Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku Sapiens oleh Yuval Noah Harari.
Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.
Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.
Selamat membaca.
Chandra Natadipurba
===
SAPIENS
Oleh Yuval Noah Harari
Cetakan kedua,Oktober 2017
BAGIAN I
Revolusi Kognitif
Hewan Tak Berarti
(hlm. 4)
Yang terpenting untuk diketahui mengenai manusia purba adalah bahwa mereka merupakan hewan tak berarti dengan dampak terhadap lingkungan tak lebih besar daripada gorila, kunang-kunang, atau ubur-ubur.
Ahli biologi menggolongkan makhluk menjadi spesies-spesies. Beberapa hewan disebut sebagai anggota spesies yang sama bila mereka bisa saling kawin dan menghasilkan keturunan yang subur.
(hlm. 7)
Di Pulau Jawa, di Indonesia, hidup Homo soloensis, “Manusia dari Lembah Solo”, yang cocok untuk hidup di wilayah tropis. Di pulau Indonesia lainnya—Flores yang lebih kecil—manusia-manusia purba mengalami proses menjadi katai. Manusia pertama kali mencapai Flores ketika permukaan laut luar biasa rendah, dan pulau tersebut mudah dicapai dari benua. Ketika lautan kembali meninggi, sejumlah manusia terperangkap di pulau itu, yang tidak kaya sumber daya. Manusia–manusia besar, yang membutuhkan banyak makanan, musnah terlebih dahulu. Kawan-kawan mereka yang berukuran lebih kecil bisa bertahan dengan lebih baik. Selama bergenerasi-generasi, manusia Flores menjadi katai. Spesies unik ini, dikenal oleh para ilmuwan sebagai Homo floresiensis, mencapai tinggi maksimum satu meter saja dan berbobot tak lebih daripada dua puluh lima kilogram.
(hlm. 8)
Ada salah kaprah ketika kita membayangkan spesies-spesies itu tersusun dalam garis keturunan yang lurus, dengan ergaster menjadi erectus, erectus menjadi Neandertal, dan Neandetral berevolusi menjadi kita. Model linier ini memberikan kesan yang salah bahwa setiap saat hanya ada satu tipe manusia tertentu yang menghuni Bumi, dan bahwa semua spesies terdahulu hanyalah model diri kita versi lama. Yang benar adalah sejak sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekitar 10.000 tahun lalu, planet ini adalah rumah bagi beberapa spesies manusia sekaligus.
(hlm. 9)
Ongkos Berpikir
Mengapa genus Homo satu-satunya genus di seluruh kingdom hewan yang mnedapat mesin pemikir sebesar itu lewat evolusi?
Di Homo sapiens, otak mewakili sekitar 2-3 persen total berat tubuh, namun melahap 25 persen energi tubuh ketika tubuh beristirahat. Bila dibandingkan, otak kera-kera lain membutuhkan hanya 8 persen energi saat rehat.
(hlm. 10)
Semakin banyak hal yang bisa dilakukan tangan, semakin sukses pemiliknya, sehingga tekanan evolusi menyebabkan semakin terkonsentrasinya saraf dan otot-otot yang cekatan di telapak tangan dan jari tangan.
(hlm. 11)
Bayi manusia tak berdaya, bergantung selama bertahun-tahun kepada manusia-manusia yang lebih tua demi memperoleh pangan, perlindungan, dan pendidikan.
Fakta ini telah bersumbangsih sangat besar kepada kemampuan sosial umat manusia yang luar biasa sekaligus masalah-masalah sosialnya yang unik. Ibu-ibu yang menjadi orangtua tunggal sulit mendapatkan cukup makanan untuk anak-anak dan diri mereka sendiri sementara diganduli anak-anak yang butuh perhatian. Membesarkan anak membutuhkan bantuan terus-menerus dari anggota-anggota keluarga lainnya dan tetangga. Butuh seluruh suku untuk membesarkan seorang manusia. Itu sebabnya evolusi mengunggulkan manusia-manusia yang bisa membentuk ikatan sosial yang erat.
(hlm. 13)
Rasa juru Masak
SATU langkah besar dalam perjalanan menuju puncak adalah penjinakan api.
(hlm. 14)
Sementara simpanse menghabiskan lima jam sehari mengunyah makanan mentah, satu jam sudah cukup bagi manusia untuk menyantap makanan yang dimasak.
Kemajuan masak-memasak memungkinkan manusia memakan lebih banyak jenis makanan, menghabiskan lebih sedikit waktu untuk makan, serta bersantap dengan gigi-geligi yang lebih kecil dan usus yang lebih pendek.
(hlm. 17)
Penjaga Saudara-Saudara Kita
Tiap Spesies manusia hanya memiliki sedikit ketertarikan seksual kepada spesies manusia lain.dan bahkan bila Romeo Neandertal dan Juliet Sapiens jatuh cinta, mereka tidak bisa menghasilkan anak-anak yang subur, karena jurang genetik yang memisahkan kedua populasi itu sudah tak bisa lagi disebrangi.
(hlm. 18)
Bila hasil-hasil ini valid—dan penting untuk diingat bahwa penelitian lebih lanjut sedang berlangsung, sehingga kesimpulan-kesimpulan tadi mungkin diperkuat atau diubah—para pendukung Teori Kawin Silang ternyata ada benarnya. Namun itu bukan berarti Teori Penggantian sepenuhnya salah.
(hlm. 19)
Tampaknya sekitar 50.000 tahun silam, Sapiens,Neandertal, dan Denisova berada di titik perbatasan itu. Mereka nyaris, namun belum benar-benar, menjadi spesies-spesies yang sepenuhnya terpisah. Seperti yang akan kita lihat di bab berikutnya, Sapiens sudah sangat berbeda dari Neandertal dan Denisova bukan hanya sari segi sandi genetik dan ciri jasmani, melainkan juga dalam hal kemampuan kognitif dan sosial, namun tampaknya masih tetap mungkin, dalam kesempatan yang jarang ada, bagi seorang Sapiens dan seorang Neandertal untuk menghasilkan keturunan yang subur.
(hlm. 20-21)
Yang mana pun yang terjadi, Neandertal (dan spesies-spesies manusia lain) merupakan salah satu pertanyaan “bagaimana jika” paling besar dalam sejarah. Bayangkan akan seperti apa jadinya bila orang-orang Neandertal dan Denivosa masih hidup bersama-sama Homo sapiens. Budaya, masyarakat, dan struktur politik macam apa yang mungkin muncul di dunia di mana beberapa spesies manusia hidup bersama? Akan seperti apa jadinya, misalnya, agama-agama? Akankah kitab Kejadian menyatakan bahwa Neandertal adalah keturunan Adam dan Hawa, akankah Yesus mati untuk menebus dosa-dosa Denivosa, dan akankah Qur’an mengatakan ada tempat di surga bagi semua manusia yang berbudi luhur, apa pun spesiesnya? Akankah Neandertal bisa mengabdi dalam legiun-legiun Romawi, atau dalam birokrasi jelimet Kekaisaran Tiongkok? Akankah Deklarasi Kemerdekaan Amerika menyatakan bahwa kenyataannya semua anggota genus Homo diciptakan setara? Akankah Karl Marx menyeru agar kaum pekerja dari semua spesies bersatu?
Seandainya manusia Neandertal masih ada, masihkah kita membayangkan diri kita sebagai makhluk istimewa? Barangkali tepat karena itulah mengapa leluhur kita memusnahkan Neandertal. Mereka terlalu familiar untuk diabaikan, namun terlalu berbeda untuk ditoleransi.
(hlm. 22)
Apa rahasia kesuksesan Sapiens? Bagaimana kita berhasil bermukim dengan sedemikian cepat di sedemikian banyak habitat yang berjauhan dan berbeda-beda secara ekologis? Bagaimana kita mendesak semua spesies manusia lain sampai punah? Mengapa bukan Neandetral yang kuat, cerdas, dan tahan dingin yang bertahan dari serangan hebat kita? Perddebatan itu terus berlangsung sengit. Jawaban yang paling mungkin adalah hal yang memungkinkan perdebatan itu sendiri: Homo sapiens menaklukkan dunia terutama berkat bahasanya yang unik.
(hlm. 23)
Pohon Pengetahuan
(hlm. 25)
Kemunculan cara-cara baru berpikir dan berkomunikasi, antara 70.000 dan 30.000 tahun silam, merupakan Revolusi Kognitif. Apa yang menyebabkannya? Kita tidak tahu pasti. Teori yang paling banyak dipercaya berargumen bahwa mutasi-mutasi genetik tanpa sengaja mengubah sambungan-sambungan di dalam otak Sapiens, memungkinkan mereka berpikir dengan cara-cara yang tak pernah ada sebelumnya dan berkomunikasi menggunakan jenis bahasa yang sepenuhnya baru. Kita bisa menyebutnya mutasi Pohon Pengetahuan. Mengapa mutasi itu terjadi dalam DNA Sapiens, bukan dalam DNA Neandertal?
(hlm. 26)
Jawaban yang paling uum adalah bahasa kita luar biasa luwes.
Teori kedua setuju bahwa bahasa kita yang unik berevolusi sebagai cara berbagi informasi mengenai dunia. Namun informasi terpenting yang perlu disampaikan adalah tentang manusia, bukan tentang singa dan bison. Bahasa kita berevolusi sebagai cara bergosip. Menurut teori ni, Homo sapiens utamanya merupakan hewan sosial. Kerja sama sosial adalah kunci kelestarian dan reproduksi kita. Tidak cukup bagi individu laki-laki dan perempuan untuk mengetahui di mana ada singa dan bison. Jauh lebih penting bagi mereka untuk mengetahui siapa yang dibenci rekan sekawan, siapa yang tidur dengan siapa, siapa yang jujur, dan siapa yang pembohong.
Jumlah informasi yang harus sesorang peroleh dan simpan guna melacak hubungan yang terus berubah di antara beberapa lusin individu sungguh mencengangkan. (Dalam kawanan yang terdiri atas lima puluh orang, ada 1.225 hubungan satu orang dengan satu orang lain, dan kombinasi sosial kompleks yang tak terhitung banyaknya.)
(hlm. 27)
Keterampilan linguistik baru yang diperoleh Sapiens modern sekitar tujuh puluh ribu tahun silam memungkinkan mereka bergosip berjam-jam tanpa akhir. Informasi andal mengenai siapa yang bisa dipercaya berarti kawanan-kawanan kecil bisa mengembang menjadi kawanan-kawanan yang lebih besar, dan Sapiens dapat mengembangkan jenis-jenis kerja sama yang lebih erat dan lebih canggih.1
(hlm. 28)
Gosip biasanya berfokus kepada kesalahan. Penyebar isu adalah pilar keempat yang asli, pada jurnalis yang memberitahu masyarakat mengenai penipu dan penebeng sehinga masyarakat terlindung dari mereka.
KEMUNGKINAN besar, teori gosip maupun teori ada-singa-dekat-sungai sama-sama sahih. Namun ciri yang benar-benar khas di bahasa kita bukanlah kemampuannya menyampaikan informasi mengenai manusia dan singa, melainkan kemampuannya menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang sama sekali tidak ada. Sejauh yang kita tahu, hanya Sapiens yang bisa membicarakan tentang segala macam entitas yang tidak pernah mereka lihat, sentuh, atau cium baunya.
Anda tidak akan pernah bisa meyakinkan monyet untuk menyerahkan sebatang pisang kepada Anda dengan menjanjikan kepadanya pisang dalam jumlah tak terbatas di surga monyet setelah dia mati. Namun mengapa hal itu penting?
