Analisis Keuangan Perusahaan Secara Objektif dan Adil

Mengapa Memahami Rasio Keuangan Itu Penting

Chandra Natadipurba

Pemahaman mendalam tentang indikator-indikator dan benchmark dalam suatu industri merupakan elemen penting yang dapat memengaruhi berbagai keputusan bisnis strategis.

Selain pengucuran kredit, alokasi investasi, pembukaan pasar baru, dan alokasi anggaran, indikator-indikator ini juga mempengaruhi keputusan dalam banyak aspek lain seperti pengelolaan risiko, penilaian kinerja manajemen, strategi harga, manajemen inventaris, dan banyak lagi.

Dalam penjelasan ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai bagaimana indikator-indikator tersebut mempengaruhi berbagai keputusan bisnis, disertai dengan contoh-contoh yang relevan.

1. Penilaian Kinerja Manajemen

Indikator Terkait:

  • Return on Asset (ROA)
  • Return on Equity (ROE)
  • Return on Invested Capital (ROIC)
  • Profit Growth
  • Gross Profit Margin
  • Net Profit Margin

Penjelasan: Penilaian kinerja manajemen adalah proses kritis dalam memastikan bahwa tim eksekutif perusahaan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan bisnis. Indikator seperti ROA, ROE, dan ROIC digunakan untuk menilai seberapa baik manajemen dalam menggunakan aset, ekuitas, dan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan.

Margin laba kotor dan laba bersih memberikan gambaran tentang efisiensi operasional dan keberhasilan strategi penetapan harga.

Contoh: Misalkan sebuah perusahaan FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) melihat bahwa ROA dan ROE mereka menurun sementara profit margin tetap stabil. Ini mungkin menunjukkan bahwa meskipun manajemen berhasil menjaga biaya di bawah kendali, mereka mungkin tidak memaksimalkan penggunaan aset perusahaan.

Sebagai tindak lanjut, perusahaan dapat meninjau strategi pemanfaatan aset atau mempertimbangkan restrukturisasi manajemen.

2. Manajemen Risiko

Indikator Terkait:

  • Debt to Equity Ratio
  • Financial Leverage
  • Current Ratio
  • Quick Ratio
  • Net Debt/Total Equity
  • Long Term Debt/Equity

Penjelasan: Manajemen risiko melibatkan identifikasi, penilaian, dan mitigasi risiko yang dapat mempengaruhi operasional dan keberlanjutan bisnis. Rasio utang terhadap ekuitas dan leverage keuangan mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada utang untuk membiayai operasinya, yang merupakan faktor penting dalam penilaian risiko keuangan.

Rasio lancar dan cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, yang penting untuk mempertahankan likuiditas.

Contoh: Sebuah perusahaan teknologi tinggi dengan rasio debt to equity yang tinggi mungkin menghadapi risiko likuiditas selama penurunan ekonomi, terutama jika pendapatan dari produk baru tidak sesuai harapan.

Untuk mengelola risiko ini, perusahaan dapat mempertimbangkan pengurangan utang, peningkatan modal ekuitas, atau diversifikasi produk untuk memastikan aliran pendapatan yang lebih stabil.

3. Strategi Penetapan Harga

Indikator Terkait:

  • Gross Profit Margin
  • Net Profit Margin
  • Sales Growth
  • Cost Growth

Penjelasan: Strategi penetapan harga yang efektif adalah kunci untuk mencapai keseimbangan antara daya saing dan profitabilitas. Margin laba kotor dan laba bersih membantu menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan setelah dikurangi biaya produksi dan operasional.

Pertumbuhan penjualan dan biaya juga perlu dipertimbangkan untuk menyesuaikan strategi harga agar tetap kompetitif tanpa mengorbankan margin keuntungan.

Contoh: Sebuah perusahaan otomotif mungkin menemukan bahwa biaya produksi meningkat karena kenaikan harga bahan baku. Meskipun penjualan tumbuh, margin laba kotor menyempit. Untuk mengatasi ini, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menaikkan harga atau mencari cara untuk mengurangi biaya produksi, seperti mengadopsi teknologi baru atau merundingkan kembali kontrak dengan pemasok.

4. Manajemen Modal Kerja

Indikator Terkait:

  • Working Capital Turnover
  • Working Capital Ratio
  • Days Sales Outstanding (DSO)
  • Days Inventory (DI)
  • Days Payables Outstanding (DPO)
  • Cash Conversion Cycle (CCC)

Penjelasan: Manajemen modal kerja adalah proses mengelola aset dan kewajiban lancar untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk menjalankan operasinya. Indikator seperti turnover modal kerja dan rasio modal kerja membantu mengevaluasi efisiensi penggunaan modal kerja.

DSO, DI, dan DPO, serta siklus konversi kas (CCC), memberikan wawasan tentang seberapa cepat perusahaan mengubah investasi dalam modal kerja menjadi kas.

Contoh: Sebuah perusahaan ritel mungkin menemukan bahwa DSO mereka meningkat, yang berarti mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengumpulkan piutang dari pelanggan.

Jika ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya hari persediaan (DI), siklus konversi kas (CCC) akan meningkat, yang menunjukkan bahwa modal kerja terikat lebih lama dalam proses operasional. Perusahaan dapat menanggapi ini dengan memperketat kebijakan kredit atau memperbaiki proses manajemen inventaris untuk mempercepat konversi kas.

5. Strategi Akuisisi dan Merger

Indikator Terkait:

  • Price to Book Value (P/B)
  • Return on Invested Capital (ROIC)
  • Free Cashflow Growth
  • Debt to Equity Ratio
  • Financial Leverage

Penjelasan: Dalam proses akuisisi dan merger, perusahaan perlu menilai nilai wajar dari target akuisisi serta bagaimana hal itu akan mempengaruhi struktur modal dan pengembalian modal yang diinvestasikan.

Rasio P/B digunakan untuk menentukan apakah perusahaan target dinilai lebih atau kurang dari nilai bukunya. Pertumbuhan arus kas bebas dan ROIC membantu dalam mengevaluasi apakah akuisisi tersebut akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Contoh: Jika sebuah perusahaan besar di sektor telekomunikasi mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan teknologi kecil, mereka akan menggunakan indikator seperti ROIC dan free cashflow growth untuk menilai apakah target akuisisi dapat menghasilkan pengembalian yang melebihi biaya modal. Rasio P/B yang rendah mungkin menunjukkan bahwa target undervalued, menjadikannya peluang akuisisi yang menarik.

6. Perencanaan Pajak dan Kepatuhan Regulasi

Indikator Terkait:

  • Net Profit Margin
  • Return on Equity (ROE)
  • Debt to Equity Ratio
  • Current Ratio

Penjelasan: Perencanaan pajak dan kepatuhan terhadap regulasi sangat penting untuk menjaga reputasi perusahaan dan memaksimalkan keuntungan setelah pajak. Net profit margin memberikan gambaran tentang laba bersih yang akan dikenakan pajak.

ROE dan rasio utang terhadap ekuitas dapat mempengaruhi beban pajak karena perusahaan mungkin memilih untuk meminimalkan pajak melalui strategi leverage atau optimalisasi ekuitas.

Contoh: Perusahaan manufaktur besar mungkin memilih untuk meminimalkan pajak dengan memanfaatkan utang yang lebih besar (debt to equity ratio yang tinggi) untuk mendapatkan potongan pajak atas bunga.

Namun, mereka juga harus memastikan bahwa strategi ini tidak membahayakan stabilitas keuangan jangka panjang dan tetap dalam batasan regulasi.

7. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Indikator Terkait:

  • Operating Cashflow Growth
  • Profit Growth
  • Cost Growth

Penjelasan: Keputusan terkait pengelolaan SDM seperti perekrutan, pelatihan, dan pengembangan karir sangat dipengaruhi oleh indikator keuangan.

Pertumbuhan arus kas operasi dan keuntungan yang stabil memberikan perusahaan ruang untuk berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan SDM. Sebaliknya, pertumbuhan biaya yang cepat mungkin memerlukan penyesuaian dalam manajemen SDM, seperti pengendalian biaya tenaga kerja.

Contoh: Perusahaan di sektor jasa yang mengalami pertumbuhan laba operasional yang stabil mungkin memutuskan untuk meningkatkan program pelatihan karyawan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Sebaliknya, jika biaya meningkat lebih cepat dari pendapatan, perusahaan mungkin perlu menunda kenaikan gaji atau menyesuaikan struktur insentif untuk mengendalikan biaya.

8. Pengelolaan Hubungan dengan Pemasok dan Rantai Pasok

Indikator Terkait:

  • Days Payables Outstanding (DPO)
  • Inventory Turnover
  • Cash Conversion Cycle (CCC)
  • Current Ratio
  • Quick Ratio

Penjelasan: Manajemen hubungan dengan pemasok dan rantai pasok adalah elemen kunci dalam memastikan kelancaran operasi bisnis. DPO menunjukkan seberapa cepat perusahaan membayar pemasoknya, sementara inventory turnover dan CCC memberikan wawasan tentang seberapa efisien perusahaan dalam mengelola persediaan dan mengubahnya menjadi kas.

Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur dengan CCC yang tinggi mungkin menunda pembayaran kepada pemasok (meningkatkan DPO) untuk mempertahankan likuiditas jangka pendek. Namun, ini harus dikelola dengan hati-hati untuk menjaga hubungan yang baik dengan pemasok.

Di sisi lain, peningkatan inventory turnover dapat menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi rantai pasok, memungkinkan mereka untuk mengurangi DPO tanpa memengaruhi arus kas.

9. Pengambilan Keputusan Terkait Inovasi dan Pengembangan Produk

Indikator Terkait:

  • Capital Expenditure Growth
  • Free Cashflow Growth
  • Gross Profit Margin
  • Sales Growth

Penjelasan: Inovasi dan pengembangan produk memerlukan investasi yang signifikan dalam belanja modal.

Pertumbuhan belanja modal dan arus kas bebas adalah indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai inovasi. Gross profit margin dan sales growth memberikan wawasan tentang apakah produk yang ada masih relevan dan menguntungkan, atau jika perlu dilakukan inovasi untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi pasar.

Contoh: Sebuah perusahaan teknologi yang menunjukkan pertumbuhan penjualan yang melambat mungkin memutuskan untuk meningkatkan belanja modal mereka dalam R&D untuk mengembangkan produk baru. Jika gross profit margin juga mulai menurun, ini bisa menjadi sinyal bahwa produk yang ada sudah tidak kompetitif, sehingga inovasi menjadi prioritas untuk mengembalikan pertumbuhan dan profitabilitas.

10. Strategi Ekspansi Global

Indikator Terkait:

  • Sales Growth
  • Asset Growth
  • Return on Invested Capital (ROIC)
  • Operating Cashflow Growth
  • Current Ratio

Penjelasan: Ekspansi global adalah langkah strategis yang memerlukan analisis yang cermat tentang indikator keuangan utama. Pertumbuhan penjualan dan aset dapat menunjukkan apakah perusahaan siap untuk memasuki pasar internasional. ROIC dan operating cashflow growth memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk mengelola ekspansi dengan efisien dan tanpa mengorbankan likuiditas.

Contoh: Jika sebuah perusahaan farmasi dengan pertumbuhan penjualan yang kuat di pasar domestik dan ROIC yang tinggi mempertimbangkan ekspansi global, mereka akan melihat indikator seperti pertumbuhan aset dan operating cashflow untuk memastikan bahwa mereka memiliki kapasitas finansial dan operasional untuk berhasil di pasar internasional.

Jika current ratio juga kuat, ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk menanggung biaya awal yang terkait dengan ekspansi global.

11. Pengambilan Keputusan Terkait Sustainability dan CSR (Corporate Social Responsibility)

Indikator Terkait:

  • Capital Expenditure Growth
  • Free Cashflow Growth
  • Asset Growth
  • Net Profit Margin

Penjelasan: Keputusan terkait keberlanjutan dan CSR menjadi semakin penting dalam dunia bisnis modern. Pertumbuhan belanja modal yang berkelanjutan dapat mencakup investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab. Net profit margin dan arus kas bebas memberi gambaran tentang seberapa banyak sumber daya yang dapat dialokasikan untuk inisiatif CSR tanpa merusak profitabilitas perusahaan.

Contoh: Sebuah perusahaan energi mungkin memutuskan untuk meningkatkan belanja modal mereka untuk mengembangkan proyek energi terbarukan.

Dengan margin laba bersih yang sehat dan arus kas bebas yang kuat, perusahaan dapat melakukan investasi ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka untuk menjadi pemimpin dalam keberlanjutan tanpa mengorbankan keuntungan jangka pendek.

