Menemukan Kembali Liberalisme oleh Ludwig von Mises
Chandra Natadipurba
11 Oktober 2024
Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku “Menemukan Kembali Liberalisme” karangan Ludwig von Mises
Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.
Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.
Selamat membaca.
Chandra Natadipurba
===
MENEMUKAN KEMBALI LIBERALISME OLEH LUDWIG VON MISES
Judul asli: Liberalism: In the Classical Tradition Penerbit: The Foundation for Economic Education, Inc ISBN: 978-602-99571-1-2
Cetakan pertama, Desember 2011
(hlm. viii) KATA PENGANTAR FREEDOM INSTITUTE Kalau memang Amerika pada dasarnya berwatak liberal, mengapa pohon liberalisme yang tumbuh di tanah Amerika menghasilkan buah yang berbeda dibandingkan di tempat asalnya di Eropa?
(hlm. ix) Semangat Mises untuk membela Liberalisme klasik sedikit banyak terkait dengan latar belakang hidupnya sebagai eksil politik yang trauma akan horor Perang Dunia I dan ancaman kolektivisme dan fasisme di Eropa.
(hlm. xi) Atau untuk meminjam istilah Adam Smith, pembagian kerja dimungkinkan karena propensity to truck, barter and exchange adalah sesuatu yang inheren dalam diri manusia. Dengan kata lain, Mises menerima liberalisme karena sistem tersebut dinilai paling natural dan menolak sosialisme karena sistem itu dari segi ilmu ekonomi tidak akan bisa jalan. Dengan kata lain, fenomena ekonomi, sosial, dan politik menurut mazhab ekonomi Austria berporos pada “tindakan individu,” yakni sosok Robinson Crusoe yang tindakannya didorong self-interest, yang menyadari adanya faktor scarcity dan karena itu mesti punya kebebasan memilih.
(hlm. xvi) KATA PENGANTAR Untuk Edisi Ketiga 1985 Itu sebabnya, ia menyebut versi bahasa Inggris The Free and Prosperous Commonwealth (Persemakmuran Bebas dan Makmur). Akan tetapi, tahun berikutnya, Mises memutuskan bahwa para penyokong kebebasan dan pasar bebas tidak boleh memasrahkan “liberalisme” kepada kaum sosialis-filosofis.
(hlm. xvii) Pada 1926 ia mendirikan lembaga riset swasta, Austrian Institute for Business Cycle Research (Institut Riset Siklus Bisnis Austria), yang bertahan hingga hari ini.
(hlm. xix) Sebagai kesimpulan, ide, bukan senjata, yang mengubah keadaan.
(hlm. xxvii) KATA PENGANTAR Alasan lain yang disesalkan adalah bahwa hilangnya istilah “liberal” memaksa penggunaan istilah-istilah rekaan canggih atau penjelasan berputar-putar (misalnya “libertarian,” “liberalisme abad ke-19,” atau “liberalisme klasik.” Mungkinkah secara tak disengaja ada liberalisme “neo-klasik” dan orang-orang yang mendukungnya?)
(hlm. xxxi) KATA PENGANTAR Untuk Edisi Bahasa Inggris TATANAN sosial yang lahir dari falsafah Pencerahan (Enlightenment) memberikan kekuasaan kepada rakyat biasa. Dalam kapasitasnya sebagai konsumen, “rakyat biasa” diharapkan menentukan apa yang harus diproduksi, berapa jumlahnya dan bagaimana kualitasnya, oleh siapa, bagaimana, dan di mana; dalam kapasitasnya sebagai pemilih, ia memiliki kewenangan menentukan kebijakan negaranya. Mekanisme pasar bebas yang dikecam habis-habisan hanya menyisakan satu cara untuk meraih kekayaan, yaitu keberhasilan dalam melayani konsumen dengan cara terbaik dan termurah. Kebesaran periode di antara Perang Napoleon dan Perang Dunia Pertama terletak pada kenyataan bahwa cita-cita sosial, setelah direalisasikan oleh orang-orang terkemuka yang memperjuangkannya, adalah perdagangan bebas di dunia yang damai yang terdiri dari bangsa-bangsa merdeka.
(hlm. xxxii) Yang mengherankan adalah bahwa di negara ini ide-ide ini dianggap sebagai ide-ide khas Amerika, sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip dan falsafah Leluhur Kaum Pendatang (Pilgrim Fathers), para penandatangan Deklarasi Kemerdekaan, dan Perancang Undang-Undang Dasar dan dokumen Federal.
(hlm. xxxiii) Program Sozialpolitik Bismarck diluncurkan pada 1881, lebih dari 50 tahun sebelum tiruannya, program New Deal (Kesepakatan Baru) F.D. Roosevelt.
(hlm. 1) PENDAHULUAN 1. Liberalisme Bahkan di Inggris, yang dijuluki tanah kelahiran liberalisme dan model negara liberal, para pendukung kebijakan liberal tidak pernah berhasil memperoleh semua tuntutan mereka. Namun, meskipun supremasi ide-ide liberal tidak berlangsung lama dan sangat terbatas, ide-ide itu cukup untuk mengubah wajah bumi.
(hlm. 2) Justru di negara-negara yang sudah melangkah jauh dalam mengadopsi program liberal, puncak piramida sosial diduduki, terutama, oleh mereka yang bukan sejak lahir menikmati posisi istimewa berdasarkan kekayaan atau pangkat tinggi orang tua mereka, tetapi oleh mereka yang, dalam kondisi yang menguntungkan, berhasil keluar dari kondisi sulit dengan upaya mereka sendiri.
(hlm. 3) Telah disebutkan bahwa bahkan di Inggris sekalipun apa yang dipahami sebagai liberalisme dewasa ini lebih mirip dengan Toryisme dan sosialisme daripada program lama para pedagang bebas (freetraders).
(hlm. 4) 2. Kesejahteraan Material Liberalisme adalah sebuah doktrin yang ditujukan sepenuhnya bagi perilaku manusia di bumi ini. Sesungguhnya, liberalisme tidak mempunyai tujuan lain selain daripada memajukan kesejahteraan lahiriah dan material manusia dan tidak secara langsung memberi perhatian pada upaya memenuhi kebutuhan spiritual dan metafisik mereka. Liberalisme tidak menjanjikan kebahagiaan dan kesenangan selain kepuasan tertinggi karena semua keinginan duniawi mereka terpenuhi.
(hlm. 5) Kebijakan sosial hanya bisa menyingkirkan penyebab luar rasa sakit dan penderitaan; kebijakan sosial dapat mendorong sistem yang memberi makan untuk orang-orang yang kelaparan, pakaian untuk orang-orang yang telanjang, dan rumah-rumah untuk kaum tunawisma. Kebahagiaan dan kepuasan hati tidak tergantung pada makanan, pakaian, dan tempat tinggal, tetapi, di atas segalanya pada apa yang dihargai oleh seseorang dalam dirinya sendiri. Bukan karena liberalisme memandang rendah sifat-sifat kerohanian maka liberalisme hanya memusatkan perhatian pada kesejahteraan material manusia, melainkan karena keyakinan bahwa inspirasi manusia yang paling tinggi dan dalam tidak bisa dicapai oleh peraturan yang bersifat lahiriah. Liberalisme hanya berupaya menciptakan kesejahteraan lahiriah karena ia tahu bahwa kekayaan rohani tidak bisa datang dari luar, tetapi hanya dari dalam hati manusia sendiri. Liberalisme tidak bertujuan menciptakan apa pun selain prasyarat lahiriah bagi pengembangan kehidupan batin. Dan tidak diragukan lagi bahwa individu abad kesepuluh, yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk menarik napas dan beristirahat sejenak dari rasa cemas karena harus bersusah payah memenuhi kebutuhan hidupnya yang nyaris tidak terpenuhi atau untuk mempertahankan diri dari ancaman musuh-musuhnya.
Kita hanya bisa meminta mereka untuk tidak mengganggu kita seperti halnya kita tidak bisa menghalangi mereka mencapai surga dengan cara mereka sendiri.
(hlm. 6) 3. Rasionalisme Liberalisme tidak mengatakan bahwa manusia selalu bertindak cerdas, melainkan bahwa mereka, demi kepentingan mereka sendiri, harus bertindak cerdas.
(hlm. 7) Akan tetapi, begitu pembicaraan tiba pada titik di mana harus diputuskan apakah pembangkit listrik dikelola oleh individu atau oleh kotamadya, nalar tidak lagi dianggap sah. Tapi setinggi apa isu-isu politik dan sosial ditempatkan, isu-isu itu tetap merujuk pada hal-hal yang berada dalam kontrol manusia dan oleh karena itu harus dinilai sesuai dengan hukum penalaran manusia. Tapi kenyataan bahwa kita tidak pernah dapat memahami makna dan tujuan eksistensi kita tidak menghalangi kita untuk mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari penyakit menular atau untuk memanfaatkan sarana yang tepat untuk menyediakan makanan dan pakaian untuk-
(hlm. 8) -diri kita sendiri, atau menghalangi kita mengorganisasi masyarakat sedemikian rupa sehingga tujuan duniawi yang kita perjuangkan dapat dicapai dengan cara paling efektif.
4. Tujuan Liberalisme Liberalisme hanya menginginkan yang terbaik bagi semua orang, bukan hanya satu kelompok khusus. “Kebahagiaan terbesar untuk sebagian besar orang.” Secara historis, liberalisme adalah gerakan politik yang pertama yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua, bukan kelompok khusus. Liberalisme dibedakan dari sosialisme, yang juga mengaku berjuang untuk kebaikan semua, bukan dari tujuan yang ingin dicapai, tetapi dari cara yang dipilih untuk mencapai tujuan itu.
(hlm. 9) Tindakan yang masuk akal dibedakan dari tindakan yang tidak masuk akal oleh fakta bahwa tindakan yang tidak masuk akal melibatkan pengorbanan sementara.
(hlm. 10) Orang yang menghindari makanan lezat namun tidak sehat membuat pengorbanan sementara. Sebaliknya, justru kemiskinan dan kesengsaraan itulah yang ingin dihapus oleh liberalisme, yang menganggap kiat yang diusulkannya sebagai satu-satunya kiat yang sesuai untuk pencapaian tujuan ini.
