Framework Paling Manjur dalam Analisis Kredit

Apa itu framework?

Framework adalah kerangka kerja. Apa itu? Kerangka kerja adalah peralatan mental yang memudahkan kita untuk menyelesaikan masalah. Biasanya kerangka kerja terdiri dari seperangkat daftar centang (check list) yang jika kita memenuhi semuanya, maka masalah kita lebih mudah kita selesaikan.

Framework untuk menganalisis kelayakan kredit yang paling manjur adalah 5C. Ini adalah singkatan dari lima syarat yang jika semua syarat ini terpenuhi, maka kita bisa yakin bahwa suatu bisnis layak untuk mendapatkan kredit. Lima syarat itu adalah Character (karakter), Capacity (kapasitas), Condition (kondisi), Capital (modal) dan Collateral (agunan).

Pembahasan 5C di internet banyak sekali. Apa yang berbeda dari artikel ini? Artikel ini menyajikan pendekatan baru yang belum ada di dalam literatur 5C sebelum-sebelumnya. Baru apanya? Ada beberapa temuan saintifik terkini yang dapat membantu Anda secara lebih akurat memprediksi keberhasilan seorang nasabah membayar kredit di masa depan. Temuan-temuan baru ini tidak ada dalam buku klasik analisis kredit seperti bukunya Jopie Jusuf misalnya. Alasannya adalah karena pada waktu Jopie Jusuf menulis bukunya, temuan saintifik ini belum ada.

Oke, mari kita mulai satu per satu.

5C

Lima C ini secara singkat maknanya adalah sbb:

  • Character: Faktor ini adalah faktor terpenting dari analisis kredit, sekaligus yang paling sulit. Karena seorang analis harus menilai karakter manusia. Secara umum yang dinilai adalah kejujuran nasabah dan kemampuan dia menghasilkan uang.
  • Capacity: Faktor ini berkaitan dengan kemampuan bisnis nasabah untuk mencetak penjualan, mengendalikan biaya, menghasilkan keuntungan dan akhirnya kemampuan membayar kewajibannya ke bank.
  • Capital: Faktor ini berkaitan dengan uang nasabah sendiri yang akan ikut dibelanjakan dalam proyek nasabah. Semakin besar capital atau modal sendiri yang ikut diinjeksikan dalam proyek (misalnya 80%) berarti menandakan nasabah ikut mengambil risiko dalam proyek tersebut, Semakin rendah modal nasabah, berarti semakin rendah risiko finansial yang ikut ditanggung nasabah. Karena bank tidak punya informasi selengkap nasabah, rasio ini juga menjadi ciri seberapa yakin nasabah dengan proyek tersebut. Semakin besar uang sendiri yang ikut ia pertaruhkan, berarti semakin yakin ia dengan proyek tersebut.
  • Condition: Dalam kelangsungan usaha nasabah, faktor-faktor eksternal juga ikut mempengaruhi. Tingkat persaingan dan pertumbuhan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional, arus investasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen, fluktuasi kurs mata uang, inflasi, pengangguran, pembelian barang tahan lama dan faktor politik serta hukum bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah. Jadi, Character, Capacity dan Capital adalah faktor internal yang ada pada kendali nasabah, nah Condition adala faktor eksternal yang ada di luar kendali nasabah. Faktor eksternal ini bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah. Bisa jadi bisnis yang sebenarnya medioker, tampak cemerlang kinerjanya karena semata-mata faktor eksternal, sedangkan bisnis yang cemerlang secara internal bisa terhempas karena ditimpa kondisi eksternal yang kacau.
  • Collateral: Keempat faktor di atas adalah first way out (jalan keluar pertama). Seorang analis yang baik harus punya skenario cadangan. Jalan keluar kedua (second way out). Jika bisnis nasabah bermasalah dan nasabah gagal bayar, maka bank masih punya jalan keluar, yaitu menyita aset yang dijaminkan kepada bank. Jadi, bank menyelesaikan masalah gagal bayar ini dengan jalan keluar yang sebenarnya tidak diharapkan. Second way out ini dicadangkan untuk berjaga-jaga bila bisnis nasabah sudah tidak lagi mampu untuk memenuhi kewajibannya sendiri.