12. Pengambilan Keputusan Terkait Branding dan Pemasaran

Indikator Terkait:

  • Sales Growth
  • Gross Profit Margin
  • Operating Cashflow Growth

Penjelasan: Branding dan pemasaran adalah komponen penting dari strategi bisnis, terutama dalam industri yang sangat kompetitif. Pertumbuhan penjualan memberikan indikasi langsung tentang efektivitas kampanye pemasaran.

Gross profit margin menunjukkan seberapa besar perusahaan dapat mempertahankan harga jual produk mereka relatif terhadap biaya produksi, yang berkaitan dengan persepsi nilai merek.

Contoh: Sebuah perusahaan barang mewah yang melihat pertumbuhan penjualan melambat mungkin memutuskan untuk meningkatkan belanja pemasaran mereka untuk memperkuat merek. Jika gross profit margin tetap kuat, ini menunjukkan bahwa pelanggan masih bersedia membayar premi untuk merek tersebut, yang memperkuat keputusan untuk berinvestasi lebih banyak dalam branding.

13. Pengelolaan Pengembangan Teknologi dan Digitalisasi

Indikator Terkait:

  • Capital Expenditure Growth
  • Free Cashflow Growth
  • Operating Cashflow Growth
  • Asset Turnover
  • Fixed Assets Turnover

Penjelasan: Dalam era digital, keputusan untuk berinvestasi dalam teknologi baru dan digitalisasi dapat sangat mempengaruhi daya saing perusahaan.

Pertumbuhan belanja modal yang mencerminkan investasi dalam teknologi, bersama dengan arus kas operasi yang kuat, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendanai transformasi digital tanpa membahayakan likuiditas. Perputaran aset tetap dan total aset memberikan wawasan tentang efisiensi penggunaan aset yang didigitalisasi.

Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur besar yang melihat peningkatan perputaran aset tetap setelah investasi dalam otomatisasi mungkin memutuskan untuk melanjutkan investasi ini. Dengan arus kas bebas yang kuat, mereka dapat mengalokasikan lebih banyak modal untuk digitalisasi lini produksi lainnya, meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

14. Strategi Retensi dan Akuisisi Pelanggan

Indikator Terkait:

  • Sales Growth
  • Days Sales Outstanding (DSO)
  • Operating Cashflow Growth

Penjelasan: Retensi pelanggan adalah elemen penting dari pertumbuhan penjualan jangka panjang, sementara akuisisi pelanggan baru memerlukan investasi yang signifikan. Pertumbuhan penjualan menunjukkan efektivitas strategi retensi dan akuisisi, sedangkan DSO memberikan gambaran tentang efisiensi dalam pengumpulan pembayaran dari pelanggan.

Arus kas operasi yang stabil memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi dalam program retensi dan akuisisi tanpa menimbulkan tekanan pada likuiditas.

Contoh: Sebuah perusahaan SaaS (Software as a Service) yang melihat penurunan DSO mungkin dapat lebih fokus pada retensi pelanggan melalui peningkatan layanan pelanggan dan dukungan teknis.

Jika penjualan dan arus kas operasi terus tumbuh, ini menunjukkan bahwa strategi tersebut berhasil, dan perusahaan dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan investasi dalam akuisisi pelanggan baru melalui pemasaran digital dan kampanye penjualan.

Kesimpulan

Pemahaman tentang indikator-indikator keuangan dan benchmark dalam industri adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang bijaksana dan strategis di berbagai aspek bisnis. Dari penilaian kinerja manajemen hingga strategi ekspansi global, setiap indikator memainkan peran penting dalam membantu perusahaan mengelola risiko, mengoptimalkan kinerja, dan memaksimalkan nilai pemegang saham.

Dengan menggunakan data ini secara efektif, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi, adaptif, dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan jangka panjang dan kesuksesan dalam pasar yang kompetitif.

Indikator-indikator ini tidak hanya membantu dalam membuat keputusan besar seperti pengucuran kredit atau alokasi investasi, tetapi juga dalam mengelola operasi sehari-hari, memastikan bahwa perusahaan tetap kompetitif, inovatif, dan mampu memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

 

 

Mengapa Kita Memerlukan Data Rasio Keuangan Industri dan Sektor

Chandra Natadipurba

Rasio-rasio keuangan berperan penting dalam mengukur kesehatan keuangan suatu perusahaan dan memberikan pandangan yang lebih lengkap terhadap kondisi pasar, industri, atau sektor ekonomi tertentu.

Dengan memahami data keuangan ini, para pemangku kepentingan bisnis dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi mengenai berbagai aspek bisnis seperti pengucuran kredit, alokasi investasi, pembukaan pasar baru, dan alokasi anggaran.

Rasio keuangan memungkinkan analisis yang komprehensif tentang risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan atau industri, serta memungkinkan para manajer, pemegang saham, dan investor untuk menilai kekuatan dan kelemahan dalam kegiatan operasional, keuangan, serta lingkungan pasar di sekitar mereka.

Pengetahuan yang mendalam mengenai rasio-rasio keuangan ini dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang lebih cerdas, lebih strategis, dan berbasis data, yang pada akhirnya akan mendukung kesuksesan dan pertumbuhan perusahaan.

1. Mengucurkan Kredit

Ketika lembaga keuangan seperti bank mempertimbangkan untuk memberikan kredit kepada perusahaan, salah satu hal utama yang mereka pertimbangkan adalah kesehatan finansial perusahaan tersebut.

Rasio-rasio keuangan memainkan peran penting dalam mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi dalam pemberian kredit.

Rasio seperti Current Ratio dan Quick Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sementara rasio Debt to Equity Ratio dan Total Liabilities/Equity memberikan gambaran mengenai struktur modal perusahaan, yaitu seberapa besar utang yang dimiliki dibandingkan dengan ekuitasnya.

Sales growth (Pertumbuhan penjualan) adalah indikator yang sangat penting dalam mengevaluasi potensi kredit karena menunjukkan bagaimana perusahaan meningkatkan pendapatannya dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan yang positif biasanya menunjukkan permintaan yang tinggi atas produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, sehingga menurunkan risiko kredit macet bagi pemberi pinjaman.

Selain itu, Days Sales Outstanding (DSO) juga menjadi indikator yang penting untuk menilai kredit. DSO mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih pembayaran dari pelanggannya.

Semakin rendah angka DSO, semakin baik manajemen piutang perusahaan, yang artinya perusahaan lebih likuid dan lebih mampu untuk membayar hutang-hutangnya tepat waktu.

Rasio Cash Conversion Cycle (Siklus Konversi Kas) dan Receivables Turnover juga memberikan pandangan mengenai kemampuan perusahaan untuk mengubah piutangnya menjadi kas.

Bank atau lembaga keuangan sering menggunakan data ini untuk menilai apakah perusahaan berada dalam posisi yang baik untuk mengambil kredit tambahan.

Jika rasio-rasio menunjukkan kesehatan keuangan yang kuat, pemberi pinjaman akan lebih yakin bahwa perusahaan mampu melunasi hutang tepat waktu, dan oleh karena itu, lebih mungkin untuk menyetujui kredit dengan syarat yang lebih menguntungkan.

2. Mengalokasikan Investasi

Investor selalu mencari cara untuk memaksimalkan pengembalian dari investasinya dengan meminimalkan risiko.

Pengetahuan mengenai rasio-rasio keuangan sangat penting dalam proses ini karena rasio tersebut memberikan wawasan tentang potensi risiko dan peluang di suatu industri. Sebagai contoh, Gross Profit Margin dan Net Profit Margin memungkinkan investor untuk melihat bagaimana perusahaan mengelola biaya-biaya operasionalnya untuk menghasilkan keuntungan.

Rasio-rasio ini memberikan indikasi tentang efisiensi perusahaan dalam operasionalnya dan potensi keuntungan yang dapat diperoleh.

Lebih jauh lagi, Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) adalah rasio penting dalam menilai efektivitas manajemen dalam menggunakan aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba.

Return on Invested Capital (ROIC) juga memberikan gambaran mengenai seberapa baik perusahaan menggunakan modal yang diinvestasikan untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Bagi investor yang lebih fokus pada penilaian aset perusahaan, Price to Book Value (PBV) adalah rasio penting yang menunjukkan apakah saham perusahaan diperdagangkan di atas atau di bawah nilai bukunya.

Jika PBV lebih rendah dari 1, artinya perusahaan diperdagangkan di bawah nilai bukunya, yang dapat menjadi tanda bahwa saham tersebut sedang undervalued dan mungkin menjadi peluang investasi yang menarik.

Free Cash Flow Growth (Pertumbuhan Arus Kas Bebas) juga merupakan elemen yang kritikal dalam pengambilan keputusan investasi.

Pertumbuhan arus kas bebas yang positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk mendanai operasionalnya, membayar utang, dan memberikan dividen kepada pemegang saham.

Investor yang cerdas selalu mempertimbangkan arus kas bebas karena ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesehatan keuangan perusahaan dibandingkan dengan hanya melihat laba bersih.

3. Membuka Pasar Baru

Ketika perusahaan berencana untuk membuka pasar baru, baik dalam konteks geografis maupun produk, pemahaman tentang rasio-rasio keuangan industri sangat penting untuk menilai kelayakan dan risiko dari ekspansi tersebut.

Sales growth dan Profit growth di industri target akan memberikan informasi penting tentang potensi pendapatan dan keuntungan yang dapat dihasilkan di pasar baru tersebut.

Jika industri menunjukkan pertumbuhan yang kuat, perusahaan dapat merasa lebih yakin untuk melakukan investasi besar dalam memasuki pasar tersebut.

Rasio seperti Capital Expenditure Growth (Pertumbuhan Belanja Modal) juga sangat penting dalam konteks ekspansi. Investasi awal yang besar dalam bentuk belanja modal untuk infrastruktur atau peralatan mungkin diperlukan untuk mendukung ekspansi ke pasar baru.

Memahami bagaimana belanja modal di industri tersebut tumbuh dari waktu ke waktu akan membantu perusahaan menilai seberapa kompetitif sektor tersebut dan apakah investasi di sektor ini layak dilakukan.

Selain itu, Working Capital Ratio dan Working Capital Turnover juga memberikan informasi mengenai seberapa baik perusahaan dapat mengelola modal kerja untuk mendukung ekspansi.

Jika modal kerja dikelola dengan efisien, perusahaan akan lebih mampu untuk mendanai pertumbuhan tanpa perlu terlalu mengandalkan utang.

Dalam menilai risiko di pasar baru, rasio seperti Days Inventory dan Days Payables Outstanding juga dapat memberikan wawasan yang berguna.

Days Inventory menunjukkan berapa lama persediaan disimpan sebelum dijual, sedangkan Days Payables Outstanding menunjukkan berapa lama perusahaan dapat menunda pembayaran kepada pemasok.

Semakin tinggi angka Days Payables Outstanding, semakin besar fleksibilitas perusahaan dalam mengelola arus kasnya, yang merupakan faktor penting dalam mendukung ekspansi ke pasar baru.

4. Mengalokasikan Anggaran

Pengalokasian anggaran dalam perusahaan merupakan proses strategis yang memerlukan analisis mendalam tentang prioritas bisnis dan prospek pasar.

Pengetahuan tentang rasio-rasio keuangan industri membantu perusahaan dalam menentukan di mana anggaran harus dialokasikan untuk mencapai tujuan bisnis yang diinginkan.

Misalnya, jika rasio-rasio keuangan di suatu industri menunjukkan pertumbuhan yang pesat, perusahaan mungkin memilih untuk mengalokasikan lebih banyak anggaran ke area tersebut untuk memaksimalkan peluang.

Operating Cash Flow Growth (Pertumbuhan Arus Kas Operasional) adalah salah satu rasio yang sangat penting dalam proses ini karena menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi intinya.

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan arus kas operasional yang baik biasanya lebih stabil secara finansial dan dapat mengalokasikan anggaran dengan lebih leluasa untuk pertumbuhan dan investasi di masa depan.

Di sisi lain, Liability Growth (Pertumbuhan Kewajiban) dan Equity Growth (Pertumbuhan Ekuitas) dapat memberikan gambaran mengenai struktur permodalan perusahaan.

Perusahaan dengan kewajiban yang tumbuh terlalu cepat mungkin menghadapi risiko keuangan, sehingga pengalokasian anggaran harus dilakukan dengan lebih hati-hati untuk menghindari ketidakseimbangan finansial.