(hlm. 11) 5. Liberalisme dan Kapitalisme Sebuah masyarakat di mana prinsip-prinsip liberal diberlakukan biasanya disebut masyarakat kapitalis, dan kondisi masyarakat itu, kapitalisme. Tidak salah bila orang menyebut zaman kita zaman kapitalisme, karena semua hal yang menciptakan kekayaan di zaman kita berasal dari lembaga-lembaga kapitalis.
(hlm. 13) Nyaris tak terpikir oleh siapa pun, ketika ia membentuk gagasan tentang seorang kapitalis, bahwa tatanan sosial yang diselenggarakan atas prinsip-prinsip liberal sejati dibentuk sedemikian rupa sehingga pengusaha dan para kapitalis hanya punya cara untuk meraih kekayaan, yaitu dengan cara menyediakan apa yang mereka anggap diperlukan oleh sesama mereka dengan lebih baik lagi. Di negara dengan rezim liberal, di mana tidak ada tarif, tak mungkin ada kartel yang dapat mendorong harga komoditas di atas harga pasar dunia.
(hlm. 15) 6. Akar Psikologis Antiliberalisme Oposisi ini tidak lahir dari nalar, tetapi dari sikap mental patologis – dari kebencian dan dari kondisi neurasthenia (istilah psiko-patologis yang pertama kali digunakan oleh George Miller Beard pada 1869 untuk menjelaskan kondisi yang ditandai oleh kelelahan, kecemasan, sakit kepala, neuralgia [sakit saraf], dan depresi) yang bisa disebut sebagai kompleks Fourier, mengambil nama sosialis Prancis.
Namun, sekalipun mereka mengetahui hal ini, mereka mendukung reformasi, misalnya sosialisme, karena mereka berharap orang kaya yang membuat mereka iri juga akan menderita di bawah sistem itu.
(hlm. 16) Yang terpenting baginya bukanlah memperburuk posisi orang lain, tetapi memperbaiki kondisinya sendiri.
Nyaris tidak sampai satu dari sejuta orang berhasil memenuhi ambisi hidupnya. Hasil kerja seseorang jauh dari impiannya semasa muda, sekali pun keberuntungan berpihak padanya. Semua rencana dan keinginan hancur berantakan karena seribu rintangan, dan kekuatan seseorang terbukti terlalu lemah untuk mencapai tujuan yang ingin ia raih dengan sepenuh hatinya. Harapan yang tidak terpenuhi, rencana yang gagal, ketidakmampuannya dalam menghadapi tugas pekerjaan yang telah ia tetapkan – semua ini merupakan pengalaman manusia yang paling menyakitkan. Sesungguhnya, ini merupakan pengalaman manusia pada umumnya.
Ada dua cara untuk bereaksi terhadap pengalaman ini, salah satunya ditunjukkan oleh kearifan praktis Goethe: “Anda berharap saya membenci kehidupan, melarikan diri ke hutan belantara, karena tidak semua mimpi saya berkembang menjadi kenyataan” Prometheus-nya menangis. Dan Faust mengakui di “momen…
(hlm. 17) …tertinggi” bahwa “kata-kata arif yang terakhir” adalah: Tak seorang pun berhak atas kebebasan atau hidupnya Bila ia tidak meraihnya kembali (memperbaruinya) setiap hari.
Para penderita gangguan syaraf (neurotic) tidak dapat menghadapi kenyataan hidup, yang terlalu liar, kasar, dan dangkal untuk mereka. Tidak seperti orang sehat, ia tidak memiliki kemampuan untuk “melanjutkan hidup terlepas dari apa pun” agar hidup menjadi tertahankan. Itu tidak sesuai dengan kelemahannya.
(hlm. 18) Marxisme juga tak mampu membangun sebuah gambaran masyarakat sosialis tanpa membuat dua asumsi yang sudah dibuat oleh Fourier, yang bertentangan dengan semua pengalaman dan nalar. Di satu sisi, ia menganggap bahwa “bahan dasar” produksi, yang “ada di alam tanpa usaha produktif manusia,” tersedia bagi kita secara melimpah sehingga tidak perlu dihemat; itulah yang mendasari keyakinan Marxisme terhadap “peningkatan produksi yang tak terbatas.” Di sisi lain, diasumsikan bahwa dalam sebuah masyarakat sosialis kerja akan berubah dari “beban menjadi kesenangan” – bahkan kerja akan menjadi “kebutuhan utama dalam hidup.”
(hlm. 19) Namun, kalau keyakinan pada keabadian, pada imbalan di akhirat, dan pada kebangkitan kembali merupakan insentif untuk melakukan kebajikan dalam kehidupan ini, janji sosialis memberi efek yang sangat berbeda. Tak ada kewajiban lain dalam sosialisme selain memberikan dukungan politik kepada partai sosialis, tetapi pada saat yang sama menimbulkan harapan dan tuntutan.
(hlm. 21) BAB 1 DASAR-DASAR KEBIJAKAN LIBERAL
1. Hak Milik Masyarakat adalah sekumpulan orang yang bekerja sama. Bertolak belakang dengan tindakan individu yang berdiri sendiri, kerja sama berdasarkan prinsip pembagian kerja memiliki kelebihan karena menghasilkan produktivitas lebih besar. Bahwa pembagian kerjalah yang membuat manusia dibedakan dari binatang.
(hlm. 23) Oleh karena itu program liberalisme, jika diringkas dalam satu kata, harus dibaca sebagai kekayaan, yaitu kepemilikan pribadi atas alat produksi (karena dalam hal komoditas siap konsumsi, kepemilikan pribadi adalah soal biasa dan tidak diperdebatkan bahkan oleh kelompok sosialis dan komunis). Semua tuntutan lain liberalisme berasal dari tuntutan pokok ini.
2. Kebebasan (hlm. 25) Hanya ada satu argumen di balik penolakan terhadap perbudakan yang dapat dan telah membalikkan semua pandangan lain – yaitu bahwa tak dapat dipungkiri lagi bahwa tenaga kerja bebas jauh lebih produktif daripada pekerja paksa.
(hlm. 26) Kami hanya ingin mempertahankan pendapat bahwa sebuah sistem yang didasari oleh kebebasan untuk semua pekerja menjamin tingkat produktivitas tertinggi dan oleh karena itu merupakan kepentingan semua orang di muka bumi ini.
(hlm. 28) 3. Perdamaian Kritik itu dimulai dari dasar pemikiran bahwa bukan peperangan, tetapi perdamaian, yang merupakan induk dari segala hal. Satu-satunya hal yang memungkinkan manusia untuk maju dan yang membedakan manusia dari hewan adalah kerja sama sosial. Hanya kerja sajalah yang produktif: kerja menciptakan kekayaan dan dengan demikian meletakkan dasar-dasar lahiriah untuk perkembangan batin manusia. Perang hanya menghancurkan, tidak menciptakan.
(hlm. 29) Siapa pun yang memiliki pandangan seperti ini harus secara konsisten mengakui bahwa keberanian, kegagahan, dan kebencian terhadap kematian yang dimiliki perampok juga merupakan nilai luhur. Namun, pada kenyataannya, tidak ada yang baik atau buruk dalam dan dari dirinya sendiri. Tindakan manusia menjadi baik atau buruk hanya dilihat dari tujuan yang diperjuangkan, dan akibat yang harus mereka tanggung.
(hlm. 30) Perang saudara menghancurkan pembagian kerja karena memaksa setiap kelompok untuk merasa puas dengan (hasil) kerja para pengikutnya sendiri.
(hlm. 31) Pengembangan jaringan hubungan ekonomi internasional yang kompleks adalah produk liberalisme dan kapitalisme abad kesembilan belas. Jaringan itulah yang memungkinkan spesialisasi di segala bidang produksi modern seiring kemajuan di bidang teknologi.
(hlm. 32) Namun yang terjadi kemudian ternyata sangat berbeda. Ide-ide dan program-program liberal digantikan oleh sosialisme, nasionalisme, proteksionisme, imperialisme, etatisme, dan militerisme. Hasilnya adalah Perang Dunia, yang telah memberikan semacam pelajaran kepada generasi kita mengenai ketidakcocokan antara perang dan pembagian kerja.
4. Persamaan Semua perbedaan di antara manusia hanyalah buatan, produk sosial manusia yang bisa dikatakan fana.
(hlm. 33) Manusia sama sekali tidak setara. Bahkan di antara saudara pun terdapat perbedaan mencolok dari segi fisik dan mental.
Pertimbangan kedua dalam mendukung kesetaraan di bawah hukum terpeliharanya ketenangan sosial.
(hlm. 34) Apa yang diciptakan hanyalah persamaan di hadapan hukum, dan bukan kesetaraan sejati. Semua kekuatan manusia tidak akan cukup untuk membuat manusia benar-benar setara. Manusia tidak sama dan tidak akan pernah sama.
(hlm. 35) Pilihan jatuh kepada para ahli hukum bukan untuk kepentingan mereka tetapi demi kebaikan masyarakat, karena orang umumnya berpendapat bahwa pengetahuan tentang yurisprudensi merupakan syarat mutlak untuk jabatan hakim. Fakta bahwa di sebuah kapal di laut hanya ada satu kapten dan sisanya awak kapal yang tunduk pada perintahnya, jelas menguntungkan sang kapten. Namun, bukanlah hak istimewa sang kapten jika ia memiliki kemampuan untuk mengemudikan kapal di antara batu-batu karang saat badai, dan dengan demikian berjuang tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh awak kapal.
(hlm. 36) 5. Kesenjangan Kekayaan dan Pendapatan Keberatan pertama terhadap usulan ini adalah bahwa hal itu tidak akan banyak memperbaiki keadaan karena orang dengan kekayaan rata-rata jauh lebih banyak daripada orang kaya sehingga dengan pembagian kekayaan semacam itu setiap individu hanya dapat mengharapkan kenaikan tak berarti dalam standar hidupnya. Pendapat ini tentu saja benar, namun penjelasannya tidak lengkap.
(hlm. 37) Andaikata insentif itu dihapus, produktivitas akan berkurang banyak sampai pada titik di mana bagian yang dapat diberikan kepada setiap individu berdasarkan asas pemerataan akan jauh berkurang dari yang saat ini diterima oleh orang yang paling miskin sekalipun. Konsep mengenai kemewahan adalah konsep yang sangat relatif.
(hlm. 38) Banyak hal yang bagi kita saat ini tampak sebagai kebutuhan sebelumnya dianggap sebagai kemewahan.