(hlm. 29)
Namun fiksi talah memungkinkan kita bukan hanya mengkhayalkan ini-itu, melainkan juga melakukannya secara bersama-sama. Kita dapat merajut mitos-mitos bersama seperti kisah penciptaan dunia dalam kitab suci, mitos-mitos Kala Mimpi orang-orang Aborigin Australia, dan mitos-mitos nasionalis negara-negara modern. Mitos-mitos semacam itu memberi Sapiens kemampuan yang tak pernah ada sebelumnya untuk bekerja sama secara luwes beramai-ramai. Semut dan lebah juga bisa bekerja sama dalam jumlah besar, namun mereka melakukannya dengan kaku dan hanya dengan kerabat-kerabat dekat.
Sapiens dapat bekerja sama dalam cara-cara yang luar biasa luwes dengan orang asing yang tak terhitung banyaknya. Itulah mengapa Sapiens menguasai dunia, sementara semut memakan sisa-sisa kita dan simpanse terkurung dalam kubeun binatang dan laboratorium penelitian.
Legenda Peugeot
(hlm. 30)
Ketika dua pejantan memperebutkan posisi alfa, mereka biasanya melakukan itu dengan membentuk koalisi luas yang terdiri atas pendukung pejantan maupun betina, di antara anggota-anggota kelompok. Hubungan di antara anggota-anggota koalisi didasarkan kepada kontak akrab harian—berpelukan, bersentuhan, berciuman, menelisik (grooming), dan tolong-menolong. Seperti politikus manusia yang saat kampanye pemilu berkeliling untuk berjabat tangan dan mengecup bayi, demikian pula para kandidat yang berebut kedudukan puncak dalam kelompok simpanse menghabiskan banyak waktu memeluk, menepuk punggung, dan mencium bayi simpanse. Pejantan alfa biasanya meraih posisinya bukan karena dia secara fisik lebih kuat, melainkan karena dia memimpin koalisi yang besar dan stabil. Koalisi-koalisi ini berperan utama bukan hanya selama pergulatan terbuka memperebutkan posisi alfa, melainkan juga dalam nyaris semua aktivitas sehari-hari.
(hlm. 31)
Penelitian sosiologis telah menunjukkan bahwa ukuran “alami” maksimum kelompok yang diikat oleh gosip adalah sekitar 150 orang. Kebanyakan orang tidak bisa mengenal secara akrab ataupun bergosip secara efektif mengenai lebih daripada 150 manusia.
Bahkan kini, ambang batas kritis bagi organisasi manusia ada di sekitar angka ajaib 150. Di bawah ambang batas itu, masyarkat, bisnis, jejaring sosial, dan satuan militer dapat mempertahankan keutuhan terutama berdasarkan hubungan akrab dan penyebaran rumor.
(hlm. 32)
Namun begitu ambang batas 150 individu terlampaui, segala sesuatu tidak bisa lagi bekerja seperti itu.
Bagaimana Homo sapiens berhasil melintasi ambang batas kritis ini dan akhirnya mendirikan kota-kota yang berisi puluhan ribu penduduk dan imperium-imperium yang memerintah ratusan juta jiwa? Rahasianya barangkali adalah kemunculan fiksi. Banyak orang yang saling asing bisa sukses bekerja sama berkat mempercayai mitos-mitos bersama.
(hlm. 33)
Padahal segala hal itu tidak ada di luar kisah-kisah yang orang-orang ciptakan dan tuturkan kepada satu sama lain. Tidak ada dewa-dewi di alam semesta, tidak ada bangsa, tidak ada uang, tidak ada hak asasi manusia, tidak ada hukum, dan tidak ada keadilan di luar imajinasi bersama manusia.
(hlm. 34)
Bila hakim memerintahkan pembubaran perusahaan, pabrik-pabriknya akan tetap berdiri sementara para pekerja, akuntan, manajer, dan pemegang saham akan terus hidup—namun Peugeot SA akan menghilang seketika. Singkatnya, Peugeot SA seolah tidak memiliki hubungan esensial apa-apa dengan dunia fisik. Apakah Peugeot SA benar-benar ada?
Peugeot adalah buah imajinasi bersama kita.
(hlm. 35)
Peugeot tergolong ke dalam genre fiksi hukum tertentu yang disebut “perusahaan perseroan terbatas”. Gagasan di balik perusahaan-perusahaan semacam itu tergolong salah satu ciptaan paling cerdas manusia.
(hlm. 36)
Di AS, istilah teknis untuk perusahaan perseroan terbatas adalah “korporasi”; ironis, sebab istilah itu berasal dari “corpus” (“tubuh” dalam bahasa latin) —sesuatu yang justru tidak dimiliki oleh korporasi. Meskipun tidak memiliki tubuh yang sesungguhnya, sistem hukum Amerika memperlakukan korporasi sebagai pribadi legal, seolah-olah manusia yang berdaging dan bertulang.
Semua itu adalah perkara menuturkan kisah, dan meyakinkan orang-orang agar mempercayai kisah tersebut.
(hlm. 37)
Bagaimana caranya meyakinkan jutaan orang agar mempercayai kisah-kisah tertentu mengenai dewa-dewi, atau bangsa-bangsa, atau perusahaan-perusahaan perseroan terbatas? Namun ketika upaya itu sukses, Sapiens pun memperoleh daya yang besar sekali, sebab kisah itu memungkinkan jutaan orang asing bekerja sama dan berupaya mencapai tujuan-tujuan bersama. Coba bayangkan betapa sulitnya menciptakan negara, atau gereja, atau sistem hukum seandainya kita hanya bisa membicarakan hal-hal yang benar-benar ada, semisal sungai, pohon, dan singa.
(hlm. 38)
Jenis-jenis hal yang diciptakan manusia melalui jejaring cerita ini dikenal di kalangan akademik sebagai “fiksi”, “konstruksi sosial”, atau “realitas yang dikhayalkan”.
(hlm. 39)
Melangkahi Genom
Oleh karena kerja sama skala besar manusia didasari mitos, cara manusia bekerja sama dapat diubah dengan mengganti mitosnya—dengan menuturkan kisah-kisah berbeda. Dalam situasi-situasi yang pas, mitos dapat berubah dengan cepat. Pada 1789, populasi Prancis dalam nyaris sekejap mata beralih dari mempercayai mitos akan hak ilahiah raja-raja menjadi mempercayai mitos kedaulatan rakyat.
(hlm. 41)
Taruhlah ada seorang warga Berlin, yang terlahir pada 1900 dan hidup sampai berusia seabad. Dia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Kekaisaran Hohenzollern Wilhelm II; masa dewasanya di Republik Weimar, Reich Ketiga Nazi, dan Jerman Timur Komunis; dan dia wafat sebagai warga negara Jerman bersatu yang demokratis. Dia telah berhasil menjadi bagian lima sistem sosiopolitik yang teramat berbeda, walaupun DNA-nya tetap tepat sama.
(hlm. 42)
Ahli-ahli arkeologi yang menggali situs-situs Sapiens berusia 30.000 tahun di pedalaman Eropa terkadang menemukan cangkang hewan laut yang berasal dari pesisir Laut Tengah dan Atlantik. Satu-satunya kemungkinan cangkang-cangkang itu sampai ke pedalaman benua adalah melalui perniagaan jarak jauh antara kawanan-kawanan Sapiens yang berbeda. Situs-situs Neandertal tidak memiliki bukti perniagaan semacam itu. Setiap kelompok membuat sendiri alatnya dari bahan-bahan setempat.4
(hlm. 43)
Salah satu metode yang sangat efektif adalah mengepung keseluruhan kawanan hewan, seperti kuda liar, kemudian menggiring mereka ke dalam ngarai sempit, tempat hewan-hewan itu mudah dibantai secara massal. Bila sesuai dengan rencana, kawanan manusia itu dapat memanen berton-ton daging, lemak, dan kulit hewan dengan berupaya bersama-sama pada satu siang, dan bisa menyantap rezeki itu dalam jamuan besar-besaran ataupun mengeringkan, mengasapi, atau (di kawasan Artika) membekukan daging tersebut untuk dimakan kemudian hari.
(hlm. 44)
Sejarah dan Biologi
KEANEKARAGAMAN luar biasa realitas terkhayalkanyang diciptakan Sapiens, dan keanekaragaman pola perilaku yang dihasilkan, adalah komponen-komponen utama dari apa yang kita sebut “budaya”. Begitu muncul, budaya tidak pernah berhenti berubah dan berkembang, dan perubahan-perubahan tak terhentikan inilah yang kita sebut “sejarah”.
(hlm. 45)
Kalau satu lawan satu, bahkan sepuluh lawan sepuluh, kita masih banyak miripnya dengan simpanse. Perbedaan-perbedaan besar baru mulai muncul sewaktu kita melewati ambang batas 150 individu, dan sewaktu kita mencapai 1.000-2.000 individu, perbedaannya sungguh mencengangkan. Bila Anda mencoba mengumpulkan ribuan simpanse di Lapangan Tiananmen, Wall Street, Vatikan, atau markas PBB, hasilnya adalah kekacauan.
(hlm. 46)
Produksi hulu ledak nuklir modern membutuhkan kerja sama jutaan orang yang tak saling mengenal di seluruh dunia—dari pekerja yang menambang bijih uranium di perut Bumi sampai ahli fisika teori yang menulis rumus-rumus matematika panjang untuk menjabarkan interaksi-interaksi antara zarah-zarah sub-atomik.
(hlm. 48)
Sehari dalam Kehidupan Adam dan Hawa
Bidang psikologi evolusioner yang sedang mekar-mekarnya berargumen bahwa banyak ciri sosial dan psikologis kita kini terbentuk dalam era pra-pertanian yang panjang itu. Bahkan sekarang, menurut klaim para cendekiawan psikologi evolusioner, otak dan akalbudi kita beradaptasi untuk kehidupan berburu dan mengumpul. Polah makan kita, konflik-konflik kita, sampai seksualitas kita adalah buah interaksi akalbudi pemburu-pengumpul dengan lingkungan pasca-industrial masa kini, yang diramaikan kota-kota raksasa, pesawat terbang, telepon, dan komputer.
(hlm. 49)
Misalnya, mengapa orang rakus melahap makanan berkalori tinggi yang tidak banyak manfaatnya bagi tubuh mereka?
Kini kita mungkin hidup dalam gedung apartemen yang tinggi dengan kulkas yang kepenuhan, namun DNA kita masih berpikir kita ada di sabana. Itulah mengapa kita melahap setengah liter es krim Ben & Jerry yang kita temukan di dalam kulkas dan mengguyurnya dengan sebotol besar Coca-Cola.
(hlm. 50)
Para pemburu-pengumpul justru hidup dalam komune-komune tanpa harta milik pribadi, hubungan monogami, bahkan pengurusan anak oleh ayah. Dalam kawanan semacam itu, seorang perempuan bisa berhubungan seks dan membentuk ikatan akrab dengan beberapa laki-laki (dan perempuan) secara bersamaan, dan semua orang dewasa dalam kawanan itu bekerja sama merawat anak-anaknya. Oleh karena tidak ada laki-laki yang tahu dengan pasti yang mana anak-anak kandungnya, laki-laki menunjukkan kepedulian yang sama kepada semua anak.
(hlm. 51)
Perdebatan antara mazhab “komune purba” dan “monogami abadi” didasarkan kepada bukti yang lemah.
Zaman Batu mungkin lebih akurat disebut Zaman Kayu, karena sebagian besar alat yang digunakan oleh pemburu-pengumpul purba terbuat dari kayu.
(hlm. 55)
Masyarakat Makmur Pertama
GENERALISASI apa saja yang masih bisa kita buat mengenai kehidupan di dunia pra-pertanian? Tampaknya cukup aman untuk mengatakan bahwa sebagian sangat besar orang hidup dalam kawanan-kawanan kecil yang terdiri atas beberapa lusin atau paling banyak beberapa ratus individu, dan bahwa semua individu ini merupakan manusia.