Rasio Fixed Assets Turnover juga penting untuk dipertimbangkan dalam alokasi anggaran. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aset tetapnya untuk menghasilkan penjualan.

Jika rasio ini tinggi, perusahaan dapat merasa lebih percaya diri untuk mengalokasikan lebih banyak anggaran ke belanja modal (CapEx) untuk memperluas kapasitas produksinya.

Rasio Keuangan sebagai Alat Penting dalam Pengambilan Keputusan

Rasio-rasio keuangan bukan hanya sekadar angka-angka; mereka adalah alat penting yang digunakan dalam berbagai skenario pengambilan keputusan bisnis.

Dengan menganalisis rasio-rasio seperti pertumbuhan penjualan, margin laba, return on assets, return on equity, hingga leverage keuangan, perusahaan dapat memahami lebih baik di mana mereka berada dan ke mana mereka ingin bergerak.

Di era persaingan yang semakin ketat, rasio keuangan menjadi alat yang penting dalam membantu perusahaan menavigasi tantangan dan peluang di pasar.

Pemahaman yang mendalam tentang Cash Conversion Cycle, Receivables Turnover, dan Days Inventory dapat memberikan informasi yang berharga tentang bagaimana perusahaan mengelola arus kas, persediaan, dan piutang, yang pada akhirnya berdampak pada kemampuan mereka untuk tumbuh dan berinovasi.

Dengan kata lain, rasio-rasio keuangan adalah fondasi bagi strategi bisnis yang sukses.

Mereka memberikan informasi penting tentang kondisi keuangan perusahaan, efisiensi operasional, dan potensi pertumbuhan, yang semuanya penting dalam mendukung keputusan-keputusan bisnis yang tepat.

Kesimpulan

Pengetahuan tentang rasio-rasio keuangan pada tingkat industri atau sektor ekonomi adalah elemen kunci dalam pengambilan keputusan bisnis yang bijaksana.

Rasio-rasio keuangan ini memberikan wawasan yang mendalam tentang kondisi pasar, potensi risiko, dan peluang yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu bisnis.

Dalam pengucuran kredit, alokasi investasi, pembukaan pasar baru, dan alokasi anggaran, pemahaman yang mendalam tentang rasio-rasio keuangan memungkinkan perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi dan efektif.

Dengan memahami dinamika pasar melalui rasio-rasio keuangan, perusahaan dapat mengurangi risiko, memanfaatkan peluang, dan mengembangkan strategi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, memantau dan menganalisis rasio-rasio keuangan industri adalah langkah penting dalam memastikan bahwa keputusan bisnis didasarkan pada data yang akurat dan relevan, yang pada akhirnya akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif dan efisien.

 

 

Memilih Median atau Rata-rata (Average/Mean) dalam Analisis Rasio Keuangan

Chandra Natadipurba

Memahami rasio keuangan dalam suatu industri atau sektor adalah hal penting dalam dunia bisnis yang kompetitif.

Namun, ketika Anda memiliki data dari puluhan perusahaan, Anda mungkin bingung antara menggunakan median atau rata-rata (average) untuk menggambarkan, misalnya, pertumbuhan penjualan yang lebih representatif.

Artikel ini akan menjelaskan perbedaan antara kedua statistik tersebut, kapan harus menggunakannya, serta bagaimana memilih metode yang tepat untuk mendapatkan pemahaman terbaik dari data Anda.

Memahami Median dan Rata-rata: Definisi dan Perbedaan

Median adalah nilai tengah dari sekumpulan data yang telah diurutkan. Dalam sebuah daftar yang diurutkan dari yang terkecil hingga terbesar, median adalah angka yang berada tepat di tengah. Jika jumlah data adalah ganjil, median adalah nilai yang berada di posisi tengah. Jika jumlah data genap, median adalah rata-rata dari dua angka tengah. Sebagai contoh, jika kita memiliki lima angka: 3, 7, 8, 12, dan 15, median dari set ini adalah 8.

Sedangkan, rata-rata atau average adalah jumlah total dari semua nilai dalam sekumpulan data dibagi dengan jumlah data. Menggunakan angka yang sama: 3, 7, 8, 12, dan 15, rata-rata adalah (3 + 7 + 8 + 12 + 15) / 5 = 45 / 5 = 9. Rata-rata memberikan gambaran umum tentang nilai total data tersebut.

Perbedaan utama antara median dan rata-rata adalah bagaimana keduanya terpengaruh oleh outliers atau nilai ekstrem dalam data. Rata-rata sangat dipengaruhi oleh outliers, sedangkan median lebih stabil terhadap nilai ekstrem karena hanya memperhitungkan nilai tengah.

Kapan Menggunakan Median?

Median sangat berguna ketika data yang dianalisis memiliki outliers atau distribusi yang tidak simetris. Outliers adalah nilai yang sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan nilai lainnya dalam data. Dalam situasi ini, median memberikan gambaran yang lebih representatif tentang kondisi tipikal dalam industri tanpa terdistorsi oleh nilai ekstrem.

Sebagai contoh, jika Anda menganalisis pertumbuhan penjualan dari 60 perusahaan dan beberapa perusahaan mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat besar, rata-rata bisa terdorong naik oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Ini bisa memberikan kesan bahwa seluruh industri berkembang pesat, padahal kenyataannya sebagian besar perusahaan mungkin mengalami pertumbuhan yang lebih moderat. Median, di sisi lain, akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang pertumbuhan tipikal dengan mengabaikan efek dari outliers.

Misalnya, jika 5 dari 60 perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan yang sangat tinggi karena peluncuran produk baru yang sukses, rata-rata mungkin menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi, meskipun sebagian besar perusahaan tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Median akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih representatif untuk sebagian besar perusahaan dalam industri tersebut.

Kapan Menggunakan Rata-rata?

Rata-rata lebih cocok digunakan ketika data memiliki distribusi yang mendekati normal, yaitu simetris dan tanpa nilai ekstrem yang signifikan. Dalam situasi ini, rata-rata memberikan gambaran umum yang baik tentang kondisi keseluruhan industri.

Namun, jika ada outliers yang signifikan, rata-rata bisa memberikan gambaran yang menyesatkan. Sebagai contoh, jika hanya beberapa perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat besar, rata-rata bisa menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari kenyataan yang dialami sebagian besar perusahaan. Oleh karena itu, rata-rata paling efektif digunakan ketika distribusi data simetris tanpa outliers ekstrem.

Mari kita lihat beberapa contoh:

1. Analisis Pertumbuhan Penjualan di Industri Teknologi

Bayangkan Anda sedang menganalisis pertumbuhan penjualan dari 10 perusahaan di industri teknologi. Data yang Anda miliki adalah: 3%, 5%, 7%, 8%, 10%, 12%, 15%, 20%, 25%, dan 200%. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan 200% adalah sebuah outlier, yaitu nilai yang sangat tinggi dibandingkan yang lainnya.

  • Rata-rata (Average): Jika kita menghitung rata-rata dari data ini, kita mendapatkan 30,5%. Namun, angka ini sangat dipengaruhi oleh perusahaan dengan pertumbuhan 200%, yang sangat tinggi. Ini membuat rata-rata tampak lebih besar dari apa yang sebenarnya dialami sebagian besar perusahaan.
  • Median: Untuk mencari median, kita harus mengurutkan data dari yang terendah hingga tertinggi. Setelah diurutkan, nilai median terletak di antara 10% dan 12%, yaitu 11%. Median ini menunjukkan bahwa separuh dari perusahaan memiliki pertumbuhan di bawah 11%, memberikan gambaran yang lebih realistis tentang pertumbuhan tipikal di industri tersebut.

2. Analogi Nilai Ujian Siswa

Bayangkan Anda seorang guru dan Anda sedang melihat nilai ujian dari 10 siswa di kelas Anda: 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, dan 1000. Nilai 1000 adalah outlier karena jauh lebih tinggi dari nilai lainnya.

  • Rata-rata (Average): Jika kita menghitung rata-rata nilai ujian, kita mendapatkan 156. Namun, nilai ini dipengaruhi secara besar oleh nilai ekstrem 1000, sehingga tidak mencerminkan kinerja sebagian besar siswa dengan akurat.
  • Median: Mengurutkan nilai ujian dari yang terendah hingga tertinggi, median terletak di antara nilai 70 dan 75, yaitu 72,5. Median ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja rata-rata siswa di kelas, tanpa dipengaruhi oleh nilai ekstrem 1000.

3. Kekayaan Penumpang di Bus

Bayangkan Anda berada di bus dengan 20 penumpang. Sebagian besar penumpang memiliki kekayaan sekitar $50,000. Namun, tiba-tiba Bill Gates naik ke bus dan kekayaannya lebih dari $100 miliar.

  • Rata-rata (Average): Jika kita menghitung rata-rata kekayaan semua penumpang, kehadiran Bill Gates akan sangat meningkatkan angka rata-rata. Hasilnya mungkin tampak tidak realistis karena sangat dipengaruhi oleh kekayaan Bill Gates.
  • Median: Dalam hal ini, median kekayaan penumpang tetap di sekitar $50,000. Ini lebih akurat mencerminkan kekayaan mayoritas penumpang, meskipun ada satu orang dengan kekayaan ekstrem.

4. Pertumbuhan Penjualan di Industri Makanan

Misalkan Anda menganalisis pertumbuhan penjualan dari 10 perusahaan di industri makanan dengan data berikut: 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, 10%, dan 15%. Data ini cukup merata tanpa outliers besar.

  • Rata-rata (Average): Menghitung rata-rata dari data ini menghasilkan 7,9%. Karena distribusi data relatif simetris dan tidak ada nilai ekstrem, rata-rata ini memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan penjualan keseluruhan di industri.
  • Median: Mengurutkan data dan mencari median, yang terletak di antara 6% dan 7%, menghasilkan 6,5%. Dalam hal ini, median dan rata-rata hampir sama karena data cukup merata dan tidak ada nilai ekstrem yang mempengaruhi hasil.

Analisis Distribusi Data: Kunci untuk Memilih Statistik yang Tepat

Sebelum memutuskan apakah akan menggunakan median atau rata-rata, penting untuk memahami distribusi data Anda. Alat statistik seperti histogram atau box plot dapat membantu Anda melihat sebaran data dan mengidentifikasi adanya outliers.

Sebagai contoh, jika histogram data pertumbuhan penjualan menunjukkan distribusi normal (simetris dan berbentuk lonceng), rata-rata mungkin merupakan ukuran yang tepat untuk digunakan. Namun, jika histogram menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki pertumbuhan yang rendah dengan beberapa nilai yang sangat tinggi, median mungkin lebih sesuai.

Rekomendasi untuk Pengambilan Keputusan

Berdasarkan diskusi di atas, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk analisis data dan mendapatkan insight terbaik:

  1. Kenali Distribusi Data Anda: Sebelum memutuskan statistik mana yang akan digunakan, pahami bagaimana data Anda didistribusikan. Gunakan alat seperti histogram atau box plot untuk mengidentifikasi apakah ada outliers atau apakah data simetris.
  2. Gunakan Median Jika Ada Outliers: Jika data memiliki outliers atau distribusi yang tidak simetris, gunakan median untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat. Median tidak terpengaruh oleh nilai ekstrem.
  3. Gunakan Rata-rata untuk Data yang Simetris Tanpa Outliers: Jika data mendekati distribusi normal dan tidak ada outliers signifikan, rata-rata dapat memberikan gambaran umum yang baik.
  4. Gabungkan Statistik untuk Gambaran Lengkap: Dalam banyak kasus, melihat lebih dari satu statistik bisa memberikan wawasan yang lebih lengkap. Gabungkan median dan rata-rata untuk memahami data dari berbagai sudut.
  5. Pertimbangkan Konteks dalam Pengambilan Keputusan: Selalu pertimbangkan konteks data, termasuk kondisi industri dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil analisis.

Kesimpulan

Pemilihan antara median dan rata-rata dalam analisis pertumbuhan penjualan bergantung pada distribusi data dan tujuan analisis. Jika data memiliki outliers atau distribusi tidak simetris, median biasanya memberikan gambaran yang lebih representatif tentang kondisi industri.

Sebaliknya, jika data simetris dan tidak ada outliers yang signifikan, rata-rata bisa menjadi ukuran yang tepat. Memahami perbedaan ini dan memilih statistik yang sesuai adalah keterampilan analitis penting untuk membuat keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang data.

 

 

Analisis Kelayakan Kredit

USAID

Analisis Kredit

Ikhtisar

Esai ini akan mengulas komponen-komponen kunci dari analisis fundamental terhadap kelayakan kredit seorang peminjam.