Kemewahan saat ini merupakan kebutuhan masa depan. Setiap kemajuan awalnya merupakan kemewahan bagi segelintir orang kaya, namun setelah beberapa waktu akan menjadi kebutuhan yang harus tersedia untuk semua orang. Hampir semua orang tidak suka pada orang kaya pemalas, yang menghabiskan hidupnya dalam kesenangan tanpa pernah melakukan pekerjaan apa pun. Tapi bahkan ia pun menjalankan fungsi dalam kehidupan makhluk sosial. Ia memberi contoh tentang-
(hlm. 39) -kemewahan yang membangunkan kesadaran banyak orang tentang kebutuhan-kebutuhan baru, dan memberikan insentif kepada industri untuk memenuhinya.
6. Hak Milik Pribadi dan Etika Moralitas adalah kepatuhan terhadap berbagai persyaratan bagi sebuah eksistensi sosial yang dituntut dari setiap individu sebagai anggota masyarakat.
(hlm. 40) Segala sesuatu yang berfungsi melestarikan tatanan sosial memiliki nilai moral; segala sesuatu yang merugikan tatanan sosial adalah amoral.
(hlm. 41) 7. Negara dan Pemerintah Ketaatan terhadap hukum moral merupakan kepentingan nomor satu setiap individu, karena semua orang mendapat keuntungan dari pelestarian kerja sama sosial; namun ketaatan itu menuntut pengorbanan setiap orang, meskipun hanya pengorbanan yang bersifat sementara, yang diimbangi oleh keuntungan yang lebih besar.
(hlm. 42) Para pecandu alkohol dan narkotika hanya merugikan diri mereka sendiri melalui perbuatannya; orang yang melanggar aturan-aturan moral yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tapi semua orang.
(hlm. 43) Kelompok anarkis, dengan cukup tepat, tidak menyangkal bahwa setiap bentuk kerja sama manusia dalam masyarakat yang didasarkan atas pembagian kerja, menuntut ketaatan terhadap beberapa aturan perilaku, yang tidak selalu menyenangkan bagi setiap individu, karena aturan itu memaksanya melakukan pengorbanan; hanya sementara, memang, namun semua pengorbanan itu, setidaknya pada saat itu, menyakitkan. Tapi kaum anarkis melakukan kesalahan karena menganggap bahwa setiap orang, tanpa kecuali, akan bersedia mematuhi aturan-aturan ini secara sukarela.
(hlm. 44) Pandangan mereka hanya dapat diterapkan hanya dalam dunia yang sepenuhnya terdiri dari malaikat dan orang suci.
Kaum liberal memahami dengan sangat jelas, bahwa tanpa paksaan, keberadaan masyarakat akan terancam, dan bahwa di balik aturan-aturan mengenai perilaku yang menuntut ketaatan anggota masyarakat untuk menjamin kerja sama manusia yang damai, harus ada ancaman paksaan kalau seluruh tatanan masyarakat tidak ingin terus bergantung pada belas kasihan salah satu anggotanya. Seseorang harus berada dalam posisi yang bisa memaksa orang yang tidak menghormati kehidupan, kesehatan, kebebasan pribadi, atau milik pribadi orang lain, untuk tunduk, tanpa protes, pada aturan kehidupan dalam masyarakat. Ini adalah fungsi yang dilimpahkan doktrin liberal kepada negara: perlindungan terhadap hak milik, kebebasan, dan perdamaian. Tetapi sulit untuk memahami mengapa negara penjaga malam lebih konyol atau lebih buruk daripada negara yang hanya menyibukkan diri dengan pembuatan acar kubis, dengan pembuatan kancing celana, atau dengan penerbitan surat kabar.
(hlm. 45) Jika seseorang seperti Hegel memandang negara sebagai “substansi moral yang sadar diri” sebagai “semesta dalam dan untuk dirinya sendiri, rasionalitas dari kehendak,” maka tentu saja orang akan memandang setiap upaya untuk membatasi fungsi negara menjadi fungsi penjaga malam sebagai bentuk hujatan.
Jika saya berpendapat bahwa tak ada gunanya menugaskan pemerintah mengoperasikan kereta api, hotel, atau tambang, saya bukan “musuh negara” sama seperti halnya saya tidak bisa dicap sebagai musuh asam sulfat karena saya berpendapat bahwa meskipun mungkin asam sulfat berguna untuk berbagai tujuan, namun asam sulfat tidak cocok untuk diminum ataupun mencuci tangan.
(hlm. 46) Alasan mengapa liberalisme menentang perluasan lingkup kegiatan pemerintah justru karena perluasan ini pada dasarnya akan menghapuskan kepemilikan pribadi atas alat produksi.
8. Demokrasi Bagi kaum liberal, negara merupakan sebuah keharusan mutlak, karena tugas paling penting dibebankan kepada negara: perlindungan tidak hanya terhadap hak milik pribadi, tetapi juga terhadap perdamaian, karena tanpa perdamaian, keuntungan penuh hak milik pribadi tidak dapat dituai.
(hlm. 47) Ini adalah bentuk atavisme, sebuah peninggalan dari masa ketika penduduk desa harus merasa takut kepada pangeran dan para ksatrianya yang setiap saat bisa menjarahnya.
Gagasan tentang keistimewaan dan martabat khusus yang melekat pada pelaksanaan semua fungsi pemerintahan mendasari teori demokrasi semu tentang negara.
(hlm. 48) Pemerintahan oleh segelintir orang – dan pengusaha selalu merupakan kelompok minoritas terhadap mereka yang diperintah, seperti halnya para pembuat sepatu merupakan kelompok minoritas yang berhadapan dengan konsumen sepatu – tergantung pada kesepakatan mereka yang diperintah, dengan kata lain, tergantung kepada penerimaan mereka terhadap pemerintahan yang ada.
(hlm. 49) Tingkat perkembangan ekonomi seperti saat ini tidak akan pernah tercapai jika tidak ada jalan keluar bagi upaya mencegah pecahnya perang saudara terus-menerus.
Demokrasi adalah bentuk peraturan politik yang memungkinkan penyesuaian diri pemerintah terhadap keinginan kelompok yang diperintah tanpa harus melalui-
(hlm. 50) -perjuangan dengan cara kekerasan.
(hlm. 51) 9. Kritik terhadap Doktrin Kekerasan Siapa yang paling layak? Disraeli atau Gladstone? Kelompok Tory (Konservatif) menganggap Disraeli yang terbaik; kelompok Whig (Monarki Konstitusional) menganggap Gladstone yang terbaik. Siapa yang harus memutuskan ini jika bukan kelompok mayoritas?
(hlm. 53) Ini berarti kemerosotan luar biasa dalam produktivitas tenaga kerja sehingga bumi hanya bisa memberi makan sebagian kecil penduduk yang ditunjangnya saat ini.
Seorang demokrat juga berpendapat bahwa orang terbaiklah yang harus memerintah. Namun ia percaya bahwa kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memerintah ditunjukkan dengan lebih baik jika mereka berhasil meyakinkan sesama warga negara mereka tentang kualifikasi yang mereka miliki untuk posisi itu, sehingga mereka secara sukarela dipercaya untuk melaksanakan urusan publik, dibandingkan jika mereka menggunakan kekuatan untuk memaksa orang lain mengakui klaim mereka. Siapa pun yang tidak berhasil mencapai posisi kepemimpinan berdasarkan kekuatan argumennya dan keyakinan yang dikobarkannya tidak memiliki alasan untuk mengeluh bahwa warganya lebih memilih orang lain daripada memilihnya.
(hlm. 54) Ada banyak bukti mencolok dalam sejarah yang menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, bahkan kebijakan penindasan yang paling kejam sekalipun tidak cukup untuk mempertahankan sebuah pemerintahan yang berkuasa.
(hlm. 55) Hanya ada dua pilihan bagi mereka: memilih program mereka atau mengorbankan kontrol atas pemerintahan. Mereka memilih yang pertama dan tetap berkuasa. Kemungkinan ketiga, melaksanakan program mereka dengan kekerasan untuk melawan kehendak rakyat banyak, tidak pernah ada.
Hanya kelompok yang dapat mengandalkan restu dari kelompok yang diperintah yang dapat mempertahankan sebuah rezim abadi. Siapa pun yang ingin melihat dunia diatur sesuai dengan gagasannya sendiri harus berjuang keras untuk menguasai pikiran manusia. Orang tidak akan bahagia jika kehendak mereka dilawan.
(hlm. 58) 10. Argumen Fasisme Warisan intelektual dan moral dari peradaban yang berusia ribuan tahun tidak bisa dihancurkan dengan satu pukulan mematikan.
(hlm. 60) Bagaimana seseorang memperoleh dukungan mayoritas untuk partainya? Bagaimanapun, ini adalah murni masalah intelektual. Kemenangan hanya bisa diraih dengan senjata intelektual, tidak akan pernah bisa dengan kekerasan.
(hlm. 61) Penindasan dengan kekerasan selalu berarti pengakuan atas ketidakmampuan untuk menggunakan senjata yang lebih baik, yaitu senjata intelektual.
Gagasanlah yang menghimpun orang-orang ke dalam kelompok-kelompok perang, yang meletakkan senjata ke tangan mereka, dan yang menentukan terhadap siapa dan untuk siapa senjata digunakan. Merekalah, bukan senjata, yang pada akhirnya membalikkan keadaan.
Fasisme adalah cadangan untuk keadaan darurat, menganggapnya lebih dari itu adalah keadaan fatal.
(hlm. 62) 11. Lingkup Kegiatan Pemerintah Tugas negara semata-mata dan secara khusus adalah melindungi nyawa, kesehatan, kebebasan, dan kepemilikan pribadi dari serangan kekerasan.
(hlm. 63) Mengapa apa yang berlaku untuk semua racun ini tidak diberlakukan juga untuk nikotin, kafein, dan sejenisnya? Mengapa negara tidak menentukan makanan apa yang boleh dinikmati dan mana yang harus dihindari karena merugikan? Juga dalam olahraga,
(hlm. 64) banyak orang memiliki kecenderungan untuk memuaskan diri mereka jauh dari yang dimungkinkan oleh kekuatan fisik mereka. Mengapa negara tidak campur tangan di sini? Tidak banyak orang tahu bagaimana mengendalikan kehidupan seksual mereka dan tampaknya sangat sulit bagi orang tua untuk memahami bahwa mereka harus berhenti menikmati kesenangan seperti itu, atau setidaknya, melakukannya dengan hati-hati dan terukur. Tidakkah negara harus ikut campur dalam masalah ini?