Hari ini, masyarakat yang disebut Selandia Baru terdiri atas 4,5 juta Sapiens dan 50 juta domba.
(hlm. 60)
Ada sejumlah bukti bahwa ukuran otak Sapiens rata-rata justru berkurang setelah zaman pemburu-pengumpul.5 Kelestarian pada zaman itu membutuhkankemampuan mental hebat setiap orang. Ketika pertanian dan industri muncul, manusia semakin bisa mengandalkan keahlian orang-orang lain untuk bertahan hidup, dan “relung bagi orang goblok” yang baru pun terbuka. Anda bisa bertahan hidup dan mewariskan gen-gen Anda yang biasa-biasa saja ke generasi berikutnya dengan bekerja sebagai pengangkut air atau pekerja pabrik.
(hlm. 62)
Rahasia keberhasilan para pemburu-pengumpul, yang melindungi mereka dari kelaparan dan kurang gizi, adalah pilihan makanan yang beraneka ragam. Petani cenderung menyantap diet yang sangat terbatas dan tidak seimbang.
(hlm. 63)
Diet yang menyehatkan dan bervariasi, minggu kerja yang relatif pendek, dan kelangkaan penyakit menular telah menyebabkan banyak pakar mendefinisikan masyarakat-masyarakat pemburu-pengumpul pra-pertanian sebagai “masyarakat makmur pertama”. Tapi keliru kiranya bila kita mengidealisasikan kehidupan orang-orang purba.
(hlm. 64)
Orang-orang Aché, pemburu-pengumpul yang hidup di rimba Paraguay sampai 1960-an, menawarkan sekilas sisi gelap kehidupan pemburu-pengumpul.
(hlm. 65)
Arwah yang Berbicara
(hlm. 66)
Animisme (dari kata “anima”, “jiwa” atau “arwah” dalam bahasa Latin) adalah kepercayaan bahwa nyaris setiap tempat, setiap hewan, setiap tumbuhan, dan setiap fenomena alam memiliki kesadaran dan perasaan, dan dapat berkomunikasi secara langsung dengan manusia.
Yang mencirikan semua tindakan komunikasi ini adalah entitas-entitas yang diajak berbicara adalah sosok-sosok setempat. Mereka bukan dewa-dewi universal, melainkan rusa tertentu, pohon tertentu, sungai tertentu, arwah tertentu.
(hlm. 71)
Damai atau Perang?
(hlm. 73)
Selama abad ke-20, hanya 5 persen kematian manusia disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan manusia—padahal abad tersebut menyaksikan perang-perang paling bersimbah darah dan genosida-genosida paling besar-besaran dalam sejarah. Bila hasil tadi lazim, maka Lembah Donau purba sama kejinya dengan abad ke-20.*
_______________________
* bisa saja diperdebatkan bahwa tidak semua dari delapan belas penduduk Donau purba itu yang sebenarnya mati akibat kekerasan yang tanda-tandanya bisa terlihat di kerangka. Sebagian di antaranya hanya cedera. Tapi ini barangkali diimbangi oleh kematian akibat trauma terhadap jaringan lunak dan kesusahan-kesusahan tak kasat mata yang mengiringi perang.
(hlm. 91)
BAGIAN II
Revolusi Pertanian
(hlm. 93)
5. Penipu Terbesar dalam Sejarah
(hlm. 95)
Mengapa revolusi pertanian meletus di Timur Tengah, Tiongkok, dan Amerika Tengah namun tidak di Australia, Alaska, atau Afrika Selatan? Alasannya sederhana: sebagian besar spesies tumbuhan dan hewan tidak bisa didomestikasi.
(hlm. 96)
Petani rata-rata bekerja lebih keras daripada pemburu-pengumpul rata-rata, dan memperoleh makanan yang lebih buruk sebagai balasannya. Revolusi Pertanian adalah tipuan terbesar dalam sejarah.
(hlm. 97)
Mendadak, dalam beberapa ribu tahun yang singkat, gandum tumbuh di seluruh dunia. Menurut kriteria evolusioner dasar kelestarian dan reproduksi, gandum telah menjadi salah satu tumbuhan paling berhasil dalam riwayat Bumi. Di daerah-daerah seperti Great Plains di Amerika Utara, di mana tak sebatang pun gandum tumbuh 10.000 tahun silam, kini Anda bisa berjalan menyusuri beratus-ratus kilometer tanpa menjumpai tumbuhan lain apa pun. Di seluruh dunia, gandum menutupi sekitar 2,25 juta kilometer persegi permukaan Bumi, nyaris sepuluh kali lipat luas Britania. Bagaimana rumput ini berubah dari tidak penting menjadi tersebar di mana-mana?
(hlm. 100)
Lantas apa yang ditawarkan gandum kepada para petani, termasuk anak perempuan Tiongkok yang menderita kurang gizi itu? Gandum tidak menawarkan apa-apa kepada orang sebagai pribadi. Namun gandum menawarkan sesuatu kepada Homo sapiens sebagai spesies. Bercocok-tanam gandum menyediakan jauh lebih banyak makanan per satuan wilayah, sehingga memungkinkan Homo sapiens memperbanyak diri secara eksponensial.
Mata uang evolusi bukanlah rasa lapar ataupun nyeri, melainkan salinan-salinan heliks DNA. Seperti juga keberhasilan ekonomi suatu perusahaan diukur semata berdasarkan jumlah dolar dalam rekening banknya, bukan kebahagiaan para pegawainya, demikian pula keberhasilan evolusi suatu spesies diukur berdasarkan jumlah salinan DNA-nya. Bila tidak ada lagi salinan DNA yang tersisa, spesies itu punah, seperti juga perusahaan tanpa uang bangkrut.
(hlm. 101)
Perangkap Kemewahan
(hlm. 105)
Upaya mencapai kehidupan yang lebih mudah menimbulkan lebih banyak kesusahan, dan bukan untuk kali terakhir. Itu terjadi juga kepada kita kini. Berapa banyak pemuda lulusan perguruan tinggi yang mengambil pekerjaan penuh tuntutan di perusahaan-perusahaan ternama, bersumpah bahwa mereka akan bekerja keras demi memperoleh uang yang akan memungkinkan mereka pensiun dan mengejar minat sejati ketika berusia tiga puluh lima tahun? Ketika mereka mencapai usia itu, mereka ternyata sudah memiliki utang KPR yang besar, anak-anak yang harus disekolahkan, rumah di pinggiran kota yang mengharuskan setiap keluarga punya setidaknya dua mobil, dan perasaan bahwa kehidupan tidak layak dijalani tanpa anggur yang benar-benar enak dan liburan mahal di luar negeri. Apa yang harus mereka lakukan, kembali menggali umbi-umbian? Tidak, mereka melipatgandakan upaya dan terus menghambakan diri.
Salah satu di antara segelintir hukum besi sejarah adalah bahwa kemewahan cenderung menjadi kebutuhan dan melahirkan kewajiban-kewajiban baru.
(hlm. 111)
Korban-Korban Revolusi
Domba-domba jantan yang paling agresif, yang menunjukkan perlawanan paling hebat terhadap kendali manusia, dijagal terlebih dahulu. Demikian pula betina-betina yang paling kurus dan paling ingin tahu. (Para gembala tidak menyukai domba yang karena keingintahuannya memisahkan diri jauh dari kumpulan.) Di setiap generasi baru, domba menjadi semakin gemuk, penurut, dan kurang penasaran. Voilà! Mary punya domba kecil dan ke mana pun Mary pergi domba itu mengikutinya.
(hlm. 112)
Sepuluh ribu tahun silam, tak sampai beberapa juta domba, sapi, kambing, babi, dan ayam yang hidup di relung-relung terbatas di Afro-Asia. Kini di dunia terdapat sekitar satu miliar domba, satu miliar babi, satu miliar lebih sapi, dan 25 miliar lebih ayam.
Sementara itu, sebagian sangat besar ayam dan sapi ternak dijagal pada usia antara beberapa minggu dan beberapa bulan, karena itu merupakan usia penjagalan optimal dari sudut pandang ekonomi. (Untuk apa memberi makan ayam selama tiga tahun bila berat maksimumnya sudah tercapai setelah tiga bulan?)
(hlm. 117)
6. Membangun Piramida
(hlm. 112)
Tatanan Khayalan
(hlm. 128)
Kedua naskah itu menyajikan dilema yang gamblang kepada kita. Undang-undang Hammurabi maupun Deklarasi Kemerdekaan Amerika mengaku menjabarkan asas-asas keadilan universal dan abadi, namun menurut orang Amerika semua manusia setara, sementara menurut orang-orang Babilon, manusia mutlak tidak setara. Orang-orang Amerika tentu saja akan mengatakan bahwa mereka benar, sementara Hammurabi salah. Sedangkan Hammurabi tentunya akan mengatakan bahwa dia benar, sementara orang-orang Amerika salah. Padahal, dua-duanya salah. Hammurabi dan para Bapak Pendiri Amerika sama-sama membayangkan suatu kenyataan yang diatur oleh asas-asas keadilan universal dan mutlak, seperti kesetaraan atau hierarki. Namun satu-satunya tempat di mana asas-asas universal semacam itu ada adalah dalam imajinasi subur Sapiens, dan dalam mitos-mitos yang mereka ciptakan dan tuturkan kepada satu sama lain. Asas-asas itu tidak memiliki kesahihan objektif.
(hlm. 129)
MENURUT sains biologi, manusia tidak “diciptakan”. Manusia berevolusi. Dan manusia jelas tidak berevolusi sehingga menjadi “setara”. Gagasan kesetaraan terjalin erat dengan gagasan penciptaan. Orang Amerika memperoleh gagasan mengenai kesetaraan dari agama Kristen, yang berargumen bahwa setiap orang memiliki jiwa yang diciptakan ilahi, dan bahwa semua jiwa setara di hadapan Tuhan. Tapi, bila kita tidak mempercayai mitos Kristen mengenai Tuhan, penciptaan, dan jiwa, apa artinya pernyataan semua orang “setara”? Evolusi didasari perbedaan, bukan kesetaraan. Setiap orang membawa sandi genetik yang agak berbeda, dan sedari lahir terpapar pengaruh lingkungan yang berbeda. Ini menyebabkan perkembangan sifat-sifat berbeda yang memberikan kemungkinan bertahan hidup yang berbeda-beda. Oleh karena itu “tercipta setara” seharusnya diterjemahkan menjadi “berevolusi secara berbeda”.
(hlm. 130)
Burung terbang bukan karena berhak terbang, melainkan karena punya sayap.
Kamimeyakini kebenaran-kebenaran ini sebagai nyata tak terbantahkan, bahwa semua manusia berevolusi secara berbeda, bahwa mereka terlahir dengan ciri-ciritertentu yang bisa berubah yang antara lain mencakup kehidupan dan pencarian kenikmatan.
(hlm. 131)
“Kami tahu bahwa manusia tidak setara secara biologis! Namun bila kita mempercayai bahwa kita semua pada dasarnya setara, itu akan memungkinkan kita menciptakan masyarakat yang stabil dan sejahtera.” Saya tidak membantah itu. Tepat inilah yang saya meksudkan dengan “tatanan khayalan”. Kita mempercayai tatanan tertentu bukan karena tatanan itu benar secara objektif, namun karena kalau mempercayainya, kita bisa bekerja sama secara efektif dan menjadikan masyarakat yang lebih baik.
(hlm. 132)
Tatanan alami adalah tatanan yang stabil. Mustahil gravitasi akan berhenti berfungsi esok hari, bahkan kalaupun manusia berhenti mempercayainya. Sebaliknya, tatanan khayalan selalu menghadapi bahaya runtuh, karena tatanan semacam itu bergantung kepada mitos, dan mitos lenyap begitu manusia berhenti mempercayainya.