Semakin lengkap kelima faktor di atas terpenuhi, maka semakin besar peluang kredit tersebut terlunasi dengan baik dan semakin kecil peluang gagal bayar terjadi.

Character

Sebelum ada temuan-temuan saintifik terkini, para bankir memeriksa karakter nasabah dengan dua cara.

1. BI Checking atau sekarang disebut SLIK OJK

2. Trade Checking

Mari kita bahas dulu BI Checking atau SLIK OJK.

Apa itu BI Checking atau yang secara formal disebut Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia?

BI Checking atau Sistem Informasi Debitur adalah sistem pencatatan riwayat pembayaran kredit seorang nasabah yang dilaporkan oleh bagian support kredit di suatu cabang bank kepada sistem terpusat yang dikelola oleh Bank Indonesia.

Jadi, BI Checking adalah sebuah database raksasa yang dikumpulkan dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun mengenai kelancaran pembayaran angsuran pokok dan bunga seseorang di seluruh Indonesia. Sekarang sistem ini diganti nama menjadi SLIK OJK alias Sistem Layanan Informasi Keuangan yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan, seiring dengan perpindahan kewenangan pengaturan jasa keuangan dari BI ke OJK.

Jika angsuran dibayar tepat waktu, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 1 (kol 1) alias lancar.

Jika angsuran dibayar terlambat 1 s.d. 3 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 2 (kol 2) alias Dalam Perhatian Khusus.

Jika angsuran dibayar terlambat 3 s.d. 4 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 3 (kol 3) alias kurang lancar.

Jika angsuran dibayar terlambat 4 s.d. 6 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 4 (kol 4) alias diragukan.

Jika angsuran dibayar terlambat lebih dari 6 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 5 (kol 5) alias macet.

Nah, karena bank tidak tahu masa depan, mereka memperkirakan masa depan dengan rekam jejak di masa lalu. Jika di masa lalu, seseorang tidak bayar angsuran tepat waktu, di masa depan akan begitu juga. Begitu kurang lebih logikanya.

Namun, sistem memiliki dua permasalahan. Satu, bagaimana kalau seseorang tidak pernah memiliki utang bank sebelumnya? Rekam jejaknya nol. Artinya, bank tidak punya catatan seberapa baik kolektibilitasnya. Bukan berarti ini buruk, hanya bank sama sekali tidak punya informasi. Sistem ini akhirnya hanya menguntungkan pemain lama (status quo). Pemain baru sukar masuk.

Cacat kedua adalah anggapan bahwa masa lalu memprediksi masa depan, ceteris paribus. Dalam beberapa hal ini berlaku, tapi sepertinya tidak universal. Misalnya, kalau seseorang dewasa bertinggi badan 171 cm dalam dua tahun terakhir, besar kemungkinan tinggi badannya juga 171 cm dalam dua tahun ke depan. Tapi apakah jika bisnis seseorang lancar dalam dua tahun terakhir, maka bisnisnya juga lancar di dalam dua tahun ke depan? Kita mungkin tidak pernah tahu, yang bisa kita lakukan adalah memperkirakan peluangnya, tidak lebih.

Temuan saintifik psikologi berusaha menjawab ini. Apa faktor-faktor yang dapat memprediksi kejujuran dan kemampuan seseorang di masa depan?

Sebelum kita menjawab ini, mari kita bahas dulu trade checking.

Secara esensial, trade checking adalah kita bertanya kepada pemasoknya nasabah, apakah jika ia berutang, ia membayar tepat waktu dan tepat jumlah? Kita juga bertanya kepada pembelinya nasabah, jika ia menjanjikan untuk mengirim barang, apakah nasabah mengirim barang tepat waktu dan tepat jumlah.

