dalam dunia medis, di mana pasien merasa lebih aman dengan dokter yang terlihat profesional namun juga ramah.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Brase dan Richmond, para peneliti mencoba memahami apakah busana formal dalam dunia kedokteran meningkatkan kesan otoritas namun juga dapat mendukung keterbukaan. Dalam studi ini, para peneliti memotret dokter-dokter dengan tiga gaya busana berbeda: pakaian dokter standar (jas putih), pakaian formal (jas dan dasi atau blouse), serta pakaian kasual (jeans dan kaos). Kemudian, mereka meminta peserta menilai dokter-dokter ini berdasarkan tiga kriteria: otoritas, keramahan, dan daya tarik.
Bukti: Studi yang Mendukung Manfaat Busana Formal
Hasil studi tersebut menemukan bahwa pakaian kasual adalah yang terendah dalam hal kesan otoritas, keramahan, dan daya tarik. Dokter yang mengenakan jas putih atau pakaian formal memperoleh nilai lebih tinggi dalam hal otoritas sekaligus keramahan. Bahkan, dokter yang tampak sebagai figur otoritatif justru dinilai lebih ramah dan dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan bahwa busana formal tidak hanya memperkuat kesan profesional, tetapi juga membantu menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka bagi pasien untuk berbicara jujur tentang gejala mereka.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa, berbeda dengan asumsi banyak orang, busana formal tidak mengurangi rasa keterbukaan. Justru, pasien merasa lebih tenang ketika berbicara dengan dokter yang terlihat otoritatif dan profesional. Dalam laporan studinya, para peneliti menyatakan, “Pakaian kasual tidak efektif meningkatkan kenyamanan pasien…Pakaian kasual menurunkan persepsi otoritas, keramahan, dan kepercayaan, tanpa memandang gender baik pasien maupun dokter.” Dengan kata lain, busana formal adalah pilihan yang efektif untuk menciptakan hubungan profesional yang penuh kepercayaan.
Kesimpulan
Dari perspektif ini, terlihat bahwa pilihan busana formal bukan hanya soal estetika tetapi merupakan strategi yang kuat dalam membangun persepsi positif. Bagi para profesional yang perlu membangun hubungan yang didasari kepercayaan, seperti dokter, pengacara, atau dosen, busana formal dapat membantu meningkatkan kesan profesionalisme sekaligus keterbukaan.
Penelitian yang Menjadi Referensi:
Brase, G. L., & Richmond, J. (2004). The white-coat effect: Physician attire and perceived authority, friendliness, and attractiveness. Journal of Applied Social Psychology, 34(12), 2469-2481.
· Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa dalam interaksi antara dokter dan pasien, gaya berpakaian dokter mempengaruhi persepsi pasien tentang otoritas medis dan keterbukaan. Selama ini, ada anggapan bahwa pakaian formal menambah kesan otoritas namun mengurangi keterbukaan, sementara pakaian kasual menimbulkan efek sebaliknya. Penelitian ini bertujuan menguji asumsi tersebut dan menilai apakah pakaian formal (termasuk jas putih) dapat meningkatkan persepsi otoritas tanpa mengurangi kesan ramah atau dapat dipercaya.
· Metode Penelitian
Penelitian ini melibatkan 78 peserta (38 pria dan 40 wanita) yang diminta menilai foto digital dokter dengan tiga gaya berpakaian berbeda: jas putih, pakaian formal (jas atau blouse), dan pakaian kasual (jeans dan kaos). Setiap dokter pada foto tersebut memiliki identitas sebagai dokter yang sama dengan menggunakan atribut seperti clipboard, stetoskop, dan lencana nama. Para peserta kemudian menilai dokter pada tiga faktor utama: otoritas, keramahan, dan daya tarik.
· Hasil Utama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian kasual secara signifikan mengurangi persepsi otoritas, keramahan, dan daya tarik dokter dibandingkan dengan jas putih atau pakaian formal. Dokter yang mengenakan jas putih dipersepsikan memiliki otoritas lebih tinggi, sedangkan dokter dengan pakaian formal terlihat lebih ramah. Selain itu, persepsi otoritas berhubungan positif dengan kepercayaan dan keterbukaan, bertentangan dengan asumsi sebelumnya yang menyatakan bahwa otoritas dan keterbukaan adalah dua faktor yang berlawanan.
· Kesimpulan dan Implikasi
Kesimpulan penelitian ini menyarankan bahwa penggunaan pakaian kasual tidak efektif untuk meningkatkan kenyamanan atau keterbukaan pasien terhadap dokter. Sebaliknya, pakaian formal atau jas putih lebih baik dalam membangun persepsi otoritas dan keramahan. Rekomendasi bagi dokter adalah menggunakan pakaian formal atau jas putih, dan melepas jas putih dalam situasi yang lebih sensitif secara sosial.