Kita lihat bahwa begitu kita melepaskan prinsip bahwa negara tidak boleh ikut campur dalam semua persoalan yang menyangkut jalan hidup seseorang, kita mendapati diri kita mengatur dan membatasi semua hal itu sampai pada detail terkecil.
Setiap kemajuan umat manusia dicapai sebagai hasil prakarsa sekelompok kecil kaum minoritas yang menyimpang dari gagasan-
(hlm. 65) -gagasan dan adat-istiadat kaum mayoritas sampai akhirnya contoh yang mereka berikan menggugah orang lain untuk menerima inovasi tersebut secara sukarela.
(hlm. 66) 12. Toleransi Liberalisme tidak melanggar batas wilayahnya; liberalisme tidak mencampuri wilayah keyakinan agama atau ajaran metafisik. Bagaimanapun, liberalisme harus bersikap tidak toleran terhadap setiap sikap tidak toleran.
(hlm. 69) 13. Negara dan Perilaku Antisosial Semua kegiatan negara adalah kegiatan manusia, kejahatan yang dilakukan manusia terhadap sesamanya.
(hlm. 71) BAB 2 KEBIJAKAN EKONOMI LIBERAL
1. Organisasi Ekonomi Pengaturan kerja sama individu dalam masyarakat berdasarkan pembagian kerja dapat dibedakan menjadi lima sistem berbeda: sistem kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, yang dalam perkembangannya kita sebut kapitalisme; sistem kepemilikan pribadi atas alat produksi dengan pengambilalihan kekayaan dan pembagian kekayaan secara berkala; sistem sindikalisme; sistem kepemilikan umum atas alat produksi, yang dikenal sebagai sosialisme atau komunisme; dan yang terakhir, sistem intervensionisme.
(hlm. 73) Seseorang dapat melaksanakan pembagian kembali kekayaan secara berkala hanya jika ia pertama-tama sepenuhnya menghapus perekonomian yang didasarkan atas pembagian kerja dan pasar yang bebas, dan kembali kepada sistem perekonomian di mana tanah beserta rumah-rumah pertanian hidup mandiri berdampingan tanpa saling berhubungan.
(hlm. 77) 2. Hak Milik Pribadi dan Penentangnya Namun, orang tidak boleh melupakan bahwa aparat sosialis yang bertanggung jawab untuk distribusi juga melibatkan biaya yang tidak sedikit, bahkan mungkin lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh perekonomian kapitalis.
(hlm. 78) Setiap pekerja harus mengerahkan kemampuannya yang terbaik karena upahnya ditentukan oleh hasil pekerjaannya, dan setiap pengusaha harus berusaha untuk memproduksi dengan biaya lebih murah – yaitu dengan pengeluaran modal dan tenaga kerja yang lebih sedikit – dari pesaingnya.
Hanya karena insentif inilah perekonomian kapitalis mampu menghasilkan kekayaan yang berada dalam kekuasaannya.
Hanya karena semua pengusaha selalu bersaing dan akan disingkirkan tanpa ampun jika mereka tidak memproduksi dengan cara yang paling menguntungkan maka sistem produksi terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan.
(hlm. 79) Namun, siapa pun yang mempertimbangkan berbagai hal bukan dari sudut pandang orang per orang, namun dari sudut pandang keseluruhan tatanan sosial, akan menemukan bahwa pemilik alat-alat produksi dapat melestarikan kedudukan mereka yang menyenangkan itu semata-mata karena mereka memberikan layanan yang mutlak diperlukan oleh masyarakat. Kaum kapitalis dapat mempertahankan kedudukan istimewa mereka hanya dengan mengalihkan alat-alat produksi untuk aplikasi yang paling penting bagi masyarakat.
(hlm. 80) Dalam masyarakat kapitalis, pengerahan alat-alat produksi selalu berada di tangan pihak-pihak yang paling pantas untuk itu; dan apakah mereka menginginkannya atau tidak, mereka harus terus menerus menjaga agar alat-alat produksi itu dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan hasil terbesar.
3. Hak Milik Pribadi dan Pemerintah Untuk mengontrol segala sesuatu, untuk tidak memberikan ruang bagi apa pun untuk terjadi dengan sendirinya tanpa campur tangan pengusaha – adalah tujuan yang secara diam-diam ingin dicapai oleh setiap pengusaha.
(hlm. 81) Pemerintah yang liberal adalah sebuah pertentangan di dalam dirinya sendiri. Pemerintah harus dipaksa untuk menerapkan liberalisme melalui kekuatan yang diraih berdasarkan kesepakatan bersama oleh rakyat; mereka tidak dapat diharapkan menjadi liberal secara sukarela.
(hlm. 83) 4. Sosialisme Sebuah Kemustahilan atau Sosialisme Mustahil Terlaksana Dalam masyarakat kapitalis, setiap individu tahu bahwa ia sendiri yang akan menikmati hasil kerjanya, bahwa penghasilannya bertambah atau berkurang sesuai dengan besar kecilnya produktivitas kerjanya. Dalam masyarakat sosialis, setiap individu berpikir tidak ada ketergantungan besar pada efisiensi kerjanya karena ia sudah mendapat porsi pekerjaan yang tetap dan hasil akhir keseluruhan tidak akan berkurang jauh akibat kemalasan satu orang. Seandainya, seperti yang ditakuti, keyakinan itu menjadi keyakinan umum, produktivitas tenaga kerja di komunitas sosialis menurun jauh.
(hlm. 84) Dalam sistem kapitalis, perhitungan profitabilitas (keuntungan) merupakan panduan yang menunjukkan kepada individu apakah perusahaan tempat ia bekerja harus, dalam situasi tertentu, layak beroperasi dan apakah perusahaan itu dijalankan seefisien mungkin, yaitu berdasarkan biaya paling kecil dalam hal faktor-faktor produksi. Jika suatu usaha terbukti tidak menguntungkan, ini berarti bahwa bahan baku, barang setengah jadi, dan tenaga kerja yang dibutuhkannya dipekerjakan oleh perusahaan lain untuk tujuan yang, dari sudut pandang konsumen, lebih mendesak dan lebih penting, atau untuk tujuan sama, tetapi dengan cara lebih ekonomis (misalnya, dengan pengeluaran modal dan tenaga kerja lebih kecil).
(hlm. 85) Dunia belum kaya cukup untuk membiayai pengeluaran semacam itu. Tetapi perhitungan nilai dan profitabilitas (keuntungan) sangat menentukan tidak saja saat muncul pertanyaan apakah suatu usaha akan dimulai; perhitungan itu mengontrol setiap langkah yang diambil pengusaha dalam menjalankan bisnisnya.
(hlm. 86) Mereka tidak akan mampu memutuskan yang mana dari berbagai cara yang tak terhitung banyaknya yang paling rasional.
(hlm. 89) Tentu saja, perhitungan moneter tidak sempurna dan memiliki kekurangan, tapi tidak ada yang lebih baik yang dapat dipakai sebagai gantinya.
(hlm. 91) 5. Intervensionisme Orang yang bersedia membayar harga yang ditetapkan penguasa harus meninggalkan pasar dengan tangan kosong. Mereka yang telah antri lebih dulu, atau mereka yang berada dalam posisi untuk memanfaatkan hubungan pribadi dengan penjual, menguasai seluruh persediaan; yang lain harus pergi meski permintaan mereka tidak terpenuhi.
(hlm. 92) Jika beberapa cabang produksi dibiarkan bebas, modal dan tenaga kerja akan mengalir ke cabang-cabang produksi tersebut, dan pemerintah akan menemui kegagalan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui tindakan campur tangannya. Namun, sasaran penguasa adalah produksi berlimpah di cabang industri yang, karena produknya dianggap penting, dijadikan sasaran peraturan mereka. Ini sama sekali bertentangan dengan rancangan mereka: justru sebagai akibat campur tangan mereka cabang produksi ini seharusnya diabaikan.
Sebelum aturan tentang kontrol harga ditetapkan, komoditas itu dianggap terlalu mahal oleh pemerintah; sekarang seluruh komoditas itu menghilang dari pasar.
Selain larangan terhadap permintaan harga yang lebih tinggi dari harga yang telah-
(hlm. 93) -ditetapkan, pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah yang memaksa penjualan seluruh persediaan yang ada melalui sistem penjatahan, namun juga menetapkan batas tertinggi harga barang-barang dari kelas yang lebih tinggi, pengendalian gaji, dan, akhirnya, wajib kerja untuk pengusaha dan pekerja. Dan peraturan ini tidak dapat dibatasi pada satu atau beberapa cabang produksi, namun harus mencakup semua cabang. Tidak ada pilihan lain selain ini: menghindari campur tangan dalam permainan pasar bebas, atau mendelegasikan seluruh pengelolaan produksi dan distribusi kepada pemerintah. Kapitalisme atau sosialisme: tidak ada jalan tengah.
Setiap orang tahu bahwa kontrol harga oleh pemerintah tidak menghasilkan apa pun selain menghilangnya barang-barang tersebut dari pasar.
(hlm. 94) Oleh karena itu, dalam perekonomian selalu ada tingkat upah yang membuat semua pekerja menemukan pekerjaan, dan setiap pengusaha yang ingin menjalankan perusahaan yang tetap menguntungkan dengan tingkat upah itu menemukan pekerja. Tingkat upah ini lazim disebut oleh para pakar ekonomi sebagai upah “statis” atau “alami.”
Jika perekonomian tidak berubah dari keadaan statis, maka dalam bursa tenaga kerja yang bebas dari campur tangan pemerintah atau oleh tekanan serikat pekerja, tidak akan ada pengangguran. Namun keadaan statis masyarakat hanyalah khayalan teori ekonomi, tujuan intelektual yang diperlukan pemikiran kita, yang memungkinkan kita, kebalikannya, untuk membentuk gambaran jelas mengenai proses yang sebenarnya terjadi dalam perekonomian yang berlangsung di sekitar kita dan di mana kita tinggal. Hidup – untungnya, cepat-cepat kita tambahkan – tidak pernah berhenti.