Intinya, kita berusaha memeriksa integritas nasabah dengan mitra-mitra bisnisnya. Apakah ia satu kata dengan perbuatan? Logikanya sama dengan BI Checking. Sebab, jika ia di masa lalu menepati janjinya, di masa depan, ia juga akan menepati janjinya dengan bank untuk membayar utang tepat waktu.

Namun, masalah dari logika ini mirip dengan yang di atas. Data masa lalu tidak menggaransi perilaku masa depan.

Lantas apa solusinya?

Dua solusinya: 1. Tes IQ, 2. Tes karakter.

Tes IQ artinya tes kecerdasan (intelligence test). Tes ini bersifat prediktif. Artinya, ada hubungan erat antara tingginya skor tes IQ dengan kecerdasan seseorang di masa kini dan di masa depan. Tes IQ standar biasanya mencakup tes memori, kemampuan berhitung, kemampuan spasial, kemampuan bahasa dan kemampuan logika. IQ 100 dianggap IQ rata-rata. IQ 130 biasanya cerdas. IQ 78 biasanya bodoh.

Makin tinggi IQ seseorang, makin tinggi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Karena situasi bisnis seringkali berubah dan terus menerus menimbulkan persoalan, kemampuan pemecahan masalah menjadi mutlak. Kemampuan pemecahan masalah menghasilkan kinerja superior. Ada beberapa penelitian bagus yang bisa Anda baca di sini, yang menunjukkan korelasi antara tingginya kecerdasan dengan tingginya kinerja.

Terus bagaimana dengan tes karakter?

Adakah tes yang bisa menunjukkan karakter seseorang? Ada. Namanya adalah tes Big Five model.

Model ini menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi 5 jenis: orang yang openness (berpikiran terbuka), conscientiousness (rapi dan ambisius), extroversion (mudah bergaul), agreeableness (anti konflik) dan neuroticism (cinta diri berlebihan).

Ada korelasi yang kuat antara karakter conscientiousness dengan keberhasilan. Orang-orang yang rapi dan ambisius cenderung sukses dalam hidup.

Miriam Gensowski dalam suatu landmark study (penelitian yang amat berpengaruh), membuktikan bahwa orang yang ber IQ tinggi dan bersifat conscientiousness berpeluang lebih besar untuk sukses dalam hidup. Penelitian itu bisa dibaca di sini.

Nah, sebagai bankir Anda bisa memanfaatkan dua tes ini di sini, untuk menilai karakter nasabah Anda secara objektif. Jika mereka ber IQ tinggi dan bersifat conscientiousness, mereka lulus cek pertama.

Capacity

Bisnis yang baik memiliki beberapa ciri menonjol. Satu, bisnis itu menguntungkan. Dua, bisnis itu memberikan pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan dengan angka cukup baik. Tiga, bisnis tersebut terus menerus mampu memperluas pasar. Empat, pertumbuhan arus kas operasional. Lima, bisnis tersebut memiliki siklus kas yang cepat.

Mari kita bahas satu per satu:

Gross Profit Margin (margin keuntungan) yang besar menunjukkan bahwa bisnis tersebut mampu menjual dengan harga tinggi (di atas pesaingnya) atau mampu beroperasi dengan efisien (artinya mengendalikan biaya dengan cermat) atau keduanya. Hal ini bisa dicapai jika bisnis tersebut menguasai suatu “kuasa kelangkaan” sehingga ia bisa lolos dari persaingan. Kuasa kelangkaan itu bisa Anda pelajari di sini dan di sini.

Artinya, jika bisnis itu sangat menguntungkan, bisnis itu memiliki daya tawar tinggi di hadapan konsumen atau di hadapan pemasok sekaligus atau pada keduanya.