Penekanan akan diberikan pada analisis laporan laba rugi, neraca, rasio yang relevan, dan laporan arus kas, serta bagaimana ketiga laporan ini saling berkaitan.

Esai ini tidak dimaksudkan sebagai pembahasan yang mendalam, tetapi untuk memberikan kerangka kerja bagi pemeriksa dalam meninjau elemen-elemen kunci dari analisis kredit yang sehat, yang merupakan bagian penting dari proses persetujuan kredit apa pun.

Tujuan

Setelah menyelesaikan esai ini, Anda akan mampu:

  • Mengetahui teknik analisis kredit terbaik saat meninjau laporan keuangan peminjam yang dimiliki bank, dan
  • Mengevaluasi kesesuaian, kualitas, dan hasil dari teknik analisis kredit yang digunakan oleh bank dalam proses kreditnya.

Analisis Laporan Keuangan

Tidak ada pengganti untuk analisis yang mendalam dan teliti terhadap laporan keuangan peminjam saat berusaha menentukan kelayakan kredit seorang peminjam.

Neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan proyeksi keuangan semuanya memberikan informasi penting tentang kelayakan kredit peminjam dan kapasitas untuk membayar kembali. Analisis pendapatan dan margin keuntungan, arus kas, leverage, likuiditas, dan kapitalisasi diperlukan secara mendetail untuk menentukan kekuatan yang ingin dipertahankan oleh pemberi pinjaman dan kelemahan yang dapat mempengaruhi kapasitas peminjam untuk membayar kembali.

Jika bank gagal melakukan analisis yang teliti sejak awal, kemampuannya untuk melindungi diri terhadap masalah pembayaran kembali di masa depan akan terbatas dan kualitas portofolio pinjaman akan mengalami penurunan.

Namun, meskipun analisis laporan keuangan sangat penting dalam menentukan kelayakan kredit, keputusan kredit akhir bersifat subjektif karena faktor terpenting dalam keputusan tersebut adalah manajemen peminjam.

Evaluasi manajemen didasarkan pada faktor objektif dan subjektif, tetapi pada akhirnya bersifat subjektif karena tidak ada rasio atau angka yang akan memberi tahu bankir tentang niat atau kemauan manajemen untuk membayar kembali pinjaman.

Langkah yang Direkomendasikan untuk Melakukan Analisis Rasio & Tren Arus Kas

  1. Kumpulkan dan Verifikasi Data
  2. Sebarkan Data Laporan Laba Rugi dan Neraca
  3. Rekonsiliasi Nilai Bersih dan Aset Tetap
  4. Periksa Konsistensi Saldo Akhir dengan Neraca
  5. Hitung Rasio
  6. Rekonsiliasi Perbedaan dengan Pelanggan
  7. Periksa Pengeluaran Modal Terhadap Aset Tetap
  8. Lengkapi Arus Kas

Jika langkah-langkah di atas diikuti, hal ini akan membantu untuk:

  • Menghilangkan risiko yang berlebihan dan tidak terukur bagi bank pemberi pinjaman.
  • Menetapkan persyaratan kredit berdasarkan arus kas yang sebenarnya.
  • Memungkinkan bank untuk sepenuhnya mengevaluasi dan memahami kelayakan kredit pelanggan mereka.
  • Memungkinkan bank untuk menyusun persyaratan kredit berdasarkan penilaian risiko yang akurat.
  • Meskipun analisis laporan keuangan sangat penting dalam menentukan kelayakan kredit, keputusan kredit akhir bersifat subjektif karena faktor terpenting dalam keputusan tersebut adalah manajemen peminjam. Evaluasi manajemen didasarkan pada faktor objektif dan subjektif, tetapi pada akhirnya bersifat subjektif karena tidak ada rasio atau angka yang akan memberi tahu bankir tentang niat atau kemauan manajemen untuk membayar kembali pinjaman.
  • Oleh karena itu, petugas kredit harus berupaya sungguh-sungguh untuk menentukan kompetensi, kejujuran, dan integritas manajemen peminjam dalam setiap kasus. Usaha ini harus mencakup apa yang disebut “due diligence,” yaitu upaya untuk “mengenal nasabah Anda” melalui kontak dengan nasabah itu sendiri, pemasok, dan pihak lain dalam industri yang memiliki pengalaman dengan peminjam dan manajemennya. Jika memungkinkan dan legal, dalam kasus perusahaan kecil dengan pemilik tunggal di mana jaminan pribadi akan diperlukan, riwayat kredit harus diperoleh untuk menentukan rekam jejak pemilik dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Catatan pengadilan harus ditinjau untuk menentukan apakah ada proses pengadilan terhadap peminjam dan/atau manajemen peminjam.
  • Pertanyaan yang harus diajukan adalah apakah manajemen peminjam, atau pemilik bisnis, akan memenuhi kewajibannya kepada pemberi pinjaman dalam skenario terbaik dan terburuk. Jika peminjam mengalami kesulitan dalam membayar kewajibannya kepada bank, apakah manajemen, atau pemilik, akan bersedia bekerja sama dengan bank untuk “menyelesaikan” pembayaran kembali, berapa pun lama waktu yang diperlukan.

Analisis Laporan Laba Rugi

  • Biasanya, pemberi pinjaman harus memiliki setidaknya tiga tahun laporan laba rugi untuk ditinjau. Item terpenting dalam laporan laba rugi bukanlah pendapatan bersih setelah pajak, tetapi pendapatan operasional. Pertanyaan utama adalah apakah peminjam telah menunjukkan kapasitas untuk menghasilkan pendapatan operasional bersih yang konsisten selama periode waktu tertentu. Semakin lama periode peninjauan, semakin baik karena pemberi pinjaman akan dapat melihat apakah peminjam memiliki kapasitas untuk bertahan dalam siklus bisnis.
  • Pendapatan operasional mencerminkan kemampuan peminjam untuk menghasilkan pendapatan dari operasi bisnis dasar, setelah semua biaya operasional, sebelum biaya pembiayaan. Istilah lain untuk pendapatan operasional yang konsisten adalah “pendapatan berkualitas.” Tanpa pendapatan operasional yang konsisten, kemungkinan besar akan timbul keraguan serius tentang kelayakan kredit peminjam.
  • Saat menganalisis laporan laba rugi, analis kredit akan mencari tren dan kecenderungan, terutama margin keuntungan yang stabil. Biasanya, analis kredit akan menganalisis pendapatan kotor dan margin operasional kotor terlebih dahulu untuk mengidentifikasi tren. Apakah margin kotor konsisten dari waktu ke waktu? Bagaimana pertumbuhan biaya barang yang dijual dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan? Ini adalah indikasi pertama dari kemampuan peminjam untuk mengendalikan biaya.
  • Selanjutnya, analis kredit akan menganalisis pendapatan operasional, yang merupakan pendapatan setelah semua biaya penjualan, umum, dan administrasi, serta margin operasional. Ini adalah indikator kedua dari kemampuan peminjam untuk mengendalikan pengeluaran, kali ini pengeluaran operasional. Apakah margin operasional konsisten dari waktu ke waktu? Bagaimana pertumbuhan biaya operasional dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan? Ini adalah indikasi lain dari pengendalian biaya oleh peminjam. Pengendalian biaya, tentu saja, adalah tanggung jawab manajemen peminjam.
  • Akhirnya, analis kredit akan menganalisis pendapatan sebelum pajak dan setelah pajak. Pendapatan sebelum pajak akan mencerminkan pendapatan dan pengeluaran lainnya, serta pendapatan atau pengeluaran luar biasa yang tidak berulang. Analis akan mengamati dengan cermat bagaimana dampak dari item pendapatan dan pengeluaran lainnya, serta item luar biasa terhadap pendapatan sebelum pajak peminjam. Jika peminjam bergantung pada pendapatan lain dan item luar biasa untuk pendapatan sebelum pajak yang positif, kualitas pendapatan umumnya buruk. Manajemen peminjam memikul tanggung jawab utama, tentu saja, untuk pendapatan peminjam.
  • Salah satu tujuan utama dari analisis laporan laba rugi adalah untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan tren, yang membantu kita menentukan risiko potensial dalam memberikan pinjaman kepada peminjam. Kekuatan mungkin termasuk posisi terdepan dalam industri karena produk atau layanan berkualitas yang diakui, yang kemungkinan besar berarti margin keuntungan yang konsisten dan stabil. Kelemahan mungkin termasuk produk atau layanan yang belum mendapatkan pangsa pasar besar atau basis pelanggan yang besar, yang biasanya tercermin dalam margin keuntungan yang lebih rendah dan sering tidak stabil. Perusahaan dengan sejumlah kecil pelanggan atau pemasok utama umumnya lebih rentan terhadap guncangan pasar.
  • Sebuah area yang mungkin kritis untuk dieksplorasi adalah penjualan kredit. Analis kredit harus menentukan rincian penjualan antara tunai dan kredit. Semakin tinggi persentase tunai semakin baik karena peminjam/penjual menerima pembayaran penuh segera. Tidak perlu menunggu pembayaran penuh, yang merupakan kasus dalam penjualan kredit atau angsuran. Apapun persentase penjualan kredit, peminjam menanggung risiko kredit, risiko bahwa pembeli tidak akan memenuhi komitmen untuk membayar penuh. Selain itu, pemilik bisnis harus menggunakan keterampilan kredit, yang mungkin bukan area keahliannya.
  • Jika peminjam memiliki penjualan kredit, pada neraca peminjam akan mencerminkan piutang dan membentuk cadangan terhadap potensi kerugian dalam penjualan kredit. Cadangan ini dibuat dan dipelihara melalui penyisihan kerugian kredit pada laporan laba rugi. Oleh karena itu, penyisihan yang besar dapat mempengaruhi laporan laba rugi dan mengurangi laba.

Analisis Neraca

Meskipun neraca hanya merupakan gambaran singkat tentang kondisi keuangan peminjam pada waktu tertentu, neraca sama pentingnya dengan laporan laba rugi.

Umumnya, pemberi pinjaman harus memiliki minimal tiga tahun laporan keuangan untuk menghasilkan dan menganalisis rasio, serta mengidentifikasi tren.

Di lingkungan risiko yang lebih tinggi, di mana kondisi ekonomi kurang stabil dan pemberian pinjaman jangka pendek lebih dominan, laporan keuangan triwulanan dan bulanan harus ditinjau.

Penting bagi analis kredit untuk menganalisis neraca peminjam karena ia harus mengembangkan pemahaman dasar tentang:

  • Komposisi aset dan kewajiban peminjam serta bagaimana peminjam mendanai asetnya,
  • Seberapa besar dukungan yang diberikan oleh pemegang saham dalam bentuk modal,
  • Kapasitas peminjam untuk memenuhi kewajiban saat ini, dan
  • Tren dalam neraca.

 

Analis kredit harus menganalisis campuran aset, jangka pendek dan jangka panjang, serta campuran kewajiban, jangka pendek dan jangka panjang, yang membiayai aset tersebut. Harus ada kecocokan yang mendekati antara aset dan kewajiban jangka pendek, serta antara aset dan kewajiban jangka panjang. Modal pemegang saham mengisi kesenjangan untuk aset yang tidak didanai oleh kewajiban.

Umumnya, aset jangka pendek utama adalah piutang dagang dan persediaan. Aset jangka panjang utama adalah properti, pabrik, dan peralatan.

Dalam kasus produsen, aset-aset ini kemungkinan besar akan signifikan. Aset tidak berwujud, yang sering kali sangat sulit untuk dinilai, termasuk dalam aset jangka panjang. Jika terdapat sejumlah besar “aset lain” pada neraca, mereka harus mendapatkan perhatian lebih.

Apa sebenarnya yang diinvestasikan oleh peminjam? Apakah aset-aset ini mungkin termasuk pinjaman kepada pemegang saham atau direktur atau pihak terkait? Apakah mereka aset berkualitas yang akan memberikan pengembalian kepada peminjam? Atau, apakah pemegang saham atau pemilik menggunakan perusahaan sebagai “bank” mereka?

Pemberi pinjaman akan memiliki minat yang lebih kuat terhadap aset peminjam jika niatnya adalah untuk meminta peminjam menjaminkan pinjaman dengan asetnya. Dalam hal ini, sangat penting bagi analis kredit untuk menganalisis aset peminjam secara menyeluruh untuk memastikan kualitas aset dan nilai likuidasi potensialnya.

Dari perspektif pemberi pinjaman, hutang dagang adalah indikator positif bahwa peminjam memiliki reputasi baik dalam industri dan mungkin membeli dari pemasok secara kredit daripada dengan tunai saja.