Perekonomian tidak pernah berhenti, namun selalu berubah, bergerak, melakukan inovasi, tak henti mendorong kemunculan hal-hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan demikian, selalu ada cabang produksi yang ditutup atau dikurangi karena permintaan terhadap produk mereka jatuh, dan cabang produksi lain dikembangkan atau bahkan dimulai.
(hlm. 95) Dua ratus tahun yang lalu atau jauh sebelum itu, ketika seorang anak laki-laki mempelajari sebuah keahlian, belajar kerajinan tangan, ia bisa berharap untuk memanfaatkan keahliannya seumur hidupnya tanpa rasa takut sedikit pun akan dirugikan oleh sikap konservatifnya.
Dari sini, jelaslah apa yang harus dilakukan untuk memuaskan hasrat para pekerja untuk memperoleh pekerjaan dan untuk mendapatkan upah tinggi. Secara umum, upah tidak bisa didorong ke tingkat yang biasanya mereka capai dalam pasar bebas yang bebas dari campur tangan pemerintah mau pun tekanan lembaga lain tanpa menciptakan efek samping tertentu yang pasti tidak diinginkan para pekerja.
(hlm. 96) Kebijakan menghalangi kebebasan bergerak para pekerja hanya menguntungkan para pekerja di negara dan industri yang menderita kekurangan tenaga kerja.
(hlm. 97) Ia harus membayar upah yang jumlahnya membuat volume produksi harus diturunkan, karena barang yang membutuhkan biaya besar untuk diproduksi tidak akan menemukan pasar sebesar pasar untuk barang yang diproduksi dengan biaya lebih rendah. Jadi, upah lebih tinggi yang dituntut serikat buruh menyebabkan pengangguran.
(hlm. 99) Sia-sia berupaya menghapus pengangguran melalui program pekerjaan umum yang sebenarnya tidak akan pernah dibuat. Sumber daya yang dibutuhkan untuk rencana seperti itu harus diperoleh dari pajak atau pinjaman yang seharusnya digunakan untuk tujuan lain. Dengan cara ini, pengangguran di satu industri dapat dikurangi hanya sebesar kenaikan jumlah pengangguran di industri lain.
(hlm.100)
Kapitalisme Satu-satunya Sistem Organisasi Sosial yang Mungkin Di seluruh wilayah yang sekarang dihuni negara-negara Eropa modern, sistem ekonomi Abad Pertengahan hanya mampu mendukung sebagian kecil penduduk yang saat ini menghuni wilayah itu.
(hlm.101)
Tidak ada yang tidak masuk akal dari prinsip dasar penafsiran sejarah materialis Marx: “kincir tangan membentuk masyarakat feodal; pabrik uap menciptakan masyarakat kapitalis.” Masyarakat kapitalislah yang dibutuhkan untuk menciptakan kondisi yang diperlukan untuk melahirkan konsep asli pabrik uap agar bisa dikembangkan dan dimanfaatkan. Kapitalismelah yang menciptakan teknologi itu, bukan sebaliknya.
(hlm.102)
Menganjurkan kepemilikan pribadi atas sarana produksi tidak sama dengan menyatakan bahwa sistem sosial kapitalis yang didasarkan atas hak milik pribadi adalah sistem yang sempurna. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bahkan dalam sistem kapitalis, sesuatu atau hal lain, banyak hal atau bahkan segala hal, mungkin tidak benar-benar sesuai dengan keinginan setiap individu. Namun, inilah satu-satunya sistem yang mungkin.
(hlm.103)
Harus ada seseorang yang mengatakan kepadanya: hanya ada cara ini, atau kelaparan. Tidak ada cara ketiga. Hal yang sama berlaku untuk hak milik: hanya ada satu pilihan – kepemilikan pribadi atas sarana produksi atau kelaparan dan penderitaan bagi semua orang.
Liberalisme berasal dari ilmu murni ekonomi dan sosiologi yang tidak membuat penilaian apa pun tentang nilai-nilai dalam lingkup mereka sendiri dan tidak mengatakan apa pun tentang apa yang seharusnya terjadi atau apa yang baik dan apa yang buruk, namun, sebaliknya, hanya memastikan apa dan bagaimana sesuatu terjadi.
(hlm.105)
Liberalisme hanya ingin mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan yang diinginkan manusia, hanya sistem kapitalis yang cocok, dan bahwa setiap usaha untuk mewujudkan masyarakat sosialis, intervensionis, sosialis agraris, atau sindikalis, pasti tidak berhasil.
(hlm.106)
Kartel, Monopoli, dan Liberalisme Tidak diragukan bahwa perkembangan spesialisasi produksi ini cenderung mengarah pada perkembangan setiap bidang usaha yang memiliki seluruh dunia sebagai pasar mereka.
(hlm.107)
Harga monopoli, jika tidak dimungkinkan oleh campur tangan tertentu pemerintah, dapat diterapkan selamanya hanya berdasarkan kontrol atas barang tambang dan sumber daya alam lain. Sebuah monopoli dalam industri manufaktur yang menghasilkan keuntungan lebih besar daripada yang dihasilkan oleh industri lain di mana pun akan merangsang pembentukan perusahaan pesaing yang persaingannya akan menghancurkan monopoli dan mengembalikan harga dan keuntungan ke tingkat normal.
(hlm.108)
Monopoli minyak dunia akan meningkatkan permintaan untuk listrik hidroelektrik, batu bara, dan lain-lain.
(hlm.110)
Monopoli seperti itu hanya dimungkinkan oleh langkah-langkah legislatif khusus, seperti hak paten dan hak-hak istimewa lain, peraturan tarif, hukum pajak, dan sistem perijinan.
(hlm.112)
Birokratisasi Siapa pun yang memiliki unsur-unsur produksi, baik miliknya sendiri atau yang dipinjamkan oleh pemiliknya dengan imbalan, harus selalu berhati-hati menggunakannya sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang, dalam situasi yang telah ditentukan, paling mendesak.
(hlm.113)
Goethe sendiri menyatakan bahwa sistem pembukuan ganda merupakan “salah satu penemuan terbaik pikiran manusia.”
Perhitungan moneter, pembukuan, dan statistik dalam penjualan dan operasi memungkinkan perusahaan dagang paling besar dan paling rumit sekali pun untuk melakukan pemeriksaan tepat tentang hasil yang dicapai setiap departemen, dan dengan demikian menilai sejauh mana kepala tiap departemen menyumbang bagi keberhasilan total perusahaan.
(hlm.114)
Kebalikan dari jenis perusahaan ini, yang setiap transaksinya diawasi oleh perhitungan laba-rugi, digambarkan oleh aparat administrasi negara. Apakah seorang hakim (dan yang berlaku untuk hakim berlaku untuk semua pejabat tinggi administratif) telah melaksanakan tugasnya dengan cara yang lebih baik atau lebih buruk tidak dapat dinilai berdasarkan perhitungan apa pun.
Hanya ada satu bidang administrasi publik yang ukuran keberhasilan atau kegagalannya tidak diragukan lagi: perang.
(hlm.116)
Di perusahaan swasta, tenaga kerja dipekerjakan bukan karena kemurahan hati namun sebagai transaksi bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak, majikan dan pekerja. Pengusaha yang memecat pekerja yang berguna dan layak menerima gajinya karena alasan pribadi hanya merugikan dirinya sendiri dan bukan pegawainya, yang bisa menemukan posisi serupa di tempat lain.
(hlm.117)
Situasinya berbeda dalam organisasi birokratis. Karena sumbangan produktif dari masing-masing departemen, dan dengan demikian masing-masing pegawai, bahkan ketika ia menempati kedudukan eksekutif, tidak bisa dipastikan, maka terbuka kesempatan untuk sikap pilih kasih dan prasangka pribadi, baik dalam hal penugasan dan pemberian imbalan. Kenyataan bahwa sejak awal tidak ada standar obyektif untuk menentukan kemampuan individu dalam penugasan mereka. Tentu saja yang paling mampulah yang harus dipekerjakan, namun pertanyaannya adalah: siapa yang paling mampu?
(hlm.119)
Karena ia tidak akan menanggung kerugian yang bisa terjadi, dalam situasi tertentu, akibat kebijakan bisnisnya, pengelolaan usahanya dapat dengan mudah diarahkan untuk menanggung risiko yang tidak akan diambil oleh direktur yang, karena ia harus ikut menanggung kerugian, sungguh-sungguh bertanggung jawab. Oleh karena itu, kewenangannya harus dibatasi.
(hlm.120)
Birokratisasi dalam perusahaan swasta yang kita lihat terjadi di mana-mana saat ini adalah murni akibat dari intervensionisme, yang memaksa mereka memperhitungkan faktor-faktor yang, jika mereka bebas untuk memutuskan kebijakan mereka sendiri, tidak akan memainkan peran apa pun dalam menjalankan usaha mereka.
(hlm.121)
Demikianlah, kemajuan birokratisasi dalam bisnis besar sama sekali bukan akibat dari kecenderungan yang tak bisa ditawar yang melekat dalam perkembangan perekonomian kapitalis. Hal itu tidak lain merupakan akibat dari penerapan kebijakan intervensionis.
(hlm.123)
BAB 3 KEBIJAKAN LUAR NEGERI LIBERAL
Batas-batas Negara Karena liberalisme adalah, sejak awal, sebuah konsep politik yang mencakup seluruh dunia, dan ide-ide yang ingin diwujudkan di satu wilayah terbatas juga berlaku untuk wilayah lain yang lebih luas dalam politik dunia.
Tujuan utama kebijakan dalam negeri liberalisme sama dengan kebijakan luar negerinya: perdamaian. Kebijakan luar negeri liberalisme ditujukan pada kerja sama yang damai, baik antarnegara maupun dalam sebuah negara. Titik tolak pemikiran liberal adalah pengakuan tentang pentingnya kerja sama manusia, dan keseluruhan kebijakan serta program liberalisme dirancang untuk menjaga kerja sama saling menguntungkan di antara umat manusia dan mengembangkannya lebih jauh lagi.
(hlm.124)
Orang Jerman yang bekerja untuk kebaikan umat manusia tidak merugikan kepentingan sesama warga Jerman – yakni, mereka yang hidup di negara yang sama dan memakai bahasa yang sama, dan dengan siapa sering kali ia membentuk sebuah komunitas etnik dan spiritual, sama halnya mereka yang bekerja demi kepentingan seluruh Jerman tidak merugikan kampung halamannya sendiri.