(hlm. 133)
Di antara semua kegiatan bersama manusia, yang paling sulit diorganisasi adalah kekerasan. Bila kita mengatakan bahwa tatanan sosial dipertahankan oleh kekuatan militer, kontan muncul pertanyaan: Apa yang mempertahankan tatanan militer? Mustahil mengorganisasi balatentara hanya dengan paksaan. Setidaknya sebagian panglima dan prajurit harus benar-benar mengimani sesuatu, entah itu Tuhan, kehormatan, tanah air, kejantanan, ataupun uang.
Pertanyaan yang lebih menarik lagi adalah mengenai orang-orang yang berdiri di puncak piramida sosial. Mengapa mereka ingin menerapkan suatu tatanan khayalan kalau mereka sendiri tidak mengimaninya?
(hlm. 135-136)
Dinding-Dinding Penjara
Tiga faktor utama yang mencegah manusia menyadari bahwa tatanan yang mengorganisasi hidup mereka hanya ada dalam imajinasi mereka adalah:
Tatanan khayalan itu tertanam di dunia material.
Tatanan khayalan itu membentuk hasrat kita
(hlm. 137)
Romantisme memberitahu kita bahwa guna memanfaatkan potensi manusiawi kita semaksimal mungkin kita harus memiliki sebanyak mungkin pengalaman berbeda. Kita harus membuka diri kepada kisaran emosi yang luas; kita harus mencicipi berbagai macam hubungan; kita harus mencoba bermacam-macam hidangan; kita harus belajar menghargai gaya-gaya musik yang berbeda. Salah satu cara terbaik untuk melakukan itu semua adalah membebaskan diri dari rutinitas harian, meninggalkan latar yang kita akrabi, dan pergi menjelajah ke negara-negara jauh, di mana kita bisa “mengalami” budaya, bau, rasa makanan, dan norma orang-orang lain. Kita mendengar lagi dan lagi mitos-mitos romantik mengenai “bagaimana pengalaman yang baru membuka mata saya dan mengubah hidup saya”.
(hlm. 139)
Tatanan khayalan itu bersifat antar-subjektif
Fenomena objektif hadir terlepas dari kesadaran manusia dan kepercayaan manusia. Radioaktivitas, misalnya, bukanlah mitos.
Hal yang subjektif adalah sesuatu yang keberadaannya bergantung kepada kesadaran dan kepercayaan seseorang.
(hlm. 140)
Hal yang antar-subjektif adalah sesuatu yang ada dalam jejaring komunikasi yang menautkan kesadaran subjektif banyak individu.
Seperti itu juga, dolar, hak asasi manusia, dan Amerika Serikat hadir dalam imajinasi bersama miliaran orang, dan seorang individu saja tidak bisa mengancam keberadaan hal-hal itu. Bila saya sendirian berhenti mempercayai dolar, hak asasi manusia, atau Amerika Serikat, itu tak akan berpengaruh besar. Tatanan-tatanan khayalan itu bersifat antar-subjektif, sehingga agar bisa mengubah mereka kita harus secara bersamaan mengubah kesadaran miliaran orang, dan itu tidak mudah. Perubahan sebesar itu hanya bisa dilaksanakan dengan bantuan organisasi kompleks, seperti partai politik, gerakan indeologis, atau kultus agama. Tapi guna mendirikan organisasi kompleks semacam itu kita harus meyakinkan banyak orang yang tak saling kenal untuk saling bekerja sama. Dan itu hanya akan terjadi bila orang-orang yang tak saling kenal mempercayai mitos-mitos bersama. Jadinya, untuk mengubah tatanan khayalan yang ada, pertama-tama kita harus mempercayai suatu tatanan khayalan alternatif
(hlm. 141)
Untuk melenyapkan Peugeot, misalnua, kita butuh membayangkan sesuatu yang lebih berkuasa, misalnya sistem hukum Prancis. Untuk melenyapkan sistem hukum Prancis kita perlu membayangkan sesuatu yang bahkan lebih berkuasa lagi, misalnya negara Prancis. Dan bila kita hendak melenyapkan negara Prancis juga, kita harus membayangkan sesuatu yang lebih berkuasa lagi.
Tidak ada cara keluar dari tatanan khayalan. Ketika kita merubuhkan dinding-dinding penjara kita dan berlari menuju kebebasan, kita sebenarnya berlari ke halaman luas penjara yang lebih besar.
(hlm. 143)
7. Ingatan Kepenuhan
Karena tatanan sosial Sapiens bersifat khayali, manusia tidak bisa melestarikan informasi teramat penting untk menjalankannya hanya dengan membuat salinan DNA-nya untuk diwariskan kepada keturunan. Harus dilakukan upaya sadar untuk mempertahankan hukum, adat-istiadat, prosedur, adab, kalau tidak tatanan sosial akan runtuk dengan cepat.
(hlm. 146)
Orang-orang pertama yang berhasil mengatasi masalah itu adalah bangsa Sumer Kuno, yang hidup di Mesopotamia selatan. Di sana, Matahari terik menyinari dataran-dataran berlumpur yang subur, menghasilkan panen melimpah dan kota-kota makmur. Seiring semakin banyaknya penduduk, semakin banyak pula informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasi kegiatan mereka. Antara 3500 SM dan 3000 SM, sejumlah orang jenius Sumer menciptakan sistem untuk menyimpan dan mengolah informasi di luar otak, suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa untuk mengurusi data matematis dalam jumlah besar. Orang-orang Sumer pun melepaskan tatanan sosial mereka dari keterbatasan otak manusia, membuka jalan bagi kemunculan kota-kota, kerajaan-kerajaan, dan imperium-imperium. Sistem pengolahan data yang diciptakan oleh orang-orang Sumer disebut “tulisan”.
Tertanda, Kushim
TULISAN adalah cara untuk menyimpan informasi melalui tanda-tanda material.
(hlm. 147)
Lempeng batu dengan tulisan administratif dari kota Uruk, kira-kira 3400-3000 SM. “Kushim” munkin merupakan gelar umum pemegang jabatan, atau nama seseorang. Bila kushim memang nama seseorang, dia bisa jadi individu pertama dalam sejarah yang namanya kita kenali!
(hlm. 148)
Aksara penuh adalah sistem tanda material yang bisa melambangkan bahasa lisan secara kurang-lebih sempurna. Oleh karena itu aksara penuh dapat mengekspresikan segala sesuatu yang orang katakan, termasuk puisi. Sedangkan aksara parsial adalah sistem tanda material yang hanya dapat melambangkan jenis-jenis informasi tertentu, yang berasal dari bidang aktivitas terbatas.
(hlm. 150)
Keajaiban Birokrasi
(hlm. 152)
Mereka saling hardik, adu mulut, dan mulai saling mendorong sebelum mereka menyadari bahwa mereka bisa menyelesaikan perselisihan dengan cara mendatangi arsip kerajaan, tempat disimpannya perjanjian dan resi penjualan yang berlaku bagi semua lahan di kerajaan.
(hlm. 154)
Agar berfungsi, orang-orang yang mengoprasikan sistem laci semacam itu harus diprogram ulang agar berhenti berpikir sebagai manusia dan mulai berpikir sebagai kerani dan akuntan.
(hlm. 155)
Bahasa Angka
(hlm. 156)
Satu persamaan untuk menghitung percepatan massa di bawah pengaruh gravitasi, menurut Teori Relativitas.
(hlm. 158)
8. Tidak Ada Keadilan dalam Sejarah
PEMAHAMAN sejarah manusia dalam ribuan tahun setelah Revolusi Pertanian mengerucut ke satu pertanyaan: bagaimana manusia mengorganisasi diri ke dalam jejaring kerja sama massal, padahal manusia tidak memiliki naluri biologis yang dibutuhkan untuk mempertahankan jejaring semacam itu? Jawaban ringkasnya adalah bahwa manusia menciptakan tatanan khayalan dan merancang aksara. Kedua ciptaan ini mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh warisan biologis kita.
(hlm. 159)
Dalam pandangan mereka, kesetaraan hanya berarti bahwa hukum yang sama berlaku kepada orang kaya dan orang miskin. Tidak ada hubungannya dengan tunjangan pengangguran, pendidikan terintegrasi, ataupun asuransi kesehatan.
(hlm. 160)
Setiap hierarki khayalan menyangkal asal-muasal fiktifnya dan mendaku sebagai sesuatu yang alami dan tak terhindarkan.
(hlm. 161)
Bila kita menerima penjelasan itu, maka perbedaan-perbedaan sosiopolitik antara kasta Brahmana dan Sudra menjadi alami dan abadi laksana perbedaan antara Matahari dan Bulan.1 Orang-orang Tiongkok kuno percaya bahwa ketika dewi Nü Wa menciptakan manusiadari tanah, dia mengulen kaum ningrat dari tanah kuning halus, sementara rakyat jelata dari lumpur coklat.2
Namun, sepemahaman kita, semua hierarki itu adalah produk imajinasi manusia.
(hlm. 162)
Hierarki punya fungsi penting. Hierarki memungkinkan orang-orang yang sepenuhnya tidak saling mengenal tahu bagaimana memperlakukan orang lain tanpa membuang-buang waktu dan energi yang dibutuhkan untuk menjadi akrab secara pribadi. Dalam Pygmalion karya George Bernard Shaw, Henry Higgins tidak butuh menjalin perkenalan akrab dengan Eliza Doolittle guna memahami bagaimana dia seharusnya berhubungan dengannya. Mendengar Eliza berbicara sudah cukup bagi Henry untuk mengetahui bahwa Eliza adalah anggota kelas bawah yang bisa dia perlakukan seenaknya—misalnya, dimanfaatkan sebagai pion dalam taruhan menyamarkan gadis penjual bunga menjadi seorang perempuan bangsawan.
(hlm. 164)
Lingkaran Setan
Misalnya, banyak cendekiawan menyimpulkanbahwa sistem kasta Hindu mulai terbentuk ketika orang-orang Indo-Arya menyerbu anak benua India sekitar 3.000 tahun silam, menundukkan populasi setempat.
(hlm. 165)
Bila kita ingin mengisolasi kelompok manusia mana pun—perempuan, Yahudi, Roma (Gipsi), homoseksual, kulit hitam—cara terbaik untuk melakukannya adalah meyakinkan setiap orang bahwa kelompok itu merupakan sumber pencemaran.
Kasta-kasta tidak kebal terhadap perubahan. Bahkan, seiring berlalunya waktu, kasta-kasta besar terbagi-bagi menjadi subkasta-subkasta. Pada akhirnya keempat kasta asli berkembang menjadi 3.000 pengelompokan yang disebut jati (arti harfiahnya “kelahiran”). Namun perkembangbiakan kasta tidak mengubah asas dasar sistem itu, yang menyatakan setiap orang terlahir dengan peringkat tertentu, dan pelanggaran terhadap aturan sistem kasta mencemari orang itu serta masyarakat secara keseluruhan. Jati seseorang menentukan profesinya, makanan yang boleh dia santap, tempat tinggalnya, dan orang-orang yang boleh dia nikahi. Biasanya seseorang hanya boleh menikah dengan sesama orang satu kasta, dan anak-anak yang dilahirkan mewarisi status kasta orangtuanya.
(hlm. 167)
Kemurnian di Amerika
Secara paradoks, keunggulan genetik (kekebalan) malah menjelma menjadi kelemahan sosial: justru karena orang-orang Afrika lebih cocok untuk iklim tropis daripada orang-orang Eropa, mereka menjadi budak majikan Eropa!
(hlm. 170)
(penelitian-penelitian tersebut mengabaikan kenyataan bahwa “fakta-fakta” itu adalah akibat diskriminasi terhadap orang-orang berkulit hitam).