Hutang dan akrual lancar lainnya harus menarik perhatian, terutama upah dan pajak yang harus dibayar. Jika peminjam memiliki hutang jangka panjang, bagian hutang jangka panjang yang harus dibayar saat ini harus tercermin dalam kewajiban lancar.

Jumlah modal yang diinvestasikan dalam peminjam oleh pemegang sahamnya adalah indikasi dari komitmen mereka terhadap perusahaan. Dari perspektif pemberi pinjaman, modal juga menyediakan bantalan bagi peminjam untuk menyerap risiko bisnis normal.

Semakin panjang siklus operasi peminjam – waktu yang diperlukan bagi peminjam untuk mengubah asetnya menjadi tunai – semakin besar risikonya dan semakin banyak modal yang harus diinvestasikan dalam peminjam.

Seorang produsen, misalnya, harus memiliki lebih banyak modal daripada toko ritel. Toko ritel harus memiliki siklus operasi yang lebih pendek, yaitu, perputaran aset yang jauh lebih cepat, daripada produsen, risikonya umumnya lebih rendah dan kebutuhan akan modal berkurang sebagai hasilnya.

Analis kredit juga akan menganalisis posisi lancar perusahaan, aset lancar dan kewajiban lancarnya, untuk menentukan apakah perusahaan memiliki kapasitas untuk memenuhi kewajiban saat ini.

Analisis ini akan melibatkan peninjauan aset jangka pendek, seberapa cepat dan andal aset tersebut diubah menjadi tunai, dan kewajiban jangka pendek, seberapa cepat mereka harus dibayar. Analisis rasio akan membantu dalam hal ini, tetapi analis kredit harus mengetahui syarat yang ditawarkan kepada pelanggan peminjam dan syarat yang ditawarkan kepada peminjam oleh pemasoknya.

Mungkin saja peminjam memanfaatkan diskon pemasok yang ditawarkan untuk pembayaran cepat dan memiliki sedikit hutang dagang, misalnya.

Akhirnya, tren neraca harus dianalisis. Apakah profil neraca secara keseluruhan berubah? Jika ya, bagaimana? Apakah campuran aset dan kewajiban berubah? Apakah total aset tumbuh? Jika ya, berapa tingkat pertumbuhannya? Apakah tingkat pertumbuhan ini berkelanjutan?

Bagaimana pertumbuhan ini dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan pada laporan laba rugi? Bagaimana peminjam membiayai pertumbuhan ini? Apakah ada perubahan signifikan dalam kategori aset atau kewajiban? Apa tren dalam penulisan piutang dagang dan persediaan? Apakah laba ditahan untuk mendukung pertumbuhan aset di masa depan dan menyediakan bantalan yang lebih besar terhadap risiko bisnis?

Peninjauan dan analisis yang cermat terhadap komponen neraca dan tren akan memberikan wawasan yang baik kepada analis kredit mengenai kekuatan dan kelemahan neraca dan bagaimana neraca tersebut berubah.

Langkah selanjutnya adalah analisis rasio, yang akan meningkatkan pemahaman tentang bagaimana neraca dan laporan laba rugi saling terkait.

Analisis Rasio

Rasio adalah alat untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam mengenai tren dalam kondisi keuangan dan operasi peminjam yang memberikan petunjuk tentang aktivitas peminjam yang perlu diteliti lebih lanjut.

Rasio juga mencerminkan bagaimana neraca dan laporan laba rugi saling berhubungan, sehingga meningkatkan pemahaman keseluruhan tentang aktivitas peminjam dan meningkatkan evaluasi terhadap kelayakan kreditnya.

Kelompok rasio yang dianalisis adalah sebagai berikut:

  • Likuiditas
    • Rasio Lancar
    • Rasio Cepat
  • Efisiensi
    • Perputaran Piutang
    • Perputaran Persediaan
    • Perputaran Hutang
    • Perputaran Aset Tetap
  • Profitabilitas
    • Cakupan Bunga
    • Cakupan Biaya Tetap
    • Margin Laba Bersih
    • ROA (Return on Assets)
    • ROE (Return on Equity)
  • Leverage
    • Hutang terhadap Ekuitas

Secara keseluruhan, semua rasio ini mencerminkan kemampuan dan kapasitas manajemen peminjam untuk mengoperasikan bisnis secara menguntungkan, sambil meminimalkan pengeluaran, memaksimalkan pendapatan, dan menyediakan modal yang memadai untuk menyerap risiko bisnis normal.

Pada halaman-halaman berikut, kelompok-kelompok rasio yang berbeda disajikan, bersama dengan metode perhitungan dan penjelasan singkat tentang signifikansinya.

Tabel 1: RASIO KEUANGAN UTAMA… PROFITABILITAS

Rasio Perhitungan Definisi Analisis
Margin Laba Operasional (Laba Operasional/Penjualan Bersih) x 100 Mewakili persentase laba yang dipertahankan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini sebaiknya tetap stabil atau meningkat seiring waktu. Pemahaman tentang perubahan memerlukan rincian yang mendalam mengenai pengeluaran operasional.
Margin Laba Bersih (Laba Bersih/Penjualan Bersih) x 100 Mengukur kemampuan bisnis untuk menghasilkan laba dari setiap rupiah penjualan. Secara umum, rasio ini seharusnya bergerak searah dengan margin laba kotor dan laba operasional. Variasi memerlukan analisis lebih mendalam pada pengeluaran non-operasional, misalnya biaya bunga.
Rasio Biaya dan Pengeluaran Langsung (Harga Pokok Penjualan/Penjualan Bersih) x 100 Mengindikasikan persentase dari setiap rupiah penjualan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran. Tren naik pada salah satu dari rasio ini mungkin menunjukkan alasan penurunan profitabilitas. Tren turun mungkin menunjukkan kontrol biaya yang baik.


Tabel 2: RASIO KEUANGAN UTAMA… EFISIENSI

Rasio Perhitungan Definisi Analisis
Hari Persediaan di Tangan (Persediaan/Harga Pokok Penjualan) x 360 Hari Mengindikasikan kemampuan manajemen untuk mengelola persediaan secara efisien. Rasio rendah adalah baik. Peningkatan besar mungkin mengindikasikan keputusan manajemen untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar dalam antisipasi gangguan pasokan.
Hari Piutang di Tangan (Piutang Bersih/Penjualan Bersih) x 360 Hari Mengindikasikan kemampuan manajemen untuk mengumpulkan piutangnya. Kritis terhadap arus kas. Analisis jadwal penuaan piutang dan konsentrasi piutang. Kualitas piutang yang buruk dapat secara signifikan meningkatkan rasio ini dan sangat mempengaruhi arus kas.
Hari Hutang di Tangan (Hutang Dagang/Harga Pokok Penjualan) x 360 Hari Mengukur pembiayaan yang disediakan oleh kreditur dagang kepada perusahaan dan kebiasaan pembayaran manajemen. Peningkatan hari di tangan dapat mengindikasikan masalah arus kas. Secara umum, perusahaan dengan masalah arus kas bergantung lebih pada kreditur dagangnya.
Pengembalian atas Aset (ROA) Laba Bersih Setelah Pajak/Total Aset Mengukur pengembalian atas investasi yang diwakili oleh aset bisnis. Menganalisis sebagai laba bersih yang dihasilkan oleh manajemen berdasarkan penggunaan aset total bisnis.
Pengembalian atas Ekuitas (ROE) Laba Bersih/Net Worth Berwujud Mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik. Ini mengukur kemampuan manajemen untuk mengoperasikan bisnis yang menguntungkan. Jika pengembaliannya baik, perusahaan seharusnya dapat menghasilkan ekuitas tambahan.


Tabel 3: RASIO KEUANGAN UTAMA… LEVERAGE

Rasio Perhitungan Definisi Analisis
Hutang terhadap Aset Total Kewajiban/Total Aset Mengindikasikan tingkat di mana aset didanai oleh kreditur eksternal. Semakin rendah rasio, semakin besar bantalan terhadap kerugian kreditur jika terjadi likuidasi.
Hutang terhadap Net Worth Total Kewajiban/Net Worth Mengukur berapa rupiah pembiayaan eksternal untuk setiap rupiah ekuitas pemilik. Rasio ini menunjukkan kapasitas perusahaan untuk meminjam lebih banyak. Rasio tinggi berarti risiko tinggi.
Cakupan Bunga (Laba Sebelum Pajak + Beban Bunga) / Beban Bunga Mengukur sejauh mana laba dapat turun tanpa mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi biaya bunga tahunan. Rasio yang tinggi mungkin mengindikasikan bahwa peminjam tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban bunga dari pinjaman. Rasio ini juga berfungsi sebagai indikator kapasitas perusahaan untuk mengambil hutang tambahan.
Cakupan Hutang Laba Bersih + Depresiasi & Amortisasi / Kewajiban Lancar Hutang Jangka Panjang Mengukur sejauh mana laba ditambah pengeluaran non-kas dapat turun tanpa mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran saat ini atas hutang jangka panjang. Rasio ini mengekspresikan cakupan kewajiban jatuh tempo oleh arus kas dari operasi. Karena arus kas adalah sumber utama pelunasan hutang, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melayani pembayaran pokok hutang dan merupakan indikator kapasitas hutang tambahan.


Tabel 4: RASIO KEUANGAN UTAMA… LIKUIDITAS

Rasio Perhitungan Definisi Analisis
Rasio Lancar Aset Lancar/Kewajiban Lancar Aset lancar yang tersedia untuk membayar kewajiban lancar. Harus memperhatikan kualitas piutang dan persediaan; jika salah satu kualitasnya buruk, ukuran ini bisa menyesatkan.
Rasio Cepat Kas + Efek Berharga + Piutang Bersih/Kewajiban Lancar Ukuran yang lebih akurat dari aset lancar yang tersedia untuk membayar kewajiban lancar. Analisis yang sama berlaku seperti di atas, tetapi kualitas efek berharga harus dinilai.

Analisis Arus Kas

Pentingnya analisis arus kas terletak pada kenyataan bahwa arus kas adalah sumber pertama pembayaran kembali pinjaman. Tugas analis kredit adalah memastikan bahwa peminjam telah menunjukkan kapasitas di masa lalu, dan kemungkinan akan terus memiliki kapasitas di masa depan, untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar kembali pinjaman yang diusulkan ditambah bunga.

Analisis arus kas melibatkan penggunaan neraca dan laporan laba rugi untuk mengidentifikasi sumber dan penggunaan kas untuk kebutuhan operasional bisnis.

Dengan menganalisis perubahan dalam arus kas, pemberi pinjaman mendapatkan wawasan, tidak hanya tentang dampak keputusan manajemen di masa lalu, tetapi juga tentang arah perusahaan. Perubahan dalam modal kerja dan pengeluaran modal diukur dan disorot.

Analisis ini menyoroti kebutuhan kas secara langsung, sehingga menunjukkan penggunaan kas yang bersaing untuk membayar kembali hutang bank.

Aliran Kas Operasi

Manajemen perusahaan memiliki banyak pilihan untuk penggunaan kasnya. Setiap hari, keputusan diambil mengenai kebutuhan investasi, pembiayaan, dan operasi perusahaan. Berikut ini adalah beberapa keputusan tersebut yang mencakup masing-masing dari tiga area kunci:

  1. Arus Kas Operasi
    • Arus Kas Masuk:
      • Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
      • Pendapatan kas dari investasi
      • Semua penerimaan kas lainnya yang tidak diklasifikasikan sebagai aktivitas pembiayaan atau investasi
    • Arus Kas Keluar:
      • Pembayaran kas untuk membeli barang dan jasa
      • Pembayaran kas untuk biaya administrasi seperti gaji, sewa, dan utilitas
      • Pembayaran kas kepada pemberi pinjaman atau pajak
  2. Arus Kas Pembiayaan
    • Arus Kas Masuk:
      • Hasil kas dari ekuitas baru
      • Hasil kas dari penerbitan hutang baru
    • Arus Kas Keluar:
      • Pembayaran dividen kas
      • Pembayaran kas untuk membeli kembali ekuitas
      • Pembayaran kas kepada kreditur
  3. Arus Kas Investasi
    • Arus Kas Masuk:
      • Penerimaan kas dari penjualan investasi
      • Penerimaan kas dari penjualan aset
    • Arus Kas Keluar:
      • Pembayaran kas untuk membeli investasi
      • Pembayaran kas untuk memperoleh aset


Pertanyaan yang Perlu Ditanyakan dalam Menganalisis Laporan Arus Kas

Saat menyusun dan menganalisis laporan arus kas, pemberi pinjaman harus mengajukan pertanyaan berikut:

  1. Apakah peminjam dapat melayani dan membayar kembali pinjaman dalam jangka waktu yang diinginkan?
  2. Bagaimana peminjam menghasilkan arus kas dan menginvestasikan arus kas tersebut dalam kebutuhan modal kerja, pengeluaran modal, pembayaran hutang jangka panjang, pembayaran dividen, dan, jika ada, pembelian kembali saham?
  3. Apa dampak perubahan ekonomi, pasar, dan lingkungan kompetitif terhadap arus kas peminjam secara umum, dan apa dampak tindakan dan reaksi manajemen terhadap perubahan ini?
  4. Apa kebutuhan pembiayaan total peminjam setelah melayani hutangnya, menginvestasikan dalam modal kerja, melakukan pengeluaran modal, membayar dividen atau membeli kembali saham?
  5. Bagaimana peminjam membiayai kebutuhannya dalam hal jangka panjang vs. jangka pendek?