Ceteris paribus, akibat dari GPM yang tinggi adalah ROI (return on investment) yang tinggi, jika GPM itu berkelanjutan (terus menerus). Maknanya adalah imbal hasil dari investasi yang ditanamkan membuahkan untung yang tinggi. Nama lain dari ROIC adalah return on invested capital (ROIC). Semakin tinggi ROIC semakin tinggi nilai perusahaan. Hal itu bisa Anda pelajari lebih lanjut di sini.

Jika modal yang ditanamkan sangat besar, ROI akan rendah walau GPM tinggi. Misal, perusahaan minyak memiliki kuasa kelangkaan karena modal yang ditanamkan sangat tinggi, sehingga walau GPMnya tebal, ROInya rendah. Ini bukan sesuatu yang ideal. Perusahaan perangkat lunak di sisi lain, jika GPM nya tinggi, akan menciptakan ROIC yang tinggi pula. Mengapa? Karena investasi yang diperlukan untuk membangun perusahaan perangkat lunak amat rendah (orang, seperangkat komputer, jaringan internet dan mungkin sebuah server sederhana).

Revenue yang terus tumbuh secara konsisten dari tahun ke tahun adalah tanda bahwa produk perusahaan laku di pasaran. Ini namanya market-product fit. Jika revenue perusahaan mampu tumbuh secara konsisten lebih besar dari pertumbuhan revenue industri, maka perusahaan terus menerus memperluas market share (bagian dari kue industri). Ini tanda bahwa pasar menyambut baik value yang disediakan perusahaan.

Arus kas operasional adalah pendapatan secara kas dikurangi biaya secara kas. Arus kas operasional yang terus menerus meningkat/bertumbuh menandakan bahwa perusahaan mampu untuk menagih haknya kepada pembelinya secara efektif sekaligus memenuhi kewajibannya kepada vendor secara tepat waktu. Keuntungan adalah soal pencatatan, kas adalah fakta.

Perusahaan yang mencatat penjualan atau keuntungan tinggi, tapi kasnya kecil berarti arus kas operasionalnya bermasalah. Ini bisa disebabkan oleh umur piutangnya yang terlalu lama. Mengapa mereka dibiarkan tidak dibayar pelanggannya? Karena, daya tawar mereka lemah. Pelanggan mereka memanfaatkan kelemahan daya tawar itu dengan menahan pembayaran selama mungkin.

Siklus konversi kas (cash to cash cycle) yang cepat menunjukkan perputaran bisnis yang cepat dan sehat. Ini berarti seberapa cepat, uang yang ditanamkan dalam modal kerja menjadi sales yang terkonversi menjadi kas lagi. Siklus kas yang lambat menunjukkan perusahaan tak punya kuasa kelangkaan untuk menagih pembayaran dari pelanggan.

Itulah lima indikator kesehatan keuangan paling penting yang menunjukkan kapasitas nasabah. Anda bisa mempelajari lebih lanjut di sini.

Selain itu, angka-angka tadi tidak punya makna kecuali ada standar industri. Anda dapat membandingkan angka-angka di atas secara objektif, dengan IRIS yang bisa Anda pelajari di sini. Dengan IRIS, Anda bisa membandingkan angka-angka keuangan suatu perusahaan dengan standar industrinya, dengan standar sektornya dan dengan keseluruhan ekonomi Indonesia.

Tapi, kelimanya adalah hasil. Lima ini bukan sebab. Ia adalah tanda, bukan faktor yang menjadikan suatu bisnis itu maju.

Apa lantas faktor yang menjadikan bisnis itu maju? Satu, manajemen. Dua, strategi.

Manajemen dalam konteks ini artinya bahwa ada seperangkat cara-cara internal yang dilakukan untuk menjadikan proses di dalam perusahaan itu mencapai tujuannya. Mulai dari operasional produksi sampai dengan pengelolaan sumberdaya manusia.