(hlm. 171)
Orang-orang yang pernah menjadi korban dalam sejarah berkemungkinan akan menjadi korban lagi. Sementara orang-orang yang memperoleh keistimewaan dalam sejarah berkemungkinan memperoleh keistimewaan lagi.
(hlm. 173)
Kaum Adam dan Kaum Hawa
Alkitab menyatakan bahwa “Apabila seseorang bertemu dengan seorang gadis, yang masih perawan dan belum bertunangan, memaksa gadis itu tidur dengan dia, dan keduanya kedapatan, maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan gadis itu memberikan lima puluh syikal perak kepada ayah gadis itu, dan gadis itu haruslah menjadi istrinya” (Ulangan 22:28—9). Orang-orang Ibrani kuno menganggap penyelesaian itu masuk akal.
APAKAH pembagian menjadi laki-laki dan perempuan merupakan produk imajinasi, seperti sistem kasta di India dan sistem rasial di Amerika, ataukah pembagian alami dengan akar-akar biologis yang dalam? Dan kalau memang pembagian alami, adakah penjelasan biologis mengapa laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan?
(hlm. 175)
Bagaimana kita bisa membedakan antara apa yang merupakan ketetapan biologis? Aturan dasar yang bagus adalah “Biologi memungkinkan, Budaya melarang”.
(hlm. 177)
Keragaman tugas serupa juga berlaku bagi organ dan perilaku seksual kita. Seks pertama kali berevolusi untuk prokreasi (menghasilkan keturunan) sementara ritual pencumbuan awalnya adalah cara mengukur kebugaran calon pasangan kawin. Namun banyak hewan kini memanfaatkan keduanya untuk berbagai macam tujuan sosial yang tidak banyak kaitannya dengan menciptakan salinan-salinan kecil diri mereka. Simpanse, misalnya, memanfaatkan seks untuk menjalin persekutuan politik, memperkuat keakraban, dan mengurangi ketegangan. Tidak alamikah itu?
Jenis Kelamin dan Gender
(hlm. 179)
Guna mengurangi kebingungan, cendekiawan biasanya membedakan antara “jenis kelamin”, yang merupakan kategori biologis, dengan “gender”, kategori budaya.
(hlm. 185)
Tenaga Otot
Bila yang berarti hanyalah kemampuan fisik kasar, Sapiens akan mendarat di anak tangga tengah. Namun keahlian mental dan sosial menempatkan Sapiens di puncak. Oleh karena itu wajar saja bila rantai kekuasaan di dalam spesies itu juga lebih ditentukan oleh kemampuan mental dan sosial daripada kekuatan brutal. Maka, sulit dipercaya bahwa hierarki sosial paling berpengaruh dan paling stabil dalam sejarah didasari oleh kemampuan laki-laki untuk menundukkan perempuan secara fisik.
(hlm. 187)
Sampah Masyarakat
Untuk mengelola perang, memang stamina diperlukan, namun kekuatan fisik atau keagresifan tidak terlalu dibutuhkan. Perang bukanlah perkelahian di bar. Perang adalah proyek sangat kompleks yang membutuhkan organisasi, kerja sama, dan kemampuan membujuk dengan derajat luar biasa tinggi.
Augustus yang tidak kompeten dari segi militer sukses mendirikan rezim kekaisaran yang stabil, mencapai prestasi yang luput dari tangan Julius Caesar maupun Alexander Agung, yang sama-sama merupakan jenderal yang lebih piawai. Baik rekan-rekan semasanya yang mengaguminya maupun para ahli sejarah modern kerap mengatakan bahwa pencapaiannya itu disebabkan oleh sifat clementia—lembut hati dan welas asih—yang Augustus miliki.
(hlm. 188-189)
Gen Patriarkis
Sewaktu laki-laki saling bersaing memperebutkan kesempatan untuk menghamili perempuan subur, kesempatan reproduksi seorang laki-laki bergantung terutama kepada kemampuannya untuk mengalahkan dan menundukkan laki-laki lain. Seiring berlalunya waktu, gen-gen maskulin yang diturunkan ke generasi berikutnya adalah yang dimiliki oleh laki-laki paling ambisius, agresif, dan kompetitif.
Guna memastikan kelangsungan hidupnya sendiri dan anak-anaknya, perempuan itu tak punya banyak pilihan selain menyetujui syarat apa pun yang ditetapkan laki-laki agar si laki-laki mau tetap bersamanya dan berbagi beban. Seiring berlalunya waktu, gen-gen feminin yang diturunkan ke generasi berikutnya adalah yang dimiliki perempuan-perempuan yang merupakan perawat bersifat patuh. Perempuan yang menghabiskan terlalu banyak waktu bertarung memperebutkan kekuasaan tidak meninggalkan gen-gen digdaya itu unuk generasi-generasi berikutnya.
Hasil strategi-strategi kelestarian yang berbeda itu—demikian menurut teorinya—adalah laki-laki terprogram untuk menjadi ambisius dan kompetitif, mengejar keunggulan dalam politik dan bisnis, sementara perempuan cenderung meminggirkan diri danmencurahkan kehidupan untuk membesarkan anak-anak.
(hlm. 190)
Tapi yang kita tahu adalah bahwa selama satu abad terakhir peran-peran gender telah mengalami revolusi besar-besaran. Semakin banyak masyarakat kini memberikan status hukum, hak politik, dan kesempatan ekonomi yang setara bagi laki-laki maupun perempuan. Walaupun kesenjangan gender masih besar, perubahan bergerak dengan kecepatan luar biasa. Ketika pada 1913 para pejuang hak pilih perempuan mencengangkan publik As dengan tuntutan menghebohkan mereka agar perempuan diberi hak pilih, siapa yang bermimpi bahwa pada 2013, lima hakim Mahkamah Agung AS, tiga di antaranya perempuan, memutuskan mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis (mengalahkan keberatan empat hakum laki-laki)?
Perubahan-perubahan dramatis itulah yang membuat sejarah gendar sedemikian membingungkan. Bila, seperti yang tampak dengan sedemikian jelas sekarang, sistem patriarkis didasari mitos-mitos tak berdasar dan bukan fakta-fakta biologis, maka apa yang menyebabkan sistem itu sedemikian universal dan stabil?
(hlm. 191)
BAGIAN III
Pemersatu Umat Manusia
9. Anak Panah Sejarah
(hlm. 194)
Tidak seperti hukum-hukum fisika, yang bebas dari ketidakkonsistenan, setiap tatanan buatan manusia disarati kontradiksi internal. Kebudayaan senantiasa berupaya mendamaikan kontradiksi-kontradiksi itu, dan proses tersebut mendorong perubahan.
(hlm. 195)
Sewaktu berlaga dalam Perang Salib, para ksatria bisa memamerkan kepiawaian militer dan kesalehan sekaligus.
Satu contoh lagi adalah tatanan politik modern. Sejak Revolusi Prancis, orang-orang di seluruh dunia berangsur-angsur memandang kesetaraan dan kebebasan individu sebagai nilai-nilai mendasar. Namun kedua nilai itu saling berkontradiksi. Kesetaraan hanya bisa diwujudkan dengan membatasi kebebasan orang-orang yang berkeadaan lebih baik. Menjamin bahwa setiap individu bebas melakukan apa pun yang dia inginkan tak pelak mencurangi kesetaraan. Seluruh riwayat politik dunia sejak 1789 dapat dipandang sebagai serangkaian upaya mendamaikan kontradiksi ini.
(hlm. 196)
Kontradiksi-kontradiksi semacam itu adalah bagian tak terpisahkan di setiap kebudayaan manusia.
(hlm. 197)
Bila Anda benar-benar ingin memahami, misalnya, orang-orang Muslim yang persi shalat di masjid di ujung jalan, jangan mencari-cari serangkaian nilai sempurna yang dianggap penting setiap Muslim. Jutru, pelajarilah dilema kebudayaan Muslim, di mana aturan-aturan bertabrakan dan standar-standar berselisih. Tepat di tempat kaum Muslim terombang-ambing di antara dua hal yang sangat penting, di situlah Anda akan paling bisa memahami mereka.
(hlm. 200)
Satelit Mata-mata
Si raksasa Afro-Asia butuh beberapa abad untuk mencerna semua yang dia telan, namun proses itu tak lagi dapat dibalikkan. Kini nyaris semua manusia menganut sistem geopolitik yang sama (keseluruhan planet terbagi-bagi menjadi negara-negara yang diakui secara internasional); sistem ekonomi yang sama (kekuatan pasar kapitalis menyentuh bahkan sudut-sudut terjauh di dunia); sistem hukum yang sama (hak asasi dan hukum internasional berlaku di mana saja, setidaknya secara teori); dan sistem sains yang sama (pakar-pakar di Iran, Israel, Australia, maupun Argentina memiliki pandangan yang tepat sama tentang struktur atom atau cara pengobatan tuberkolosis).
(hlm. 203-204)
Visi Global
Millenium pertama SM menjadi saksi kemunculan tiga tatanan berpotensi universal, yang penganut-penganutnya untuk pertama kali bisa membayangkan seluruh dunia dan seluruh umat manusia sebagai satu kesatuan yang diatur oleh seperangkat hukum tunggal. Semua orang adalah “kita”, setidaknya secara potensial. Tidak lagi ada “mereka”. Tatanan universal pertama yang muncul bersifat ekonomik: tatanan moneter. Tatanan universal kedua bersifat politik: tatanan imperium. Tatanan universal ketiga bersifat religius: tatanan agama-agama universal seperti Buddha, Kristen, dan Islam.
Para saudagar, penakluk, dan nabi adalah orang-orang pertama yang berhasil melampaui pembagian biner evolusi, “kita vs mereka”, dan melihat potensi penyatuan umat manusia. Bagi para saudagar, seluruh dunia adalah satu pasar tunggal dan semua manusia merupakan pelanggan potensial. Mereka mencoba mendirikan tatanan ekonomi yang berlaku bagi semua orang, di mana pun. Bagi para penakluk, keseluruhan dunia adalah satu imperium tunggal dan setiap manusia adalah rakyat potensial, sementara bagi para nabi, keseluruhan dunia memegang satu kebenaran tungal dan semua manusia merupakan orang beriman potensial. Mereka juga mencoba mendirikan tatanan yang berlaku bagi siapa pun di mana pun.
Bagaimana bisa uang berhasil padahal tuhan dan raja gagal?
10. Harum Uang
(hlm. 209)
Dalam ekonomi barter, setiap hari pembuat sepatu dan petani apel harus mempelajari ulang harga-harga relatif lusinan komoditas. Bila seratus komoditas berbeda diperdagangkan di pasar, maka penjual dan pembeli harus mengetahui 4.950 kurs pertukaran. Dan bila ada 1.000 komoditas berbeda yang diperdagangkan, penjual dan pembeli harus berurusan dengan 499.500 kurs pertukaran!5 Bagaimana mengatasinya?
Sejumlah masyarakat mencoba memecahkan masalah itu dengan mendirikan sistem barter sentral yang mengumpulkan produk-produk dari pembudidaya dan pengrajin spesialis dan membagikannya kepada yang membutuhkan. Percobaan semacam itu yang paling besar dan paling terkenal dilakukan di Uni Soviet, dan gagal total. “Setiap orang bekerja sesuai kemampuannya, dan menerima sesuai yang dia butuhkan” pada praktiknya berubah menjadi “setiap orang bekerja sesedikit mungkin, dan menerima sebanyak yang bisa mereka sambar”.
(hlm. 210)
Cangkang dan Rokok
UANG diciptakan berkali-kali di banyak tempat. Pengembangannya tidak memerlukan terobosan teknologi—melainkan sepenuhnya revolusi mental.
(hlm. 211)
Bahkan, hingga kini uang logam dan uang kertas merupakan bentuk uang yang langka. Pada 2006, total jumlah uang di dunia adalah sekitar $473 triliun, namun jumlah total uang logam dan uang kertas kurang daripada $47 triliun.7 Lebih daripada 90 persen uang—lebih daripada $400 triliun yang muncul di rekening kita—hanya ada di server-server komputer.