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya mengatasi pertanyaan mendasar dan terpenting bagi pemberi pinjaman — apakah pembayaran kembali mungkin terjadi? — tetapi juga melakukannya dalam konteks analisis seluruh bisnis peminjam, khususnya bagaimana peminjam telah menghasilkan kas, menginvestasikan kas tersebut, dan membiayai perbedaan antara apa yang telah dihasilkan dan apa yang telah dibelanjakan.

Untuk menyusun laporan arus kas langsung, ikuti langkah-langkah berikut:

  1. Hitung Kas dari Penjualan
    Sesuaikan penjualan bersih dengan perubahan piutang. Jika piutang meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah penggunaan kas. Kurangi jumlah peningkatan dari penjualan bersih. Jika piutang menurun, ini adalah sumber kas: tambahkan jumlah penurunan ke penjualan.
  2. Hitung Biaya Produksi Kas
    Sesuaikan harga pokok penjualan dengan perubahan persediaan dan hutang dagang.
    • Jika persediaan meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah penggunaan kas. Jika persediaan menurun, ini adalah sumber kas.
    • Jika hutang dagang meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah sumber kas. Jika hutang dagang menurun, ini adalah penggunaan kas.

Catatan: Jika depresiasi termasuk dalam harga pokok penjualan, lakukan penyesuaian untuk jumlah yang diperlukan. Jika depresiasi sudah dipisahkan dari harga pokok penjualan dalam presentasi laporan laba rugi, penyesuaian semacam itu pada harga pokok penjualan tidak diperlukan.

  1. Hitung Laba Kas Bruto
    Kurangi biaya produksi kas dari kas dari penjualan.
  2. Hitung Pengeluaran Operasional Kas
    Ambil pengeluaran operasional dari laporan laba rugi dan, jika belum termasuk dalam Harga Pokok Penjualan, lakukan penyesuaian yang sama untuk depresiasi.
    Selanjutnya, sesuaikan untuk perubahan pengeluaran prabayar dan pengeluaran akrual.
    • Jika pengeluaran prabayar meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah penggunaan kas. Jika pengeluaran prabayar menurun, ini adalah sumber kas, dan pengeluaran operasional harus disesuaikan dengan sewajarnya.
    • Jika pengeluaran akrual meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah sumber kas. Jika, di sisi lain, pengeluaran akrual menurun, ini adalah penggunaan kas.
  3. Hitung Kas dari Operasi
    Kurangi pengeluaran operasional kas dari laba kas bruto.
  4. Hitung Penghasilan Kas Lain-lain
    Ambil penghasilan lain-lain, kurangi pengeluaran lain-lain. Sesuaikan ini dengan perubahan item lain-lain di neraca. Ini mungkin termasuk item seperti Aset Lancar Lainnya, Aset Lainnya, Kewajiban Lancar Lainnya, atau Kewajiban Jangka Panjang Lainnya.
    Peningkatan aset dan penurunan kewajiban adalah penggunaan kas, dan oleh karena itu dikurangkan dari penghasilan lain-lain. Penurunan aset dan peningkatan kewajiban, di sisi lain, adalah sumber kas dan oleh karena itu ditambahkan ke penghasilan lain-lain.
  5. Hitung dan Kurangi Pajak Penghasilan yang Dibayar
    Sesuaikan pajak penghasilan yang ditunjukkan pada laporan laba rugi, untuk perubahan pajak yang harus dibayar dan pajak tangguhan di neraca. Jika pajak yang harus dibayar meningkat, ini adalah sumber kas dan laporan laba rugi harus disesuaikan dengan sewajarnya. Jika pajak yang harus dibayar menurun, ini adalah penggunaan kas.
    Demikian juga, jika pajak tangguhan meningkat, ini adalah sumber kas, dan jika mereka menurun, ini adalah penggunaan kas.
  6. Hitung Kas Bersih Setelah Operasi
    Kurangi penghasilan kas lain-lain (jika negatif – tambahkan kembali jika positif) dan pajak yang dibayar dari Kas dari Operasi.
  7. Hitung dan Kurangi Biaya Pembiayaan
    Ambil beban bunga dan kurangi dari Kas Bersih dari Operasi.
    Juga ambil dividen yang ditunjukkan pada laporan laba rugi dan sesuaikan untuk perubahan dividen yang harus dibayar pada Neraca – sumber, dan oleh karena itu penambahan kembali jika meningkat, atau penggunaan, dan oleh karena itu pengurangan, jika menurun.
  8. Hitung Penghasilan Kas Bersih
    Kurangi biaya pembiayaan dari Kas Bersih dari Operasi untuk mendapatkan Penghasilan Kas Bersih.
  9. Hitung Pembayaran Pokok Terjadwal pada Hutang Jangka Panjang
    Ambil Kewajiban Lancar dari Hutang Jangka Panjang dari neraca tahun sebelumnya dan kurangi dari penghasilan kas bersih.
  10. Hitung Kas setelah Amortisasi Hutang
    Kurangi kewajiban lancar dari hutang jangka panjang dari Penghasilan Kas Bersih.
  11. Hitung Pengeluaran Modal / Investasi Tetap
    Ambil perubahan Aset Tetap Bersih dari satu tahun ke tahun berikutnya, dan tambahkan ke biaya depresiasi tahunan (diambil dari Harga Pokok Penjualan atau Pengeluaran Operasional).
  12. Hitung Perubahan Aset Tak Berwujud dan/atau Investasi Jangka Panjang
    Jika perubahan pada item ini adalah peningkatan, ini akan menjadi penggunaan kas. Jika penurunan, ini akan menjadi sumber kas.
  13. Hitung Kebutuhan / Surplus Pembiayaan
    Kurangi pengeluaran modal dan perubahan dalam Aset Tak Berwujud dan/atau Investasi Jangka Panjang dari Kas setelah Amortisasi Hutang.
  14. Hitung Perubahan dalam Pembiayaan (Hutang Jangka Pendek dan Jangka Panjang serta Ekuitas)
  15. Hitung Perubahan Hutang Jangka Pendek
    Jika Hutang Jangka Pendek meningkat dari satu tahun ke tahun berikutnya, ini adalah sumber kas. Jika menurun, ini adalah penggunaan kas.
  16. Tentukan Perubahan Hutang Jangka Panjang
    Kurangi Hutang Jangka Panjang saja, pada akhir tahun sebelumnya, dari Hutang Jangka Panjang ditambah Kewajiban Lancar dari Hutang Jangka Panjang pada akhir tahun yang sedang ditinjau.
  17. Hitung Perubahan Ekuitas
    Jika Saham Biasa dari satu tahun ke tahun berikutnya meningkat, ini adalah sumber kas. Jika menurun, ini akan menjadi penggunaan kas. Jangan sesuaikan untuk perubahan Laba Ditahan, karena ini sudah diperhitungkan dalam Laporan Arus Kas.
  18. Hitung Pembiayaan Eksternal Total
    Total perubahan dalam Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka Panjang, dan Ekuitas.
  19. Hitung Perubahan dalam Kas
    Kurangi Total Pembiayaan Eksternal dari Total Kebutuhan Pembiayaan. Lanjutkan dengan menghitung perubahan dalam Kas. Kedua item ini harus direkonsiliasi. Jika pembiayaan eksternal total melebihi total kebutuhan pembiayaan, ini akan menghasilkan peningkatan yang sesuai dalam Kas. Jika pembiayaan eksternal total kurang dari total kebutuhan pembiayaan, ini akan menghasilkan pengurangan yang sesuai dalam Kas.

Laporan Arus Kas Tidak Langsung

Setelah analisis arus kas dilakukan, permintaan pinjaman harus ditinjau untuk memastikan bahwa peminjam telah menghasilkan arus kas yang cukup di masa lalu untuk membayar kembali pinjaman.

Kedua, analis kredit harus mengembangkan proyeksi arus kas berdasarkan asumsi yang realistis tentang aktivitas peminjam dan mengidentifikasi kebutuhan kas yang sebenarnya. Ini mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan jumlah pinjaman yang diminta oleh peminjam.

Langkah-langkah Proyeksi Arus Kas

  1. Kembangkan Asumsi Arus Kas yang Realistis
    Langkah pertama dalam memproyeksikan arus kas adalah mengembangkan asumsi yang realistis mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Ini termasuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi pasar saat ini, tren industri, dan perubahan internal dalam perusahaan.
  2. Proyeksikan Arus Kas Masuk Utama
    Selanjutnya, proyeksikan sumber utama penerimaan kas perusahaan, seperti penjualan barang dan jasa, pendapatan investasi, dan penerimaan kas lainnya yang signifikan.
  3. Proyeksikan Arus Kas Keluar Utama
    Setelah itu, proyeksikan pengeluaran kas utama perusahaan, seperti pembelian barang dan jasa, biaya operasional, pembayaran bunga, dan pengeluaran lain yang penting.
  4. Tinjau Hasil dan Tentukan Persyaratan Kredit
    Setelah melakukan proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas, tinjau hasilnya untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan cukup untuk memenuhi persyaratan kredit perusahaan. Ini termasuk menilai kemampuan perusahaan untuk melayani hutang yang ada dan mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan tambahan yang mungkin diperlukan.

Analisis Sensitivitas Arus Kas

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas menguji dampak potensial dari risiko kredit terhadap sumber-sumber pembayaran kembali. Analisis ini sangat penting karena:

  • Analisis Kredit fokus pada risiko dan pembayaran kembali, sedangkan
  • Analisis Sensitivitas mengidentifikasi variabel-variabel tertentu, yang perubahannya membantu menyoroti potensi masalah arus kas.

Oleh karena itu, analisis sensitivitas sangat mendasar dalam pengambilan keputusan kredit dan penetapan struktur kredit yang sesuai dengan syarat dan ketentuan yang mendasarinya.

Langkah-langkah Analisis Sensitivitas Arus Kas

  1. Analisis Arus Kas Historis
    Tinjau data arus kas historis untuk memahami pola penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di masa lalu.
  2. Tinjau Dinamika Industri dan Dampaknya terhadap Arus Kas
    Pertimbangkan bagaimana perubahan dalam industri dan dinamika pasar dapat mempengaruhi arus kas perusahaan.
  3. Identifikasi Variabel Kunci dan Kuantifikasi Dampaknya terhadap Arus Kas
    Identifikasi variabel-variabel utama yang dapat mempengaruhi arus kas, seperti perubahan harga bahan baku, fluktuasi penjualan, dan tingkat bunga, serta kuantifikasi dampak potensialnya.
  4. Uji Variabel Kritis
    Uji bagaimana perubahan pada variabel-variabel kritis ini dapat mempengaruhi arus kas perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan.
  5. Diskusikan Hasil dengan Manajemen Perusahaan dan Nilai Kemampuan Mereka untuk Bereaksi terhadap Perubahan
    Diskusikan hasil analisis sensitivitas dengan manajemen perusahaan untuk memahami bagaimana mereka dapat merespons perubahan kondisi ekonomi atau pasar.
  6. Kembangkan Skenario Terbaik dan Terburuk Setelah Bertemu dengan Manajemen
    Berdasarkan diskusi dengan manajemen, kembangkan skenario arus kas terbaik dan terburuk untuk mengevaluasi potensi risiko.
  7. Nilai Kemampuan Perusahaan untuk Membayar Kembali Pinjaman Sesuai Skenario Terbaik dan Terburuk
    Terakhir, nilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman berdasarkan skenario terbaik dan terburuk yang telah dikembangkan.

Faktor-faktor Utama yang Mempengaruhi Arus Kas

Berikut ini adalah daftar faktor utama yang mempengaruhi arus kas, yang juga dikenal sebagai pendorong arus kas.