Ukuran objektif untuk manajemen yang baik ada pada The World Management Survey yang telah melakukan studi pada 13,000 perusahaan di seluruh dunia. Anda dapat mengukur efektivitas manajemen suatu bisnis di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen perusahaan secara umum, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen rumah sakit, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen sekolah atau lembaga pendidikan, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen toko ritel, temukan di sini.

Condition

Tingkat persaingan dan pertumbuhan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional, arus investasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen, fluktuasi kurs mata uang, inflasi, pengangguran, pembelian barang tahan lama dan faktor politik serta hukum bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah.

Posisi perusahaan di dalam lanskap persaingan bisnis dipengaruhi strategi perusahaan. Strategi dalam konteks ini artinya bahwa perusahaan mempunyai kuasa kelangkaan yang memungkinkan ia memiliki posisi strategis di pasar sehingga bisa keluar dari perangkap persaingan. Karena persaingan menekan margin keuntungan, memaksa perusahaan beroperasi pada harga minimal dan secara efektif sangat rentan pada pemain baru. Gagal keluar dari persaingan berarti tandatangan surat kematian, cepat atau lambat.

Secara umum, persaingan di dalam industri dipengaruhi oleh lima faktor: (1) hambatan untuk masuk, (2) ancaman produk pengganti, (3) kekuatan tawar pembeli, (4) kekuatan tawar pemasok, (5) persaingan antar perusahaan di dalam industri tersebut.

Intinya adalah semakin perusahaan memiliki kuasa kelangkaan, semakin tinggi daya tawar perusahaan. Semakin tinggi kuasa kelangkaan yang ia miliki akan semakin menguntungkan perusahaan tersebut.

Ukuran objektif apakah suatu perusahaan memiliki posisi strategis di pasar sehingga memiliki keunggulan kompetitif telah dibakukan oleh studi Michael Porter pada lebih dari 1200 perusahaan sepanjang 30 tahun terakhir. Anda dapat mengukur kapasitas strategis nasabah Anda di sini.

Kondisi-kondisi eksternal lain yang mempengaruhi perusahaan adalah:

(1) selera konsumen

Selera konsumen yang berubah bisa membunuh atau sebaliknya menyebabkan perusahaan tumbuh cepat. Pada umumnya, orang menginginkan sesuatu yang semakin murah, memudahkan mereka dan semakin cepat.

Selain itu, orang menginginkan sesuatu yang meningkatkan status ekonomi dan sosial mereka. Mereka juga menginginkan penyelesaian masalah mereka sesegera mungkin.

(2) teknologi

Perkembangan teknologi memungkinkan suatu produk atau jasa cepat kedaluwarsa. Misalnya foto kertas digantikan foto digital. Warnet digantikan teknologi WiFi dan seterusnya.

Sebaliknya, teknologi baru memungkinkan tren baru dan pekerjaan baru. Dinamika ini menyebabkan penciptaan dan penghancuran terus menerus di dalam ekonomi.

(3) pertumbuhan ekonomi dan inflasi

Pertumbuhan ekonomi secara singkat bermakna pendapatan masyarakat meningkat dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan daya beli yang meningkat di masa depan. Namun, pendapatan meningkat ini bisa juga disebabkan oleh pencetakan uang yang berlebihan. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah pertumbuhan ekonomi nominal dikurangi angka inflasi. Misalnya, angka pertumbuhan ekonomi adalah 7%, tapi inflasi 4% maka pertumbuhan ekonomi riil adalah 7% – 4% alias 3%.

Ketika ekonomi tumbuah positif, maka daya beli diharapkan juga meningkat. Ini menyebabkan pebisnis meningkatkan investasinya, untuk menanggapi meningkatnya permintaan di masa depan.

(4) fluktuasi kurs

Para pebisnis yang mendatangkan bahan bakunya melalui impor dan membayarnya dengan dolar, dapat terimbas risiko fluktuasi nilai tukar. Menguatnya dolar membuat daya beli importir melemah. Akibatnya, harga jual produk mereka menjadi lebih mahal secara pembukuan akuntansi.