(hlm.125)
Pembagian kerja telah sejak lama melewati batas-batas negara. Dewasa ini tidak satu pun negara beradab yang bisa memenuhi semua kebutuhannya sebagai komunitas mandiri dari produksinya sendiri.
(hlm.127)
Hak Menentukan Nasib Sendiri Tuntutan demokratis mereka adalah: bebas dari Kekaisaran Rusia; pembentukan Polandia, Finlandia, Latvia, Lithuania, dan sebagainya yang independen.
Dengan demikian, hak untuk menentukan nasib sendiri berkaitan dengan status keanggotaan dalam sebuah negara berarti: kapan pun penduduk sebuah wilayah, baik sebuah desa, seluruh distrik, atau sekumpulan distrik yang saling berdekatan, menyatakan secara terbuka melalui sebuah referendum yang diselenggarakan secara bebas bahwa mereka sudah tidak ingin lagi bersatu dalam negara di mana saat itu mereka menjadi anggota, namun berharap untuk membentuk negara independen atau bergabung dengan negara lain, keinginan mereka harus dihormati dan ditaati. Ini merupakan satu-satunya cara yang efektif dan mungkin untuk mencegah revolusi,
(hlm.128)
perang saudara, dan perang internasional.
Jika memungkinkan, setiap individu diberikan hak menentukan nasib sendiri. Ini tidak bisa dilakukan hanya karena pertimbangan teknis yang tidak bisa diabaikan, yang menuntut agar sebuah wilayah dijalankan sebagai sebuah unit administrasi tunggal dan hak menentukan nasib sendiri dibatasi pada keinginan mayoritas penduduk wilayah yang cukup besar untuk dianggap sebagai unit teritorial dalam administrasi negara.
Sejauh hak menentukan nasib sendiri diakui, dan di mana pun hak itu diberikan, di abad kesembilan belas dan kedua puluh, pengakuan itu akan melahirkan atau berujung pada pembentukan negara-negara yang terdiri dari satu jenis kebangsaan (yakni, orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang sama) dan bubarnya negara-negara yang terdiri dari berbagai kebangsaan, walau hanya sebagai konsekuensi pilihan bebas mereka yang berhak ambil bagian dalam referendum.
(hlm.130)
Landasan Politik Perdamaian Tarif protektif diidentifikasi sebagai kapitalisme. Ini sama konyolnya dengan menuduh industri persenjataan bertanggung jawab atas pecahnya perang. Industri senjata tumbuh dan berkembang menjadi besar karena pemerintah dan orang-orang yang berniat perang menuntut senjata.
Kelompok liberal tidak berharap dapat menghapus perang dengan berkhotbah atau bersikap sebagai moralis. Mereka berupaya menciptakan kondisi sosial yang dapat menghilangkan penyebab perang.
Syarat utama untuk hal ini adalah hak milik pribadi. Ketika hak milik pribadi wajib dihargai bahkan di saat perang, saat pemenang tidak merasa berhak merampas kekayaan individu untuk dirinya sendiri, dan pengambilalihan kekayaan publik tidak berdampak besar karena kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi
(hlm.131)
merupakan hal yang umum di mana-mana, sebuah motif penting untuk melancarkan perang telah disingkirkan.
(hlm.132)
Peta linguistik juga mengungkapkan keberadaan kantong-kantong nasional. Karena tidak ada wilayah berkebangsaan sama yang menghubungkan mereka dengan kelompok utama orang-orang sebangsanya, teman sebangsa tinggal bersama dalam permukiman tertutup atau pulau linguistik.
(hlm.133)
Dunia kapitalis yang diorganisir berdasarkan prinsip liberal tidak mengenal pembagian zona “ekonomi”. Dalam dunia seperti itu, seluruh permukaan bumi merupakan satu kesatuan wilayah ekonomi. Hak menentukan nasib sendiri hanya menguntungkan mereka yang mengorbankan mayoritas. Agar kelompok minoritas juga mendapat perlindungan, diperlukan langkah-langkah domestik dan dari langkah-langkah itu akan kita bahas langkah-langkah menyangkut kebijakan nasional tentang pendidikan.
(hlm.134)
Meskipun begitu, masalah wajib belajar sama sekali berbeda di wilayah-wilayah luas di mana penduduk yang berbicara dalam bahasa yang berbeda-beda hidup berdampingan dan berbaur dalam sebuah poliglot yang sangat beragam. Di sini pertanyaan tentang bahasa apa yang digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah menjadi penting.
(hlm.135)
Pengasuhan dan pendidikan orang-orang muda harus diserahkan sepenuhnya kepada orang tua dan institusi serta asosiasi swasta.
(hlm.139)
Nasionalisme Menjadi anggota minoritas sebuah bangsa selalu berarti menjadi warga negara kelas dua.
(hlm.140)
Bagaimana pun juga, pemikiran politik sebuah bangsa merupakan refleksi ide-ide yang terdapat dalam kepustakaan politiknya.
(hlm.142)
Imperialisme Bagi negara liberal, pertanyaan apakah batas-batas wilayahnya akan diperluas atau tidak merupakan pertanyaan yang tidak penting.
(hlm.145)
Impian tentang sistem cukai yang sepenuhnya mengacu pada sistem Inggris tetap tidak terwujud.
(hlm.146)
Politik Penjajahan Gagasan dasar penjajahan adalah memanfaatkan keunggulan militer ras kulit putih atas anggota ras lain. Bangsa Eropa, dilengkapi dengan senjata dan semua penemuan yang dihasilkan peradaban, berangkat untuk menundukkan bangsa-bangsa yang lebih lemah, menjarah harta benda mereka, dan memperbudak mereka.
Jika, seperti keyakinan kita, peradaban Eropa benar-benar lebih unggul dari peradaban suku-suku primitif di Afrika, atau bahkan peradaban Asia – sekali pun peradaban Asia mungkin dalam cara mereka sendiri layak dihargai – peradaban Eropa harus mampu membuktikan keunggulannya dengan cara mengilhami mereka agar menerima peradaban Eropa atas keinginan mereka sendiri. Adakah bukti kemandulan peradaban Eropa yang lebih menyedihkan dari kenyataan bahwa ia hanya bisa disebarkan melalui api dan pedang?
(hlm.150)
Untuk menyelaraskan kepentingan bangsa Eropa dan ras kulit putih dengan kepentingan ras berwarna di wilayah jajahan berkaitan dengan semua permasalahan kebijakan ekonomi, Liga Bangsa-Bangsa harus diberikan kekuasaan tertinggi atas pemerintahan semua wilayah kekuasaan di luar negeri yang tidak memiliki sistem pemerintahan parlementer. Liga Bangsa-Bangsa harus memastikan bahwa otonomi diberikan sesegera mungkin kepada negara yang belum memilikinya, dan bahwa kekuasaan negara asal dibatasi hanya pada perlindungan harta benda, hak-hak warga negara asing
(hlm.151)
dan hubungan perdagangan.
Pada hakikatnya, penerapan prinsip ini berarti bahwa semua wilayah kekuasaan Eropa di luar negeri awalnya akan berubah menjadi mandat Liga Bangsa-Bangsa.
(hlm.152)
Perdagangan Bebas Apa yang membuat situasi ini tidak masuk akal adalah kenyataan bahwa semua negara ingin mengurangi impor mereka, namun pada saat bersamaan meningkatkan ekspor mereka.
(hlm.154)
Apa dampak perdagangan bebas barang-barang konsumsi antara satu negara dengan negara lain jika pergerakan modal dan tenaga kerja dari satu negara ke negara lain dilarang?
(hlm.155)
Bila tidak ada campur tangan pemerintah, pembagian kerja internasional akan dengan sendirinya menyebabkan setiap negara mencari tempatnya sendiri dalam perekonomian dunia, bagaimana pun kondisinya untuk produksi dibandingkan dengan kondisi di negara lain.
(hlm.163)
Kebebasan untuk Bepergian Tidak demikian halnya dengan Australia. Australia memiliki jumlah penduduk yang kurang lebih sama seperti Austria; namun, wilayahnya seratus kali lebih besar dari Austria, dan sumber daya alamnya tentu saja jauh lebih kaya.
(hlm.165)
Eropa Serikat Amerika Serikat adalah negara terkuat dan terkaya di dunia. Tidak ada negara lain selain Amerika Serikat di mana kapitalisme dapat berkembang dengan lebih bebas dan dengan lebih sedikit campur tangan pemerintah. Tak heran penduduk Amerika Serikat jauh lebih kaya dari penduduk negara mana pun di bumi. Selama lebih dari 60 tahun mereka tidak pernah terlibat perang.
(hlm.167)
Tapi pembentukan Eropa Serikat bukan cara yang tepat untuk mencapai tujuan ini.
Reformasi dalam hubungan internasional harus bertujuan menghapus situasi di mana setiap negara berusaha dengan segala cara untuk memperluas wilayahnya dengan mengorbankan negara-negara lain.
(hlm.170)
Kita mungkin berharap bahwa kelak ia dapat diyakinkan untuk menyadari bahwa semua tindakan politik yang dirancang untuk mencapai kemandirian (autarky), dan dengan demikian semua tarif protektif, tidak masuk akal dan merugikan diri sendiri dan akibatnya harus dihapuskan.
(hlm.171)
Liga Bangsa-Bangsa Dalam pandangan liberal, sama seperti negara bukan merupakan cita-cita tertinggi, negara juga bukan aparat terbaik untuk melakukan pemaksaan. Namun, bagi seorang liberal,
(hlm.172)
Dunia tidak berhenti pada batas-batas negara. Di matanya, makna yang terkandung dalam batas-batas nasional hanyalah sebuah kebetulan dan bersifat subordinat. Pemikiran politiknya mencakup seluruh umat manusia. Titik tolak keseluruhan falsafah politiknya adalah keyakinan bahwa pembagian kerja bersifat internasional dan tidak semata-mata bersifat nasional. Sejak awal ia menyadari bahwa tidak cukup hanya menegakkan perdamaian di setiap negara, bahwa lebih penting jika semua negara hidup dalam damai satu sama lain. Oleh karena itu kelompok liberal menuntut agar organisasi politik masyarakat dikembangkan sehingga organisasi itu berkulminasi dalam negara dunia yang menyatukan seluruh dunia berdasarkan azas persamaan. Untuk alasan inilah ia menganggap hukum di setiap negara lebih rendah dari hukum internasional, dan itulah sebabnya mengapa ia menuntut pengadilan dan pemerintahan administratif supranasional untuk menjamin perdamaian di antara negara-negara dalam cara yang sama dengan cara organ-organ pengadilan dan eksekutif setiap negara ditugaskan untuk menjaga perdamaian di wilayah masing-masing.