Faktor-faktor ini adalah kombinasi dari item-item dalam laporan laba rugi dan neraca. Item-item dalam laporan laba rugi mencerminkan pendapatan, margin keuntungan, dan pengeluaran, sementara item-item dalam neraca mencerminkan perputaran aset dan kewajiban kerja. Semua faktor ini dapat memiliki dampak signifikan pada arus kas.

  • Margin Kotor
  • Pengeluaran Penjualan/Umum/Administratif
  • Piutang dalam Hari
  • Persediaan dalam Hari
  • Hutang Dagang dalam Hari
  • Pertumbuhan Penjualan
  • Pertumbuhan Harga Pokok Penjualan untuk Persediaan
  • Pertumbuhan Harga Pokok Penjualan untuk Hutang Dagang

Ringkasan

Esai ini didedikasikan untuk komponen-komponen utama dari proses analisis kredit, yang bertujuan untuk menentukan kelayakan kredit peminjam. Esai ini menekankan analisis laporan laba rugi, neraca, rasio yang relevan, dan laporan arus kas, serta bagaimana ketiga laporan tersebut saling terkait. Latihan-latihan yang diberikan juga menekankan keterkaitan antara laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas.

Dalam esai ini, Anda telah mempelajari cara:

Mengidentifikasi teknik analisis kredit terbaik saat meninjau laporan keuangan peminjam, dan Mengevaluasi kesesuaian, kualitas, dan hasil dari teknik analisis kredit yang digunakan oleh bank dalam proses kreditnya.

(Diterjemahkan dari USAID-Funded Economic Governance II Project oleh Bearing Point)

Framework Paling Manjur dalam Analisis Kredit

Chandra Natadipurba

Apa itu framework?

Framework adalah kerangka kerja. Apa itu? Kerangka kerja adalah peralatan mental yang memudahkan kita untuk menyelesaikan masalah. Biasanya kerangka kerja terdiri dari seperangkat daftar centang (check list) yang jika kita memenuhi semuanya, maka masalah kita lebih mudah kita selesaikan.

Framework untuk menganalisis kelayakan kredit yang paling manjur adalah 5C. Ini adalah singkatan dari lima syarat yang jika semua syarat ini terpenuhi, maka kita bisa yakin bahwa suatu bisnis layak untuk mendapatkan kredit. Lima syarat itu adalah Character (karakter), Capacity (kapasitas), Condition (kondisi), Capital (modal) dan Collateral (agunan).

Pembahasan 5C di internet banyak sekali. Apa yang berbeda dari artikel ini? Artikel ini menyajikan pendekatan baru yang belum ada di dalam literatur 5C sebelum-sebelumnya. Baru apanya? Ada beberapa temuan saintifik terkini yang dapat membantu Anda secara lebih akurat memprediksi keberhasilan seorang nasabah membayar kredit di masa depan. Temuan-temuan baru ini tidak ada dalam buku klasik analisis kredit seperti bukunya Jopie Jusuf misalnya. Alasannya adalah karena pada waktu Jopie Jusuf menulis bukunya, temuan saintifik ini belum ada.

Oke, mari kita mulai satu per satu.

5C

Lima C ini secara singkat maknanya adalah sbb:

  • Character: Faktor ini adalah faktor terpenting dari analisis kredit, sekaligus yang paling sulit. Karena seorang analis harus menilai karakter manusia. Secara umum yang dinilai adalah kejujuran nasabah dan kemampuan dia menghasilkan uang.
  • Capacity: Faktor ini berkaitan dengan kemampuan bisnis nasabah untuk mencetak penjualan, mengendalikan biaya, menghasilkan keuntungan dan akhirnya kemampuan membayar kewajibannya ke bank.
  • Capital: Faktor ini berkaitan dengan uang nasabah sendiri yang akan ikut dibelanjakan dalam proyek nasabah. Semakin besar capital atau modal sendiri yang ikut diinjeksikan dalam proyek (misalnya 80%) berarti menandakan nasabah ikut mengambil risiko dalam proyek tersebut, Semakin rendah modal nasabah, berarti semakin rendah risiko finansial yang ikut ditanggung nasabah. Karena bank tidak punya informasi selengkap nasabah, rasio ini juga menjadi ciri seberapa yakin nasabah dengan proyek tersebut. Semakin besar uang sendiri yang ikut ia pertaruhkan, berarti semakin yakin ia dengan proyek tersebut.
  • Condition: Dalam kelangsungan usaha nasabah, faktor-faktor eksternal juga ikut mempengaruhi. Tingkat persaingan dan pertumbuhan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional, arus investasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen, fluktuasi kurs mata uang, inflasi, pengangguran, pembelian barang tahan lama dan faktor politik serta hukum bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah. Jadi, Character, Capacity dan Capital adalah faktor internal yang ada pada kendali nasabah, nah Condition adala faktor eksternal yang ada di luar kendali nasabah. Faktor eksternal ini bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah. Bisa jadi bisnis yang sebenarnya medioker, tampak cemerlang kinerjanya karena semata-mata faktor eksternal, sedangkan bisnis yang cemerlang secara internal bisa terhempas karena ditimpa kondisi eksternal yang kacau.
  • Collateral: Keempat faktor di atas adalah first way out (jalan keluar pertama). Seorang analis yang baik harus punya skenario cadangan. Jalan keluar kedua (second way out). Jika bisnis nasabah bermasalah dan nasabah gagal bayar, maka bank masih punya jalan keluar, yaitu menyita aset yang dijaminkan kepada bank. Jadi, bank menyelesaikan masalah gagal bayar ini dengan jalan keluar yang sebenarnya tidak diharapkan. Second way out ini dicadangkan untuk berjaga-jaga bila bisnis nasabah sudah tidak lagi mampu untuk memenuhi kewajibannya sendiri.

Semakin lengkap kelima faktor di atas terpenuhi, maka semakin besar peluang kredit tersebut terlunasi dengan baik dan semakin kecil peluang gagal bayar terjadi.

Character

Sebelum ada temuan-temuan saintifik terkini, para bankir memeriksa karakter nasabah dengan dua cara.

1. BI Checking atau sekarang disebut SLIK OJK

2. Trade Checking

Mari kita bahas dulu BI Checking atau SLIK OJK.

Apa itu BI Checking atau yang secara formal disebut Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia?

BI Checking atau Sistem Informasi Debitur adalah sistem pencatatan riwayat pembayaran kredit seorang nasabah yang dilaporkan oleh bagian support kredit di suatu cabang bank kepada sistem terpusat yang dikelola oleh Bank Indonesia.

Jadi, BI Checking adalah sebuah database raksasa yang dikumpulkan dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun mengenai kelancaran pembayaran angsuran pokok dan bunga seseorang di seluruh Indonesia. Sekarang sistem ini diganti nama menjadi SLIK OJK alias Sistem Layanan Informasi Keuangan yang dikelola Otoritas Jasa Keuangan, seiring dengan perpindahan kewenangan pengaturan jasa keuangan dari BI ke OJK.

Jika angsuran dibayar tepat waktu, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 1 (kol 1) alias lancar.

Jika angsuran dibayar terlambat 1 s.d. 3 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 2 (kol 2) alias Dalam Perhatian Khusus.

Jika angsuran dibayar terlambat 3 s.d. 4 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 3 (kol 3) alias kurang lancar.

Jika angsuran dibayar terlambat 4 s.d. 6 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 4 (kol 4) alias diragukan.

Jika angsuran dibayar terlambat lebih dari 6 bulan, kolektibililitasnya disebut kolektibilitas 5 (kol 5) alias macet.

Nah, karena bank tidak tahu masa depan, mereka memperkirakan masa depan dengan rekam jejak di masa lalu. Jika di masa lalu, seseorang tidak bayar angsuran tepat waktu, di masa depan akan begitu juga. Begitu kurang lebih logikanya.

Namun, sistem memiliki dua permasalahan. Satu, bagaimana kalau seseorang tidak pernah memiliki utang bank sebelumnya? Rekam jejaknya nol. Artinya, bank tidak punya catatan seberapa baik kolektibilitasnya. Bukan berarti ini buruk, hanya bank sama sekali tidak punya informasi. Sistem ini akhirnya hanya menguntungkan pemain lama (status quo). Pemain baru sukar masuk.

Cacat kedua adalah anggapan bahwa masa lalu memprediksi masa depan, ceteris paribus. Dalam beberapa hal ini berlaku, tapi sepertinya tidak universal. Misalnya, kalau seseorang dewasa bertinggi badan 171 cm dalam dua tahun terakhir, besar kemungkinan tinggi badannya juga 171 cm dalam dua tahun ke depan. Tapi apakah jika bisnis seseorang lancar dalam dua tahun terakhir, maka bisnisnya juga lancar di dalam dua tahun ke depan? Kita mungkin tidak pernah tahu, yang bisa kita lakukan adalah memperkirakan peluangnya, tidak lebih.

Temuan saintifik psikologi berusaha menjawab ini. Apa faktor-faktor yang dapat memprediksi kejujuran dan kemampuan seseorang di masa depan?

Sebelum kita menjawab ini, mari kita bahas dulu trade checking.

Secara esensial, trade checking adalah kita bertanya kepada pemasoknya nasabah, apakah jika ia berutang, ia membayar tepat waktu dan tepat jumlah? Kita juga bertanya kepada pembelinya nasabah, jika ia menjanjikan untuk mengirim barang, apakah nasabah mengirim barang tepat waktu dan tepat jumlah.

Intinya, kita berusaha memeriksa integritas nasabah dengan mitra-mitra bisnisnya. Apakah ia satu kata dengan perbuatan? Logikanya sama dengan BI Checking. Sebab, jika ia di masa lalu menepati janjinya, di masa depan, ia juga akan menepati janjinya dengan bank untuk membayar utang tepat waktu.

Namun, masalah dari logika ini mirip dengan yang di atas. Data masa lalu tidak menggaransi perilaku masa depan.

Lantas apa solusinya?

Dua solusinya: 1. Tes IQ, 2. Tes karakter.

Tes IQ artinya tes kecerdasan (intelligence test). Tes ini bersifat prediktif. Artinya, ada hubungan erat antara tingginya skor tes IQ dengan kecerdasan seseorang di masa kini dan di masa depan. Tes IQ standar biasanya mencakup tes memori, kemampuan berhitung, kemampuan spasial, kemampuan bahasa dan kemampuan logika. IQ 100 dianggap IQ rata-rata. IQ 130 biasanya cerdas. IQ 78 biasanya bodoh.

Makin tinggi IQ seseorang, makin tinggi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Karena situasi bisnis seringkali berubah dan terus menerus menimbulkan persoalan, kemampuan pemecahan masalah menjadi mutlak. Kemampuan pemecahan masalah menghasilkan kinerja superior. Ada beberapa penelitian bagus yang bisa Anda baca di sini, yang menunjukkan korelasi antara tingginya kecerdasan dengan tingginya kinerja.

Terus bagaimana dengan tes karakter?

Adakah tes yang bisa menunjukkan karakter seseorang? Ada. Namanya adalah tes Big Five model.

Model ini menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi 5 jenis: orang yang openness (berpikiran terbuka), conscientiousness (rapi dan ambisius), extroversion (mudah bergaul), agreeableness (anti konflik) dan neuroticism (cinta diri berlebihan).

Ada korelasi yang kuat antara karakter conscientiousness dengan keberhasilan. Orang-orang yang rapi dan ambisius cenderung sukses dalam hidup.

Miriam Gensowski dalam suatu landmark study (penelitian yang amat berpengaruh), membuktikan bahwa orang yang ber IQ tinggi dan bersifat conscientiousness berpeluang lebih besar untuk sukses dalam hidup. Penelitian itu bisa dibaca di sini.

Nah, sebagai bankir Anda bisa memanfaatkan dua tes ini di sini, untuk menilai karakter nasabah Anda secara objektif. Jika mereka ber IQ tinggi dan bersifat conscientiousness, mereka lulus cek pertama.

Capacity

Bisnis yang baik memiliki beberapa ciri menonjol. Satu, bisnis itu menguntungkan. Dua, bisnis itu memberikan pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan dengan angka cukup baik. Tiga, bisnis tersebut terus menerus mampu memperluas pasar. Empat, pertumbuhan arus kas operasional. Lima, bisnis tersebut memiliki siklus kas yang cepat.