Derasnya arus investasi ke dalam negeri menyebabkan menguatnya nilai Rupiah. Hal ini karena permintaan terhadap Rupiah melonjak. Sebaliknya pelarian modal ke luar negeri menyebabkan Rupiah melemah, karena tekanan jual pada Rupiah.

(5) pembelian barang tahan lama (durable goods)

Tingginya pembelian barang tahan lama seperti mobil, motor atau furnitur, apalagi dengan cara mencicil, menunjukkan keyakinan masyarakat akan daya belinya di masa depan.

Sebab, orang yang telah mampu membeli barang tahan lama menandakan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Dengan menggunakan data pendapatan dan konsumsi di Amerika Serikat dari tahun 1888 to 1941, penelitian Milton Friedman membuktikan bahwa ada korelasi positif antara naiknya permanent income dengan tingginya konsumsi di masa depan. Hal ini dikenal dengan istilah permanent income hypothesis.

(6) pengangguran dan investasi

Angka pengangguran yang tinggi di masa sekarang dipersepsi sebagai pelemahan daya beli masyarakat. di masa depan Karena, pembeli di masa depan berkurang karena tidak ditopang dengan pendapatan.

Investasi yang meningkat akan mengurangi pengangguran, karena investasi menyerap lapangan pekerjaan.

Apa yang menyebabkan investasi meningkat? Pajak yang murah, negara yang ramping, lepasnya ekonomi dari pengaruh politisi, pengurangan regulasi, kemudahan ekspor dan impor, kemudahan pendirian/pembubaran usaha, penghapusan ketentuan upah minimum, pengadilan yang independen dan bebas akan meningkatkan arus investasi. Ukuran-ukuran objektif yang dipakai adalah Index of Economic Freedom dari Heritage Foundation dan Fraser Institute dan Ease of Doing Business dari World Bank.

Capital

Capital adalah modal. Ia adalah uang nasabah sendiri yang diikutsertakan dalam suatu proyek bisnis.

Semakin tinggi capital, semakin tinggi risiko yang ditanggung nasabah. Ini berarti nasabah akan berusaha mati-matian untuk membuat usahanya berhasil. Dengan cara ini bank memastikan bahwa risiko kegagalan akan ditanggung bersama.

Tidak ada patokan pada angka berapa angka capital yang ideal yang harus disediakan nasabah. Secara umum, semakin tinggi, semakin baik.

Collateral

Collateral atau jaminan atau agunan adalah jalan keluar kedua, jika pembayaran nasabah telah gagal. Jalan keluar ketiga adalah personal guarantee, yaitu nasabah memberikan garansi pengembalian pembayaran angsuran dari seluruh kekayaan yang ia miliki.

Agunan dapat terdiri dari:

(1) Tanah dan bangunan (properti)

(2) Kendaraan atau mesin

(3) Piutang

(4) Cash atau surat berharga baik obligasi maupun saham

Bank paling menyukai tanah dan bangunan sebagai agunan karena sifatnya yang tidak bergerak dan mudah dikuasai jika perikatannya sempurna. Perikatan sempurna maksudnya adalah jaminan tersebut telah dipasang Hak Tanggungan (atau dalam bahasa Belanda akad “borg”) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang.

Anda dapat mempelajari tentang teknik penilaian properti di buku yang telah kami ringkas di sini.

Sebagai kesimpulan, Anda dapat menilai kelayakan nasabah dengan 5 cara: Character, Capacity, Condition, Capital dan Collateral.

Lembaga Riset Veritas dapat membantu Anda menilai:

  1. Character dengan tes IQ dan tes big Five model
  2. Capacity dengan analisis laporan keuangan, data IRIS, analisis kualitas manajemen
  3. Condition dengan analisis bisnis/pemasaran

Semua alat dari kami akan membuat analisis Anda moncer dan bermutu.

    Artikel Terkait

    You cannot copy content of this page

    error: Content is protected !!