Uang juga membebaskan petani apel dari keharusan.
Ini barangkali merupakan sifat uang yang paling dasar. Setiap orang selalu menginginkan uang karena semua orang lain juga selalu menginginkan uang, yang berarti kita bisa mempertukarkan uang dengan apa pun yang kita inginkan atau butuhkan.
(hlm. 213)
Bagaimana Uang Bekerja?
CANGKANG bilalu dan dolar memiliki nilai hanya dalam imajinasi kita bersama.
Orang-orang bersedia melakukan hal-hal semacam itu sewaktu mereka mempercayai potongan-potongan imajinasi kolektif mereka. Kepercayaan adalah bahan mentah yang digunakan untuk mencetak semua jenis uang.
(hlm. 214)
Uang adalah sistem kesaling-percayaan paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan.
(hlm. 217)
Itulah mengapa memalsukan uang selalu dianggap sebagai kejahatan yang jauh lebih serius daripada penipuan jenis lain. Memalsukan uang bukan hanya berbuat curang—itu adalah pelanggaran terhadap kedaulatan, tindakan subversi melawan kekuasaan, hak istimewa, dan pribadi sang raja. Istilah hukumnya adalah lese-majeste (melanggar kemuliaan), dan biasanya dihukum dengan siksaan dan kematian.
(hlm. 218)
Kaidah Emas
Dinar masih merupakan nama resmi mata uang di Yordania, Irak, Serbia, Makedonia, Tunisia, dan beberapa negara lain.
(hlm. 223)
11. Visi Imperial
(hlm. 224)
Scipio, yang menghormati semangat bertarung dan keahlian bela diri orang-orang Numantia, memilih untuk tidak menyia-nyiakan prajuritnya dalam adu fisik yang tidak dibutuhkan. Dia malah menegepung Numantia dengan barisan kubu, memblokir kontak kota itu dengan dunia luar. Kelaparan membantu dia mencapai tujuan. Seolah setahun lebih, persediaan makanan Numantia menipis. Ketika orang-orang Numantia menyadari bahwa semua harapan mereka telah kandas, mereka membakar kota; menurut catatan-catatan Romawi, sebagian besar mereka bunuh diri agar tidak menjadi budak Romawi.
Kita ingin melihat orang-orang yang diremehkan menang. Namun tidak ada keadilan dalam sejarah. Kebanyakan kebudayaan masa silam cepat atau lambat menjadi mangsa balatentara imperium yang keji, yang menggilas mereka sampai terhapuskan dari muka bumi. Imperium pun pada akhirnya runtuh, namun cenderung meninggalkan warisan yang kaya dan bertahan lama. Hampir semua orang pada abad ke -21 merupakan keturunan suatu imperium..
(hlm. 226)
Imperium tidak harus muncul dari penaklukan militer. Imperium Athena bermula sebagai suatu liga sukarela, sementara Imperium Habsburg terlahir dari pernikahan, disatukan oleh serangkaian persekutuan pernikahan culas. Imperium Britania, imperium terbesar dalam sejarah, diperintah oleh demokrasi.
Athena memerintah seartus lebih bekas negara-kota merdeka, sementara Imperium Aztek, bila kita bisa mempercayai catatan perpajakannya, memerintah 371 suku dan bangsa.1
(hlm. 227)
Imperium Jahat?
Kenyataan, imperium merupakan bentuk organisasi politik paling umum di dunia selama 2.500 tahun terakhir.
(hlm. 229)
Elite imperium menggunakan laba penaklukan untuk membiayai bukan hanya balatentara dan benteng, melainkan juga filosofi, seni, keadilan, dan amal.
(hlm. 230)
Kini sebagian besar kita berbicara, berpikir, dan bermimpi dalam bahasa-bahasa imperium yang tadinya dipaksakan kepada leluhur kita dengan pedang.
(hlm. 231)
Demi Kebaikanmu Sendiri
Kurusy tidak memandang dirinya sebagai raja Persia yang berkuasa atas orang-orang Yahudi—dia juga raja orang-orang Yahudi, sehingga bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka.
(hlm. 233)
Orang atau keluarga itu kemudian memerintah Segala Sesuatu di Bawah Langit (Tianxia) demi kepentingan semua penduduknya. Dengan demikian, kewenangan sah adalah—bersdasarkan definisi—bersifat universal.
(hlm. 235)
Ketika Mereka Menjadi Kita
Matahari tak pernah berhenti menyinari misi Britania untuk menyebarkan ajaran kembar liberalisme dan perdagangan bebas. Uni Soviet merasa terikat kewajiban untuk menggerakkan derap sejarah yang ttak terhentikan dari kapitalisme menuju kediktatoran utopia kaum proletar. Banyak orang Amerika Serikat kini percaya bahwa pemerintah AS memiliki kewajiban moral untuk menyebarkan manfaat-manfaat demokrasi dan hak asasi manusia ke negara-negara Dunia Ketiga, bahkan meskipun hal-hal itu diantarkan dengan rudal dan F-16.
(hlm. 237)
Pada 48 M Kaisar Claudius memasukkan sejumlah orang Galia kesohor ke dalam Senat, yang, katanya dalam pidato, “adat, budaya, dan ikatan pernikahannya telah membaur dengan kita sendiri”. Para senator yang congkak memprotes dimasukkannya mantan-mantan musuh itu ke jantung sistem politik Romawi. Claudius mengingatkan mereka akan satu kebenaran yang menohok. Kebanyakan keluarga para senator sendiri merupakan keturunan suku-suku yang dulu memerangi Roma, dan kemudian dianugerahi kewarganegaraan Romawi. Bahkan, sang kaisar mengingatkan mereka, keluarganya sendiri merupakan keturunan bangsa Sabini.5
(hlm. 239)
Selama 2.000 tahun lebih, beraneka kelompok etnik dan budaya yang tadinya disebut orang barbar sukses diintegrasikan ke dalam kebudayaan kekaisaran Tiongkok dan menjadi orang Han (dinamakan demikian menuruti nama Kekaisaran Han yang memerintah Tiongkok sejak 206 SM sampai 220 M).
(hlm. 234)
Berapa banyak orang India masa kini yang mau menyerukan pemungutan suara untuk menghapus demokrasi, bahasa inggris, jaringan kereta api, sistem hukum, kriket, dan teh dengan alasan semua itu merupakan warisan imperium?
(hlm. 247)
12. Hukum Agama
(hlm. 248)
Kini agama kerap dianggap sebagai salah satu sumber diskriminasi, perselisihan, dan perpecahan. Padahal kenyataannya, agama merupakan pemersatu akbar ketiga umat manusia, setelah uang dan imperium. Oleh karena semua tatanan dan hierarki sosial adalah hasil khayalan, semuanya rapuh, dan semakin besar ukurannya, semakin rapuh pula masyarakat. Peran krusial agama dalam sejarah adalah memberikan legitimasi adimanusiawi kepada struktur-struktur rapuh itu. Agama-agama menyatakan bahwa hukum-hukum kita bukanlah hasil olah pikir manusia, melainkan diperintahkan oleh otoritas mutlak dan mahakuasa. Ini membantu menempatkan setidaknya sejumlah hukum mendasar di luar jangkauan tantangan, sehingga memastikan stabilitas sosial.
Agama menyatakan ada tatanan adimanusia (superhuman order), yang bukan merupakan produk olah pikir atau kesepakatan manusia.
Berdasarkan tatanan adimanusia itu, agama menetepkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggapnya mengikat.
(hlm. 249)
Pertama, agama harus mendukung keberadaan tatanan adimanusiawi universal yang berlaku kapan pun dan dimana pun. Kedua, agama harus bersikeras menyebarkan kepercayaan itu kepada setiap orang. Dengan kata lain, agama harus bersifat universal dan berdakwah (missionary).
Padahal mayoritas agama kuno bersifat lokal dan eksklusif. Para pengikut mereka mempercayai dewa-dewi dan arwah lokal, dan tidak tertarik membuat seluruh umat manusia berpindah agama. Sejauh yang kita tahu, agama-agama universal dan berdakwah baru muncul pada milenium ke-1 SM. Kemunculan agama universal adalah salah satu revolusi terpenting dalam sejarah, dan memberikan sumbangsih vital kepada pemersatuan umat manusia, mirip sekali dengan kemunculan imperium universal dan uang universal.
(hlm. 257)
Tuhan Itu Satu
Agama monoteistik pertama yang kita ketahui muncul di Mesir, kira-kira 350 SM, ketika Firaun Akhenaten memaklumatkan bahwa salah satu dewa rendah dalam jajaran dewa-dewi Mesir, dewa Aten, sebenarnya merupakan kekuatan tertinggi yang mengatur alam semesta.
Terobosan besar datang bersama agama Kristen. Agama Kristen bermula sebagai satu sekte esoterik Yahudi yang berupaya meyakinkan orang-orang Yahudi bahwa Yesus dari Nazaret adalah juru selamat yang telah lama mereka tunggu-tunggu. Tapi salah seorang pemimpin pertama sekte tersebut, Paulus dari Tarsus, berpikir bahwa bila kekuatan tertinggi di alam semesta memiliki kepentingan dan bias, dan bia Dia repot-repot berinkarnasi menjadi manusia dan mati di salib demi keselamatan umat manusia, maka itu sesuatu yang perlu didengar semua orang, bukan hanya orang-orang Yahudi. Oleh karena itu perlu untuk menyebarkan kabar baik—Injil—mengenai Yesus ke seluruh dunia.
(hlm. 258)
Para penganut monoteisme cenderung jauh lebih fanatik dan gemar berdakwah daripada penganut politeisme. Agama yang mengakui keabsahan kepercayaan-kepercayaan lain menyiratkan bahwa tuhannya bukanlah kekuatan tertinggi di alam semesta, atau bahwa agama tersebut menerima hanya sebagian kebenaran universal dari Tuhan. Oleh karena para penganut monoteisme selama ini biasanya mempercayai bahwa mereka memegang keseluruhan pesan dari satu-satunya Tuhan, mereka telah terdorong untuk menyangkal semua agama lain. Selama dua ribu tahun terakhir, para pengikut monoteisme berulang-ulang mencoba memperkuat posisi dengan melenyapkan semua pesaing—kadang lewat kekerasan.
Upaya itu berhasil. Pada awal abad ke-1 M, nyaris tidak ada penganut monoteisme di dunia. Sekitar 500 M, salah satu imperium terbesar di dunia—Kekaisaran Romawi—merupakan negara Kristen, dan para misionaris sibuk menyebarkan agama Kristen ke bagian-bagian lain Eropa, Asia, dan Afrika.
(hlm. 259)
Dalam teori, begitu seseorang mempercayai bahwa kekuatan tertinggi di alam semesta memiliki kepentingan dan bias, apa gunanya memuja pemegang kekuatan parsial? Siapa yang ingin mendekati birokrat rendahan kalau kantor presiden bebas Anda masuki? Dan memang, tologi monoteistik cenderung membantah keberadaan semua dewa lain kecuali Tuhan yang mahakuasa, serta mengancamkan api neraka dan hujan batu bagi siapa pun yang berani memuja dewa-dewi lain itu.