Mari kita bahas satu per satu:

Gross Profit Margin (margin keuntungan) yang besar menunjukkan bahwa bisnis tersebut mampu menjual dengan harga tinggi (di atas pesaingnya) atau mampu beroperasi dengan efisien (artinya mengendalikan biaya dengan cermat) atau keduanya. Hal ini bisa dicapai jika bisnis tersebut menguasai suatu “kuasa kelangkaan” sehingga ia bisa lolos dari persaingan. Kuasa kelangkaan itu bisa Anda pelajari di sini dan di sini.

Artinya, jika bisnis itu sangat menguntungkan, bisnis itu memiliki daya tawar tinggi di hadapan konsumen atau di hadapan pemasok sekaligus atau pada keduanya.

Ceteris paribus, akibat dari GPM yang tinggi adalah ROI (return on investment) yang tinggi, jika GPM itu berkelanjutan (terus menerus). Maknanya adalah imbal hasil dari investasi yang ditanamkan membuahkan untung yang tinggi. Nama lain dari ROIC adalah return on invested capital (ROIC). Semakin tinggi ROIC semakin tinggi nilai perusahaan. Hal itu bisa Anda pelajari lebih lanjut di sini.

Jika modal yang ditanamkan sangat besar, ROI akan rendah walau GPM tinggi. Misal, perusahaan minyak memiliki kuasa kelangkaan karena modal yang ditanamkan sangat tinggi, sehingga walau GPMnya tebal, ROInya rendah. Ini bukan sesuatu yang ideal. Perusahaan perangkat lunak di sisi lain, jika GPM nya tinggi, akan menciptakan ROIC yang tinggi pula. Mengapa? Karena investasi yang diperlukan untuk membangun perusahaan perangkat lunak amat rendah (orang, seperangkat komputer, jaringan internet dan mungkin sebuah server sederhana).

Revenue yang terus tumbuh secara konsisten dari tahun ke tahun adalah tanda bahwa produk perusahaan laku di pasaran. Ini namanya market-product fit. Jika revenue perusahaan mampu tumbuh secara konsisten lebih besar dari pertumbuhan revenue industri, maka perusahaan terus menerus memperluas market share (bagian dari kue industri). Ini tanda bahwa pasar menyambut baik value yang disediakan perusahaan.

Arus kas operasional adalah pendapatan secara kas dikurangi biaya secara kas. Arus kas operasional yang terus menerus meningkat/bertumbuh menandakan bahwa perusahaan mampu untuk menagih haknya kepada pembelinya secara efektif sekaligus memenuhi kewajibannya kepada vendor secara tepat waktu. Keuntungan adalah soal pencatatan, kas adalah fakta.

Perusahaan yang mencatat penjualan atau keuntungan tinggi, tapi kasnya kecil berarti arus kas operasionalnya bermasalah. Ini bisa disebabkan oleh umur piutangnya yang terlalu lama. Mengapa mereka dibiarkan tidak dibayar pelanggannya? Karena, daya tawar mereka lemah. Pelanggan mereka memanfaatkan kelemahan daya tawar itu dengan menahan pembayaran selama mungkin.

Siklus konversi kas (cash to cash cycle) yang cepat menunjukkan perputaran bisnis yang cepat dan sehat. Ini berarti seberapa cepat, uang yang ditanamkan dalam modal kerja menjadi sales yang terkonversi menjadi kas lagi. Siklus kas yang lambat menunjukkan perusahaan tak punya kuasa kelangkaan untuk menagih pembayaran dari pelanggan.

Itulah lima indikator kesehatan keuangan paling penting yang menunjukkan kapasitas nasabah. Anda bisa mempelajari lebih lanjut di sini.

Selain itu, angka-angka tadi tidak punya makna kecuali ada standar industri. Anda dapat membandingkan angka-angka di atas secara objektif, dengan IRIS yang bisa Anda pelajari di sini. Dengan IRIS, Anda bisa membandingkan angka-angka keuangan suatu perusahaan dengan standar industrinya, dengan standar sektornya dan dengan keseluruhan ekonomi Indonesia.

Tapi, kelimanya adalah hasil. Lima ini bukan sebab. Ia adalah tanda, bukan faktor yang menjadikan suatu bisnis itu maju.

Apa lantas faktor yang menjadikan bisnis itu maju? Satu, manajemen. Dua, strategi.

Manajemen dalam konteks ini artinya bahwa ada seperangkat cara-cara internal yang dilakukan untuk menjadikan proses di dalam perusahaan itu mencapai tujuannya. Mulai dari operasional produksi sampai dengan pengelolaan sumberdaya manusia.

Ukuran objektif untuk manajemen yang baik ada pada The World Management Survey yang telah melakukan studi pada 13,000 perusahaan di seluruh dunia. Anda dapat mengukur efektivitas manajemen suatu bisnis di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen perusahaan secara umum, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen rumah sakit, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen sekolah atau lembaga pendidikan, temukan di sini.

Untuk mengukur kualitas manajemen toko ritel, temukan di sini.

Condition

Tingkat persaingan dan pertumbuhan industri, tingkat pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional, arus investasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen, fluktuasi kurs mata uang, inflasi, pengangguran, pembelian barang tahan lama dan faktor politik serta hukum bisa ikut mempengaruhi bisnis nasabah.

Posisi perusahaan di dalam lanskap persaingan bisnis dipengaruhi strategi perusahaan. Strategi dalam konteks ini artinya bahwa perusahaan mempunyai kuasa kelangkaan yang memungkinkan ia memiliki posisi strategis di pasar sehingga bisa keluar dari perangkap persaingan. Karena persaingan menekan margin keuntungan, memaksa perusahaan beroperasi pada harga minimal dan secara efektif sangat rentan pada pemain baru. Gagal keluar dari persaingan berarti tandatangan surat kematian, cepat atau lambat.

Secara umum, persaingan di dalam industri dipengaruhi oleh lima faktor: (1) hambatan untuk masuk, (2) ancaman produk pengganti, (3) kekuatan tawar pembeli, (4) kekuatan tawar pemasok, (5) persaingan antar perusahaan di dalam industri tersebut.

Intinya adalah semakin perusahaan memiliki kuasa kelangkaan, semakin tinggi daya tawar perusahaan. Semakin tinggi kuasa kelangkaan yang ia miliki akan semakin menguntungkan perusahaan tersebut.

Ukuran objektif apakah suatu perusahaan memiliki posisi strategis di pasar sehingga memiliki keunggulan kompetitif telah dibakukan oleh studi Michael Porter pada lebih dari 1200 perusahaan sepanjang 30 tahun terakhir. Anda dapat mengukur kapasitas strategis nasabah Anda di sini.

Kondisi-kondisi eksternal lain yang mempengaruhi perusahaan adalah:

(1) selera konsumen

Selera konsumen yang berubah bisa membunuh atau sebaliknya menyebabkan perusahaan tumbuh cepat. Pada umumnya, orang menginginkan sesuatu yang semakin murah, memudahkan mereka dan semakin cepat.

Selain itu, orang menginginkan sesuatu yang meningkatkan status ekonomi dan sosial mereka. Mereka juga menginginkan penyelesaian masalah mereka sesegera mungkin.

(2) teknologi

Perkembangan teknologi memungkinkan suatu produk atau jasa cepat kedaluwarsa. Misalnya foto kertas digantikan foto digital. Warnet digantikan teknologi WiFi dan seterusnya.

Sebaliknya, teknologi baru memungkinkan tren baru dan pekerjaan baru. Dinamika ini menyebabkan penciptaan dan penghancuran terus menerus di dalam ekonomi.

(3) pertumbuhan ekonomi dan inflasi

Pertumbuhan ekonomi secara singkat bermakna pendapatan masyarakat meningkat dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan daya beli yang meningkat di masa depan. Namun, pendapatan meningkat ini bisa juga disebabkan oleh pencetakan uang yang berlebihan. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah pertumbuhan ekonomi nominal dikurangi angka inflasi. Misalnya, angka pertumbuhan ekonomi adalah 7%, tapi inflasi 4% maka pertumbuhan ekonomi riil adalah 7% – 4% alias 3%.

Ketika ekonomi tumbuah positif, maka daya beli diharapkan juga meningkat. Ini menyebabkan pebisnis meningkatkan investasinya, untuk menanggapi meningkatnya permintaan di masa depan.

(4) fluktuasi kurs

Para pebisnis yang mendatangkan bahan bakunya melalui impor dan membayarnya dengan dolar, dapat terimbas risiko fluktuasi nilai tukar. Menguatnya dolar membuat daya beli importir melemah. Akibatnya, harga jual produk mereka menjadi lebih mahal secara pembukuan akuntansi.

Derasnya arus investasi ke dalam negeri menyebabkan menguatnya nilai Rupiah. Hal ini karena permintaan terhadap Rupiah melonjak. Sebaliknya pelarian modal ke luar negeri menyebabkan Rupiah melemah, karena tekanan jual pada Rupiah.

(5) pembelian barang tahan lama (durable goods)

Tingginya pembelian barang tahan lama seperti mobil, motor atau furnitur, apalagi dengan cara mencicil, menunjukkan keyakinan masyarakat akan daya belinya di masa depan.

Sebab, orang yang telah mampu membeli barang tahan lama menandakan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Dengan menggunakan data pendapatan dan konsumsi di Amerika Serikat dari tahun 1888 to 1941, penelitian Milton Friedman membuktikan bahwa ada korelasi positif antara naiknya permanent income dengan tingginya konsumsi di masa depan. Hal ini dikenal dengan istilah permanent income hypothesis.

(6) pengangguran dan investasi

Angka pengangguran yang tinggi di masa sekarang dipersepsi sebagai pelemahan daya beli masyarakat. di masa depan Karena, pembeli di masa depan berkurang karena tidak ditopang dengan pendapatan.

Investasi yang meningkat akan mengurangi pengangguran, karena investasi menyerap lapangan pekerjaan.

Apa yang menyebabkan investasi meningkat? Pajak yang murah, negara yang ramping, lepasnya ekonomi dari pengaruh politisi, pengurangan regulasi, kemudahan ekspor dan impor, kemudahan pendirian/pembubaran usaha, penghapusan ketentuan upah minimum, pengadilan yang independen dan bebas akan meningkatkan arus investasi. Ukuran-ukuran objektif yang dipakai adalah Index of Economic Freedom dari Heritage Foundation dan Fraser Institute dan Ease of Doing Business dari World Bank.

Capital

Capital adalah modal. Ia adalah uang nasabah sendiri yang diikutsertakan dalam suatu proyek bisnis.

Semakin tinggi capital, semakin tinggi risiko yang ditanggung nasabah. Ini berarti nasabah akan berusaha mati-matian untuk membuat usahanya berhasil. Dengan cara ini bank memastikan bahwa risiko kegagalan akan ditanggung bersama.

Tidak ada patokan pada angka berapa angka capital yang ideal yang harus disediakan nasabah. Secara umum, semakin tinggi, semakin baik.

Collateral

Collateral atau jaminan atau agunan adalah jalan keluar kedua, jika pembayaran nasabah telah gagal. Jalan keluar ketiga adalah personal guarantee, yaitu nasabah memberikan garansi pengembalian pembayaran angsuran dari seluruh kekayaan yang ia miliki.

Agunan dapat terdiri dari:

(1) Tanah dan bangunan (properti)

(2) Kendaraan atau mesin

(3) Piutang

(4) Cash atau surat berharga baik obligasi maupun saham

Bank paling menyukai tanah dan bangunan sebagai agunan karena sifatnya yang tidak bergerak dan mudah dikuasai jika perikatannya sempurna. Perikatan sempurna maksudnya adalah jaminan tersebut telah dipasang Hak Tanggungan (atau dalam bahasa Belanda akad “borg”) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang.

Anda dapat mempelajari tentang teknik penilaian properti di buku yang telah kami ringkas di sini.

Sebagai kesimpulan, Anda dapat menilai kelayakan nasabah dengan 5 cara: Character, Capacity, Condition, Capital dan Collateral.

Lembaga Riset Veritas dapat membantu Anda menilai:

  1. Character dengan tes IQ dan tes big Five model
  2. Capacity dengan analisis laporan keuangan, data IRIS, analisis kualitas manajemen
  3. Condition dengan analisis bisnis/pemasaran

Semua alat dari kami akan membuat analisis Anda moncer dan bermutu.

Artikel Terkait

06 Cara Mengatasi Masalah Produk yang Buruk dan Operasional yang Mahal dan Berulang Ulang dan Bisa Membuat Bangkrut (Super Dummy)

Kuisioner Survey untuk Menentukan Apakah Organisasi Anda Berstandar Global

Standar Global untuk Menentukan Kualitas Manajemen Suatu Perusahaan

error: Content is protected !!