(hlm.173)
Pertama-tama, beberapa negara dunia yang paling penting dan paling kuat tidak termasuk ke dalam Liga itu. Amerika Serikat, belum lagi negara-negara yang lebih kecil, tetap berada di luar. Lagipula, sejak awal perjanjian Liga Bangsa-Bangsa dirugikan oleh kenyataan bahwa perjanjian itu membedakan negara-negara dalam dua kategori: negara-negara yang menikmati hak penuh dan negara-negara yang, karena berada di pihak yang kalah dalam Perang Dunia, bukan anggota penuh.
(hlm.175)
Ini karena permasalahannya tidak menyangkut masalah organisasi atau teknik pemerintahan internasional tetapi masalah terbesar ideologi yang pernah dihadapi umat manusia.
(hlm.176)
Rusia Dengan bekerja, warga negara yang taat hukum membantu dirinya sendiri dan sesamanya dan dengan demikian menyatu dengan tatanan sosial yang ada secara damai. Perampok, di sisi lain, berniat, bukan dengan kerja keras penuh kejujuran, namun dengan kekerasan, merampas hasil jerih payah orang lain.
(hlm.177)
Namun, secara umum, dapat dikatakan di negara-negara ras kulit putih yang saat ini menghuni wilayah Eropa tengah dan barat dan Amerika, mentalitas yang disebut “militeristik” oleh Herbert Spencer telah digantikan oleh mentalitas yang ia namakan “industri”. Saat ini, hanya ada satu negara besar yang dengan teguh tetap menganut cita-cita militeristik, yaitu Rusia.
(hlm.178)
Liberalisme, yang sepenuhnya didasarkan atas ilmu pengetahuan dan yang kebijakannya tidak menggambarkan apa pun selain penerapan hasil dari ilmu pengetahuan, harus berhati-hati untuk tidak membuat penilaian yang tidak ilmiah. Seandainya Rusia mengikuti kebijakan kapitalistik yang sama seperti Amerika, saat ini mereka akan menjadi orang paling kaya di dunia.
(hlm.181)
BAB 4
LIBERALISME DAN PARTAI POLITIK
“Dogmatisme” Kaum Liberal Liberalisme tidak pernah terlibat dalam rencana licik oportunis atau tawar-menawar politik. Dogma (doctrinaisism) yang kaku ini mau tak mau menyebabkan kemerosotan liberalisme. Wawasan tertinggi dan paling fundamental tentang pemikiran liberal adalah bahwa ide-idenyalah yang menyediakan landasan di mana keseluruhan kerjasama sosial manusia dibangun dan ditopang.
(hlm.182)
Dan bahwa struktur sosial yang mampu bertahan tidak dapat dibangun berdasarkan ide-ide palsu dan keliru.
(hlm.183)
Kelompok liberal berpendapat bahwa semua orang memiliki kapasitas intelektual untuk memikirkan dengan benar masalah rumit tentang kerjasama sosial dan untuk bertindak sesuai dengan cara berpikirnya. Mereka begitu terpukau oleh kejernihan dan bukti pemikiran yang membantu mereka sampai pada ide-ide politik mereka sehingga sulit bagi mereka untuk mengerti mengapa orang lain tidak bisa memahaminya. Mereka tidak pernah memahami dua hal: pertama, bahwa massa tidak memiliki kapasitas untuk berpikir secara logis dan kedua, bahwa di mata kebanyakan orang, bahkan saat mereka mampu mengenali kebenaran, sebuah keuntungan khusus dan sesaat yang dapat langsung dinikmati terlihat lebih penting daripada pencapaian lebih besar dan lebih kekal yang harus ditunda.
(hlm.184)
Slogan-slogan intervensionisme dan sosialisme, terutama usulan bagi pengambilalihan sebagian milik pribadi, selalu mendapatkan dukungan antusias dari massa, yang berharap mendapat keuntungan langsung dari usulan-usulan itu.
(hlm.187)
Partai Politik Liberalisme tidak menjanjikan hak-hak istimewa kepada siapa pun. Melalui tuntutan bagi penolakan terhadap pencarian kepentingan khusus, liberalisme bahkan menuntut pengorbanan, namun, tentu saja, hanya pengorbanan sementara, berupa penyerahan sebagian keuntungan yang relatif kecil untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun partai-partai dengan kepentingan khusus hanya memberi perhatian pada sebagian anggota masyarakat. Untuk kelompok masyarakat ini, satu-satunya kelompok yang ingin mereka layani, mereka menjanjikan keuntungan istimewa dengan mengorbankan anggota masyarakat lain.
(hlm.188)
Kelompok tani berpikir bahwa cukup untuk menunjukkan bahwa pertanian mutlak penting. Serikat buruh menyatakan bahwa tenaga kerja mutlak penting. Partai-partai kelas menengah menyebutkan pentingnya keberadaan lapisan sosial yang merepresentasikan jalan tengah (golden mean).
(hlm.190)
Kaum liberal berpendapat bahwa dengan dihapusnya seluruh perbedaan artifisial kasta dan status, abolisi seluruh hak-hak istimewa, dan ditegakkannya persamaan di hadapan hukum, tidak ada lagi yang menghalangi kerjasama damai seluruh anggota masyarakat, karena semua kepentingan jangka panjang mereka yang dipahami dengan benar pada dasarnya sama. Ricardo percaya bahwa ia dapat menunjukkan bagaimana, dalam perjalanan perkembangan ekonomi yang progresif, perubahan terjadi dalam hubungan antara tiga bentuk pendapatan dalam sistemnya, viz., keuntungan, sewa, dan upah.
(hlm.191)
Untuk membuktikan bahwa doktrin tentang perang kelas itu benar, seseorang harus bisa membuktikan dua hal: di satu sisi, bahwa ada identitas tentang kepentingan di antara anggota masing-masing kelas; di sisi lain, bahwa apa yang menguntungkan satu kelas, merugikan kelas lain.
(hlm.192)
Kepentingan pengusaha tidak akan pernah menyimpang dari kepentingan konsumen. Semakin makmur pengusaha, semakin mampu ia mengantisipasi keinginan konsumen.
(hlm.194)
Apa yang sebenarnya mereka lakukan adalah merekomendasikan kepada anggota-anggota kelompok-kelompok ini aliansi untuk perjuangan bersama melawan kelompok lain. Sejak awal partai-partai modern dengan kepentingan khusus mendeklarasikan secara cukup terbuka dan tegas bahwa tujuan kebijakan mereka adalah penciptaan hak-hak istimewa untuk kelompok tertentu. Partai-partai agraris berjuang untuk tarif proteksi
(hlm.195)
dan keuntungan lain (contohnya, subsidi) untuk petani; partai pegawai negeri bertujuan mengamankan hak-hak istimewa untuk birokrat; partai regional ditujukan untuk memperoleh keuntungan khusus bagi penduduk di wilayah tertentu.
(hlm.196)
Maka, partai-partai dengan kepentingan khusus wajib berhati-hati. Dalam membicarakan hal yang paling penting ini dalam upaya mereka, mereka harus menggunakan ungkapan dwimakna (ambiguous) yang dimaksudkan untuk menyamarkan keadaan yang sebenarnya.
(hlm.197)
Saat partai agraris dalam negara industri mengajukan tuntutan mereka, mereka memasukkan apa yang mereka sebut “populasi petani,” pekerja tanpa lahan, buruh pedesaan (cottagers), dan pemilik lahan kecil, yang tidak tertarik pada tarif proteksi untuk produk pertanian.
(hlm.198)
Hanya dengan berkedok mendukung dan mewakili mayoritas maka mereka memiliki prospek untuk mewujudkan tuntutan mereka. Cukup mudah untuk menjanjikan kepada satu kelompok bahwa seseorang akan mendukung suatu kenaikan belanja tertentu pemerintah tanpa mengurangi belanja pemerintah di bidang lain, dan pada saat yang bersamaan menjanjikan kepada kelompok lain prospek pajak yang lebih rendah; namun seseorang tidak bisa memenuhi kedua janji ini secara bersamaan.
(hlm.200)
Krisis Parlementer dan Ide tentang Majelis Permusyawaratan yang Mewakili Kelompok-kelompok Khusus Oleh karena itu, hanya ada dua partai: partai yang berkuasa dan partai yang ingin berkuasa.
(hlm.203)
Tidak ada yang dapat memaksakan kesepakatan dalam diet yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih oleh anggota-anggota asosiasi profesi.
(hlm.204)
Sidney dan Beatrice Webb, serta sejumlah sindikalis dan sosialis serikat (guild), dalam hal ini mengikuti rekomendasi yang telah dibuat di masa lampau oleh para pendukung kontinental bagi sebuah reformasi di majelis tinggi (upper chamber), menyarankan agar kedua dewan (chamber) berdiri berdampingan, satu ditunjuk langsung oleh seluruh rakyat, dan satu lagi terdiri dari perwakilan yang dipilih oleh konstituen yang terbagi ke dalam jenis-jenis pekerjaan (profesi). Dalam prakteknya sistem dua kamar (bicameral) hanya dapat berjalan jika salah satu dewan memiliki kontrol (upper hand) dan kekuatan tak terbatas untuk memaksakan keinginannya pada dewan lain, atau jika, saat kedua dewan (chamber) mengambil sikap berbeda dalam sebuah isu, harus ada upaya untuk melakukan kompromi terhadap solusinya.
Para pendukung ide tentang majelis yang terdiri dari perwakilan serikat (guild) hanya berangan-angan jika mereka mengira bahwa antagonisme yang dewasa ini mengoyak persatuan nasional dapat diatasi dengan membagi-bagi penduduk dan majelis rakyat berdasarkan pekerjaan (profesi). Antagonisme itu hanya dapat diatasi oleh ideologi liberal.