(hlm. 260- 261)
Pertempuran Antara Kebaikan dan Kejahatan
POLITISME melahirkan bukan hanya agama-agam monoteistik, melainkan juga agama-agama dualistik. Agama-agama dualistik mempercayai keberadaan dua kekuatan yang bertentangan: kebaikan dan kejahatan
Dualisme merupakan cara pandang dunia yang sangat menarik karena memiliki jawaban pendek dan sederhana bagi Pertanyaan Mengenai Kejahatan (Problem of Evil) yang terkenal, salah satu perkara mendasar dalam pemikiran manusia. “Mengapa ada kejahatan di dunia ini? Mengapa ada penderitaan? Mengapa hal-hal buruk terjadi kepada orang-orang baik?” Para pengikut monoteisme harus berakrobat intelektual untuk menjelaskan bagaimana Tuhan yang Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Baik membiarkan sedemikian banyak penderitaan di dunia ini. Salah satu penjelasan yang dikenal luas adalah bahwa itulah cara Tuhan memungkinkan adanya kehendak bebas manusia. Bila tidak ada kejahatan, manusia tidak bisa memilih antara kebaikan dan kejahatan, sehingga tidak akan ada kehendak bebas. Tapi itu jawaban tak intuitif yang kontan memancing banyak pertanyaan baru. Kehendak bebas memungkinkan manusia memilih kejahatan. Memang banyak yang memilih kejahatan, dan menurut keterangan monoteisme standar, pilihan itu akan menyebabkan hukuman Tuhan dijatuhkan. Tapi bila Tuhan tahu sejak awal bahwa seseorang akan menggunakan kehendak bebasnya untuk memilih kejahatan, dan bahwa sebagai akibatnya orang itu akan dihukum menderita selamanya di neraka, mengapa Tuhan menciptakan orang itu?
(hlm. 262)
Pandangandualis juga punya kekurangan. Betul, pandangan dualis menawarkan pemecahan yang sangat sederhana bagi Pertanyaan Mengenai Kejahatan. Namun dia kelimpungan menghadapi Pertanyaan Mengenai Keteraturan (Problem of Order). Bila ada dua kekuatan yang berlawanan di dunia ini, yang satu baik sementara yang satu lagi jahat, siapa yang menetapkan hukum-hukum yang mengatur pergelutan antara keduanya?
Ada satu cara logis untuk menjawab teka-teki tersebut: berargumen bahwa hanya ada satu Tuhan Maha Kuasa yang menciptakan segala sesuatu di seluruh dunia—dan Tuhan itu jahat. Namun tidak seorang pun dalam sejarah sanggup mencerna kepercayaan semacam itu.
Zoroastrianisme memandang dunia sebagai pertempuran kosmik antara dewa kebaikan Ahura Mazda dan dewa kejahatan Angra Mainyu.
(hlm. 263)
Tak terhitung banyaknnya orang Kristen, Muslim, dan Yahudi yang mempercayai suatu kekuatan jahat yang digdaya—seperti yang disebut orang-orang Kristen sebagai Iblis atau Setan—yang dapat bertindak secara mandiri, bertarung melawan Tuhan yang baik, dan menimbulkan kekacauan tanpa seizin Tuhan.
(hlm. 264)
Satu lagi konsep kunci dualisme, terutama dalam Gnostisisme dan Manikeisme, adalah pembedaan tegas antara raga dan jiwa, antara zat dan roh.
Para ahli agama memiliki nama bagi pengakuan bersamaan gagasan-gagasan berbeda dan bahkan kontradiktif serta kombinasi ritual dan praktik yang diambil dari sumber yang berbeda-beda. Istilahnya adalah sinkreatisme. Bahkan mungkin sinkreatisme adalah agama dunia yang paling besar.
(hlm. 265)
Hukum Alam
Contoh utama adalah agama Buddha, agama hukum alam kuno yang paling penting, yang tetap merupakan salah satu keyakinan terbesar di dunia saat ini.
(hlm. 268)
Latihan-latihan itu melatih akalbudi untuk memusatkan seluruh perhatian kepada pertanyaan, “Apa yang sedang kualami sekarang?” bukan “Apa yang aku lebih ingin alami daripada ini?” Sulit untuk mencapai kondisi akalbudi demikian, namun tidak mustahil.
Kesengsaraan muncul akibat keinginan; satu-satunya cara agar terbebaskan sepenuhnya dari penderitaan adalah dengan menjadi terbebaskan sepenuhnya dari keinginan; dan satu-satunya cara terbebas dari keinginan adalah melatih akalbudi untuk mengalami realitas secara apa adanya.
(hlm. 269)
Asas pertama agama monoteistik adalah “Tuhan ada. Apa yang dia inginkan dariku?” Asas pertama agama Buddha adalah “Kesengsaraan ada. Bagaimana meloloskan diri darinya?”
Bila akalbudi seseorang terbebas dari keinginan, maka tidak ada dewa yang bisa membuatnya sengsara. Sebaliknya, begitu akalbudi seseorang digelayuti perasaan ingin, semua dewa di alam semesta tidak bisa menyelamatkannya dari kesengsaraan.
(hlm. 270)
Pemujaan Terhadap Manusia
Zaman modern telah menyaksikan kebangkitan seumlah agama-agama hukum alam yang baru, seperti liberalisme, Komunisme, kapitalisme, nasionalisme, dan Nazisme. Ajaran-ajaran itu tidak suka disebut agama, dan menyebut diri sebagai ideologi. Namun ini hanya permainan kata.
(hlm. 271)
Komunisme memiliki ahli-ahli teologi yang menguasai dialektika Marxis, dan setiap komisar, yang memantau kepatuhan para prajurit dan perwira. Komunisme memiliki martir, perang suci, dan bid’ah, semisal Trotskyisme.
(hlm. 273)
Kini, sekte humanisme terpenting adalah humanisme liberal, yang mempercayai bahwa “kemanusiaan” adalah suatu sifat individu-individu manusia, dan bahwa kebebasan individu karenanya bersifat paling keramat.
(hlm. 274)
Walaupun mengeramatkan manusia, humanisme liberal tidak membantah keberadaan Tuhan, dan bahkan sebenarnya didirikan berlandaskan kepercayaan-kepercayaan monotesitik. Kepercayaan liberal akan hakikat merdeka dan sakral setiap individu adalah warisan langsung kepercayaan tradisional Kristen akan jiwa-jiwa individu yang merdeka dan abadi. Seandainya tidak ada jiwa abadi dan Tuhan Pencipta, maka secara memalukan kaum liberal akan kesulitan menjelaskan apa yang sedemikian istimewa perihal individu Sapiens.
Satu lagi sekte penting adalah humanisme sosialis. Kaum sosialis percaya bahwa “kemanusiaan” bersifat kolektif, bukan individualistik.
(hlm. 275)
Seperti humanisme liberal, humanisme sosialis dibangun di atas landasan-landasan monoteistik. Gagasan bahwa semua manusia setara adalah versi baru pengakuan monoteistik bahwa semua jiwa setara di hadapan Tuhan. Satu-satunya sekte humanis yang terlepas dari monoteisme tradisional adalah humanisme evolusioner, yang wakil paling terkenalnya adalah Nazi. Yang membedakan Nazi dengan sekte-sekte humanis lain adalah definisi Nazi yang berbeda mengenai “kemanusiaan”, definisi yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi. Berbeda dengan para humanis lain, Nazi percaya bahwa umat manusia bukanlah sesuatu yang universal dan kekal, melainkan spesies yang dapat berubah, baik itu berevolusi ataupun berdegenerasi. Manusia bisa berevolusi menjadi adimanusia, atau berdegenerasi menjadi submanusia.
(hlm. 276)
Agama-agama Humanis:
Agama-agama yang Memuja Kemanusiaan
Bila dibiarkan berbiak, terutama kawin campur dengan orang-orang Arya, mereka akan mencemari semua populasi manusia dan mendorong Homo sapiens ke arah kepunahan.
(hlm. 277)
Poster propaganda Nazi menunjukkan di sebelah kanan “seorang Arya ras murni” dan di sebelah kiri “hasil kawin silang”. Kekaguman Nazi terhadap tubuh manusia tampak jelas, demikian pula ketakutan mereka bahwa ras-ras yang lebih rendah dapat mencemari kemanusiaan dan menyebabkan degenerasi.
(hlm. 278)
Kebijakan White Australia yang membatasi imigrasi orang-orang yang tidak berkulit putih ke Australia tetap berlaku sampai 1973.
Nazi tidak membenci kemanusiaan. Nazi memerangi humanisme liberal, hak-hak asasi manusia, dan Komunisme justru karena mengagumi kemanusiaan dan mempercayai potensi besar spesies manusia. Namun mengikuti logika evolusi Darwinan, Nazi berargumen bahwa seleksi alam harus dibiarkan untuk membuang individu-individu paling sesuai untuk bertahan hidup dan bereproduksi.
(hlm. 280)
Para ilmuawan yang mempelajari bagian dalam organisme manusia tidak menemukan jiwa di situ. Mereka semakin kuat mendukung argumen bahwa perilaku manusia ditentukan oleh hormon, gen, dan sinapsis, bukan oleh kehendak bebas—kekuatan-kekuatan yng sama dengan menentukan perilaku simpanse, serigala, dan semut. Sebagian besar sistem pengadilan dan politik kita berupaya menyembunyikan semua temuan yang menggelisahkan itu. Namun, jujur saja, berapa lama kita bisa mempertahankan tembok yang memisahkan departemen biologi dari departemen hukum dan ilmu politik?
(hlm. 280)
13. Rahasia Keberhasilan
PERNIAGAAN, imperium, dan agama-agama universal pada akhirnya mempersatukan semua Sapiens di setiap benua menjadi dunia global tempat kita hidup kini.
Mengapa ada sekitar 2 miliar orang Kristen dan 1,2 miliar Muslim, namun hanya 150.000 penganut Zoroastrianisme dan nol penganut Manikeisme?
1. Sesaat Pikir Kilas Balik
Pada awal abad ke-4 Masehi, Kekaisaran Romawi menghadapi luar biasa banyaknya kemungkinan beragama.
(hlm. 283)
Ada bedanya menjabarkan “bagaimana” dan menjelaskan “mengapa”? menjabarkan “bagaimana” berartii menyusun ulang serangkaian peristiwa spesifik yang mengarah dari satu titik ke titik lain. Menjelaskan “mengapa” berarti menemukan hubungan sebab-akibat yang menyebabkan terjadinya serangkaian peristiwa spesifik itu dan bukan semua peristiwa lain.
Orang-orang yang mengetahui lebih banyak informasi mengenai periode tersebut jauh lebih menyadari jalan-jalan yang tidak diambil.
Sejatinya, orang-orang yang mengetahui periode tersebut secara paling baik–orang-orang yang hidup pada masa itu–adalah yang paling tidak paham apa-apa.
(hlm. 284)
Pada Oktober 1913, kaum Bolshevik adalah satu faksi radikal kecil di Rusia. Tidak ada orang berakal sehat yang akan memprediksi bahwa dalam tak lebih daripada empat tahun mereka akan menguasai seluruh negara tersebut.
Kekuatan geografis biologis, dan ekonomi menciptakan batas-batas. Namun batas-batas itu menyiksakan cukup ruang bagi perkembangan-perkembangan yang mengejutkan, yang seolah tidak terikat oleh hukum determinsik apa pun.
(hlm. 285)
Kesimpulan itu mengecewakan banyak orang, yang lebih menyukai sejarah yang deterministik. Determinisme memukai karena menyiratkan bahwa dunia kita dan kepercayaan-kepercayaan kita merupakan produk alami dan tak terhindarkan dalam sejarah.
Sejarah tidak bisa dijelaskan secara deterministik dan tidak bisa diprediksi karena sedemikian khaotik (chaotic).
Khaos tingkat dua adalah khaos yang bereaksi terhadap prediksi-prediksi mengenainya, sehingga tak pernah bisa diprediksi secara akurat. Pasar, misalnya, merupakan sistem khaotik tingkat dua. Apa yang akan terjadi bila kita mengembangkan program komputer yang memprakirakan dengan akurasi 100 persen harga minyak esok hari? Harga minyak akan langsung bereaksi terhadap prakiraan tersebut, sehingga prakiraan itu akan gagal mewujud.