(hlm.205)
Liberalisme dan Partai-Partai dengan Kepentingan Khusus Partai-partai dengan kepentingan khusus melihat semua masalah politik semata-mata sebagai masalah taktik politik. Tujuan akhir mereka telah ditetapkan sejak awal.
(hlm.209)
Dalam hal ini, doktrin Marxis memainkan peran sama untuk partai yang mendukung kepentingan khusus pekerja seperti yang telah dilakukan untuk German Centris dan partai-partai kelompok rohaniwan (clerical) lain yang memakai agama sebagai daya tarik; bagi partai nasionalis melalui daya tarik solidaritas nasional; bagi partai agraris melalui pengakuan bahwa kepentingan kelompok-kelompok produsen pertanian yang berbeda adalah sama; dan bagi partai proteksionis, melalui doktrin kebutuhan akan tarif komprehensif untuk melindungi pekerja nasional.
(hlm.209)
Liberalisme dan Partai-Partai dengan Kepentingan Khusus Liberalisme tidak memiliki kesamaan sedikit pun dengan partai-partai ini. Liberalisme berada di sisi yang sangat berseberangan dengan mereka semua. Liberalisme tidak menjanjikan hak istimewa kepada siapa pun. Liberalisme menuntut dari semua orang pengorbanan untuk kelangsungan masyarakat.
(hlm.212)
Propaganda Partai dan Organisasi Partai Profesi independen pengacara, dokter, penulis, dan seniman tidak dipresentasikan dalam jumlah yang besar yang memungkinkan mereka diperlakukan sebagai partai dengan kepentingan khusus. Oleh karena itu mereka paling tidak terbuka oleh pengaruh ideologi dengan hak-hak istimewa berdasarkan kelas. Anggota-anggotanya paling lama dan paling gigih mempertahankan liberalisme.
(hlm.214)
Liberalisme sebagai “Partai Modal” Musuh-musuh liberalisme mencapnya sebagai partai kepentingan khusus kaum kapitalis. Ini merupakan ciri khas mentalitas mereka. Seseorang tidak bisa memandang liberalisme sebagai partai kepentingan khusus, hak-hak istimewa, dan hak-hak prerogatif, karena kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi bukanlah hak istimewa yang diakibatkan kelebihan eksklusif para kapitalis, namun sebuah institusi untuk kepentingan semua anggota masyarakat dan karena itu sebuah institusi yang menguntungkan semua orang.
(hlm.215)
Namun ilmu ekonomi telah memperlihatkan bahwa sistem intervensionisme bertolak belakang dengan tujuannya dan merusak dirinya sendiri. Ia tidak bisa meraih tujuan yang digembar-gemborkannya. Sebagai akibatnya, merupakan kesalahan untuk menganggap bahwa selain sosialisme (kepemilikan bersama) dan kapitalisme (kepemilikan pribadi) ada sistem ketiga untuk pengorganisasian kerjasama sosial yang masuk akal dan dapat dilaksanakan, yaitu intervensionisme.
(hlm.218)
Pengusaha dapat meraih kesejahteraan hanya jika ia mampu menyediakan apa yang dibutuhkan konsumen. Jika dunia sedang dibakar oleh gairah perang, kaum liberal melontarkan manfaat perdamaian; namun, pengusaha memproduksi meriam dan senapan mesin.
Jika opini publik dewasa ini menguntungkan penanaman modal di Rusia, kelompok liberal mungkin akan berupaya untuk menjelaskan bahwa menanam modal di negara yang pemerintahnya secara terbuka memproklamasikan perampasan semua modal sebagai tujuan akhir kebijakannya sama artinya dengan membuang semua barang-barang ke laut; namun pengusaha tidak akan ragu-ragu untuk memasok barang-barang ke Rusia jika ia bisa memindahkan risiko ke pihak lain, baik negara atau kapitalis lain yang tidak terlalu cerdas, yang membiarkan diri mereka disesatkan oleh opini publik, dan ia sendiri dimanipulasi oleh uang Rusia.
(hlm.219)
Saat orang liberal tampil di hadapan para pemilih sebagai kandidat untuk jabatan publik dan diminta oleh mereka yang suaranya ia butuhkan apa yang ia atau partainya akan lakukan bagi mereka dan kelompoknya, satu-satunya jawaban yang bisa ia berikan adalah: Liberalisme bekerja untuk semua orang, tapi tidak memiliki kepentingan khusus apa pun.
(hlm.221)
BAB 5 MASA DEPAN LIBERALISME
Liberalisme dan kapitalisme menjadi landasan dari semua keajaiban yang menjadi ciri kehidupan modern.
(hlm.222)
Telah muncul kesadaran bahwa kemajuan material hanya mungkin terjadi dalam masyarakat kapitalis liberal.
Kalangan romantis bernostalgia tentang kondisi ekonomi Abad Pertengahan — bukan Abad Pertengahan sesungguhnya, tetapi bayangan tentang abad itu yang dibangun oleh angan-angan yang tidak ada kaitannya dengan realitas sejarah.
(hlm.225)
Tujuan semua orang adalah memenuhi semua kebutuhannya, kemakmuran, dan kelimpahan. Tentu tidak ada ini yang menjadi tujuan manusia, tapi semua hal itu diharapkan bisa mereka capai
(hlm.226)
dengan memanfaatkan berbagai cara eksternal dan melalui kerja sama sosial. Kekayaan — batin kebahagiaan, ketenangan pikiran, kemuliaan — manusia harus mencari semua itu dalam diri masing-masing.
Liberalisme bukan agama karena tidak menuntut iman atau ketaatan, karena tidak bersifat gaib, dan karena tidak memiliki dogma. Liberalisme bukan cara pandang dunia karena tidak mencoba menjelaskan kosmos dan tidak memberi penjelasan tentang makna dan tujuan keberadaan manusia. Liberalisme bukan partai dengan kepentingan khusus karena tidak memberikan atau berusaha untuk memberikan keuntungan khusus kepada individu atau golongan mana pun. Liberalisme adalah sebuah ideologi, doktrin tentang hubungan yang setara antara anggota masyarakat dan pada saat yang sama merupakan penerapan doktrin tersebut dalam tindakan manusia dalam sebuah masyarakat. Liberalisme hanya menjanjikan satu hal, yaitu kemajuan kesejahteraan material semua orang dalam suasana damai tanpa rintangan untuk melindungi umat manusia dari rasa sakit dan penderitaan yang berasal dari luar sejauh masih dalam batas-batas kemampuan institusi-institusi sosial. Itulah tujuan liberalisme.
Tidak ada bunga dan warna partai, lagu dan idola partai, simbol dan slogan partai untuk liberalisme. Liberalisme hanya memiliki substansi dan argumentasi. Keduanya akan mengantarkan pada kemenangan.
(hlm.227)
LAMPIRAN
Catatan Mengenai Kepustakaan Tentang Liberalisme Ide-ide liberal sudah dapat ditemukan dalam karya sejumlah besar penulis terdahulu. Para pemikir besar Inggris dan Skotlandia dari abad kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas adalah yang pertama-tama merumuskan ide-ide ini ke dalam sistem.
(hlm.228)
Tulisan-tulisan utama Mill: Prinsip-prinsip Ekonomi Politik (1848), Tentang Kebebasan (1859), Utilitarianisme (1862).
Dibandingkan dengan Mill semua penulis sosialis lain — bahkan Marx, Engels, dan Lassalle — nyaris tidak penting.
Karena liberalisme adalah ekonomi terapan; liberalisme adalah kebijakan sosial dan politik berdasarkan landasan ilmiah. Dalam hal ini, selain tulisan-tulisan yang telah disebutkan, seseorang harus membiasakan diri dengan mahaguru ekonomi klasik: David Ricardo, Prinsip-prinsip Ekonomi Politik dan Perpajakan (1817).
(hlm.229)
Pemikiran liberal merasuki puisi klasik Jerman, terutama karya-karya Goethe dan Schiller.
Menyangkut penulis-penulis liberal yang lebih tua, orang juga harus membaca karya Frédéric Bastiat, Oeuvres Complètes (Paris, 1855). Bastiat adalah seorang penulis dengan gaya sastra (stylist) yang cemerlang sehingga membaca karyanya memberi kenikmatan luar biasa.
(hlm.230)
Saat membaca karya-karya politik Inggris yang lebih mutakhir, seseorang tidak boleh mengabaikan kenyataan bahwa di Inggris dewasa ini kata “liberalisme” sering diartikan sebagai sosialisme moderat.
(hlm.232)
2. Tentang Istilah “Liberalisme”
Betapapun fanatiknya seseorang dalam oposisinya terhadap milik pribadi, ia harus mengakui setidaknya kemungkinan bahwa seseorang mungkin mendukung hal itu. Dan jika seseorang mengakui ini, ia harus, tentu saja, memberi nama untuk aliran pemikiran ini. Seseorang harus minta mereka yang dewasa ini menyebut diri liberal memberi nama pada ideologi yang mengajurkan pelestarian kepemilikan pribadi atas alat produksi. Mereka mungkin akan menjawab bahwa mereka ingin menyebutnya ideologi “Manchesterisme”. Kata “Manchesterisme” awalnya diciptakan sebagai sebuah istilah ejekan dan pelecehan.
Aliran pemikiran yang menganjurkan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi harus, betapa pun, diberi hak untuk mendapatkan sebuah nama. Tetapi yang terbaik adalah untuk mengikuti nama tradisionalnya
(hlm.233)
Seperti halnya liberalisme harus, sebagai kebutuhan internal, menghindari setiap trik propaganda dan semua upaya licik oleh gerakan-gerakan lain untuk mendapat pengakuan masyarakat, liberalisme tidak boleh menanggalkan nama lamanya hanya karena nama itu tidak populer. Justru karena kata “liberal” memiliki konotasi yang buruk di Jerman, liberalisme harus mempertahankan nama itu. Seseorang mungkin tidak membuat cara berpikir liberal mudah bagi siapa pun, karena yang penting bukanlah bahwa orang yang menyatakan diri mereka liberal, tetapi bahwa mereka menjadi liberal dan berpikir serta bertindak sebagai orang-orang liberal.
“Apa yang diciptakan hanyalah persamaan di hadapan hukum, dan bukan kesetaraan sejati. Semua kekuatan manusia tidak akan cukup untuk membuat manusia benar-benar setara. Manusia tidak sama dan tidak akan pernah sama.”