(hlm. 286)
Politik juga merupakan sistem khaotik tingkat dua. Banyak orang yang mengkritik ahli-ahli Soviet karena gagal memperkirakan revolusi 1989 dan mencela pakar-pakar Timur Tengah karena tidak mengantisipasi revolusi Muslim Semi Arab pada 2011. Itu tidak adil. Revolusi pada dasarnya tidak bisa diprediksi. Revolusi yang bisa diprediksi tidak pernah pecah.
Jadi mengapa mempelajari sejarah? Tak seperti fisika atau ilmu ekonomi, sejarah bukanlah cara untuk membuat prediksi yang akurat. Kita mempelajari sejarah bukan untuk mengetahui masa depan melainkan untuk memperluas cakrawala kita, untuk mengerti bahwa
(hlm. 287)
2. Sejarah yang Buta
Situasi kita masa kini tidaklah alami atau tak terhindarkan, sehingga kita memiliki lebih banyak kemungkinan di hadapan kita yang bisa kita bayangkan.
Umat Islam mempercayai bahwa jatuhnya Kerajaan Sasania ke tangan Islam berfaedah bagi umat manusia. Namun faedah itu hanya terlihat bila kita semua saat ini lebih buruk seandainya dulu agama Kristen dan Islam terlupakan atau kalah.
(hlm. 288)
Sebaliknya, kebudayaan adalah parasit mental yang muncul secara tidak disengaja, dan sesudahnya itu memanfaatkan semua orang yang terinfeksi olehnya.
Pendekatan ini terkadang disebut memetika (memetics). Memetika mengasumsikan bahwa, sebagaimana evolusi organik didasari replikasi satuan-satuan informasi organik yang disebut “gen”, maka evolusi budaya didasari satuan-satuan informasi budaya yang disebut “meme”.1 Kebudayaan yang sukses adalah yang sangat baik dalam mereproduksi meme-memenya, terlepas dari apa pun kerugian dan keuntungan bagi manusia-manusia inangnya.
(hlm. 289)
Begitu rakyat di satu negara terinfeksi nasionalisme, rakyat negara-negara tetangga juga kemungkinan akan terserang infeksi yang sama. Virus nasionalis merasa dirinya berfaedah bagi manusa, padahal dia berfaedah terutama hanya bagi dirinya sendiri.
“Perlombaan senjata” adalah pola perilaku yang menyebarkan diri sendiri bagaikan virus dari satu negara ke negara lain, membahayakan setiap orang, namun mengguntungkan dirinya sendiri, sesuai kriteria evolusi yaitu kesintasan dan reproduksi. (Ingatlah bahwa perlombaan senjata, seperti gen, tidak punya kesadaran – dia tidak secara sadar berupaya bertahan hidup dan bereproduksi. Penyebarannya adalah hasil tak disengaja dari dinamika yang digdaya.)
(hlm. 290)
Mengapa, dari semua tempat, Revolusi Sains dimulai sana, bukan di Tiongkok atau India? Mengapa revolusi itu dimulai pada pertengahan milenium ke-2 Masehi, bukan dua abad sebelumnya atau tiga abad setelahnya? Kita tidak tahu. Para cendekiawan telah mengajukan lusinan teori, namun tidak ada yang benar-benar meyakinkan.
(hlm. 291)
BAGIAN IV Revolusi Sains
(hlm. 293)
14. Penemuan Ketidaktahuan
Pada 1500, ada sekitar 500 juta Homo sapiens di seluruh dunia. Kini, ada 7 miliar.1 Nilai total barang dan jasa yang dihasilkan oleh umat manusia pada 1500 diperkirakan sebesar $250 miliar, dalam nilai dolar saat ini.2 Kini, nilai produksi manusia dalam setahun mendekati $60 triliun.3 Pada 1500, umat manusia mengonsumsi sekitar 1.500 triliun kalori sehari.4 (Coba tengok lagi angka-angka itu—populasi manusia telah meningkat empat belas kali lipat, produksi 240 kali lipat, dan konsumsi energi 115 kali lipat).
Sebelum abad ke 16, tidak ada manusia yang pernah mengelilingi Bumi. Itu berubah pada 1522, ketika kapal-kapal Magalhães kembali ke Spanyol setelah menempuh perjalanan sejauh 72.000 kilometer.
(hlm. 295)
Kini siapa pun dengan penghasilan kelas menengah dapat mengelilingi planet ini secara aman dan mudah dalam waktu empat puluh delapan jam saja.
Namun momen paling luar biasa dan paling menentukan dalam 500 tahun terakhir pada 05:29:45 tanggal 16 Juli 1945. Tepat pada detik itu, ilmuwan-ilmuwan Amerika meledakkan bom atom pertama di Alamogordo, New Mexico. Mulai saat itu, umat manusia memiliki kemampuan untuk bukan hanya mengubah jalan sejarah, melainkan juga mengakhirinya.
(hlm. 296)
Walaupun pemerintah dan orang kaya mengalokasikan dana untuk pendidikan dan beasiswa, pendidikannya secara umum adalah mempertahankan kemampuan yang ada, bukan memperoleh kemampuan baru.
Pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian itu telah memungkinkan pembangunan pembangkit listrik bertenaga nuklir, yang menyediakan listrik murah bagi industri-industri Amerika, yang membayar pajak kepada pemerintah AS, yang menggunakan sebagian pajak untuk membiayai penelitian lebih lanjut dalam fisika nuklir.
(hlm. 298)
Kesediaan untuk mengakui ketidaktahuan. Sains modern didasari perkataan latin Ignoramus—“kami tidak tahu”.
Sentralitas pengamatan dan matematika.
Penguasaan kekuatan-kekuatan baru.
Tradisi-tradisi pengetahuan pramodern seperti agama Islam, agama Kristen, agama Buddha, dan ajaran Konghucu menyatakan bahwa segala sesuatu yang penting diketahui mengenai dunia ini telah diketahui.
(hlm. 299)
Tradisi-tradisi pengetahuan kuno hanya mengakui dua macam ketidaktahuan. Pertama-tama, seorang individu mungkin tidak mengetahui sesuatu yang penting.
Kedua, satu tradisi secara keseluruhan mungkin tidak tahu mengenai hal-hal yang tidak penting.
Agama Kristen tidak melarang orang mempelajari laba-laba. Namun para cendekiawan laba-laba—itu juga kalau ada di Eropa zaman pertengahan—harus menerima peran pinggiran mereka dalam masyarakat dan tiadanya hubungan temuan mereka dengan kebenaran-kebenaran abadi agama Kristen.
(hlm. 300)
Misalnya, Nabi Muhammad melalui karier keagamaannya dengan mencela sesama orang Arab karena hidup dalam kondisi kejahilan terhadap kebenaran ilahi. Namun dengan cepat Muhammad sendiri mulai menyatakan bahwa dia mengetahui kebenaran yang penuh, dan para pengikutnya mulai memanggilnya “Penutup Para Nabi”. Sejak saat itu, tidak dibutuhkan wahyu selain yang diberikan kepada Muhammad.
Sains zaman modern adalah tradisi pengetahuan yang unik, sejauh menyangkut pengakuan terbukanya akan ketidaktahuan kolektif mengenai pertanyaan-pertanyaan paling penting. Darwin tidak pernah menyatakan bahwa dia adalah “Penutup Para Ahli Biologi”, dan bahwa dia telah memecahkan teka-teki mengenai kehidupan seutuh-utuhnya.
Dalam kasus yang lain lagi, teori-teori tertentu didukung secara sangat konsisten oleh bukti yang tersedia, sehingga semua alternatif lain telah sejak lama tersingkirkan. Teori-teori tersebut dianggap sebagai benar—namun semua orang berargumen bahwa, seandainya muncul bukti baru yang bertentangan dengan teori tersebut, maka teori itu harus direvisi atau dibuang. Contoh-contoh bagus teori semacam ini adalah dari tektonika lempeng dan teori evolusi.
(hlm. 301)
Semua upaya modern untuk mengstabilkan tatanan sosiopolitik selama ini tidak punya pilihan selain mengandalkan salah satu dari dua metode yang tidak saintifik:
Ambil satu teori sains, dan bertentangan dengan praktik-praktik sains yang umum, nyatakan bahwa teori tersebut adalah kebenaran final dan mutlak.
Jangan ikutkan sains dan hiduplah sesuai kebenaran mutlak non-saintifik.
(hlm. 302)
Dogma Sains
SAINS modern tidak punya dogma. Namun sains modern memiliki inti metode penelitian yang sama, semuanya didasari pengumpulan hasil-hasil pengamatan empiris—yang bisa kita amati dengan setidaknya satu indera kita—dan menghubung-hubungkannya dengan bantuan perkakas matematika.
(hlm. 303)
TAPI hasil pengamatan saja bukanlah pengetahuan. Untuk memahami alam semesta, kita perlu menghubungkan hasil-hasil pengamatan menjadi teori-teori yang komprehensif.
(hlm. 304)
NEWTON menunjukan bahwa kitab alam tertulis dalam bahasa matematika.
(hlm. 305)
Maka mereka menghubungi seorang profesor matematika dari University of Edinburgh, Collin Maclaurin. Mereka bertiga mengumpulkan data mengenai usia saat orang meninggal dan menggunakan data tersebut untuk menghitung berapa banyak pendeta yang mungkin meninggal setiap tahun.
Karya mereka didasari beberapa terobosan terbaru di bidang statistika dan probabilitas. Salah satunya adalah Hukum Bilangan Besar Jacob Bernoulli. Bernoulli telah menyatakan asas bahwa, walaupun mungkin sulit memprediksi dengan pasti suatu peristiwa tertentu, misalnya kematian seseorang tertentu, kita bisa memprediksi dengan akurasi tinggi hasil rata-rata banyak peristiwa serupa.
(hlm. 306)
Tabel aktuaria yang diterbitkan lima puluh tahun sebelumnya oleh Edmund Halley terbukti amat bermanfaat. Halley menganalisis catatan 1.238 kelahiran dan 1.174 kematian yang dia peroleh dari kota Breslau, Jerman. Tabel Halley memungkinkan kita melihat bahwa, misalnya, seseorang berusia dua puluh tahun berkemungkinan 1:100 meninggal dalam setahun namun seseorang berusia lima puluh tahun berkemungkinan 1:39.
Menurut perhitungan Webster dan Wallace, pada 1765 dana pencadangan bagi Janda dan Anak-anak Pendeta Gereja Skotlandia akan memiliki modal berjumlah £58.438. Kalkulasi mereka secara menakjubkan terbukti akurat. Ketika tahun itu tiba, moal dana pensiun ternyata £58.347—hanya kurang £1 dari yang diprediksi! Ini bahkan lebih bagus daripada nubuat Habakkuk, Yeremia, atau Santo Yohannes. Kini, dana pensiun Webster dan Wallace, dikenal sebagai Scottish Widows saja, adalah salah satu perusahaan dana pensiun dan asuransi terbesar di dunia. Dengan aset bernilai £100 miliar, Scottish Widows tidak hanya mengasuransikan janda-janda Skotlandia, melainkan juga siapa pun yang bersedia membeli polisnya.7
(hlm. 308)
Ada pergerakan tak tertolak menuju sains-sains eksakta—didefiniskan sebagai “eksakta” karena penggunaan perkakas matematika.
Pengetahuan adalah Kuasa
Satu-satunya ujian “pengetahuan” bukanlah apakah pengetahuan itu benar atau tidak, melainkan apakah pengetahuan memberdayakan kita atau tidak.
(hlm. 314)
Melainkan butuh waktu begitu lama bagi potensi matematika zat tersebut untuk dimanfaatkan demi kepentingan militer? Karena mesiu muncul pada masa ketika tak ada raja, cendekiawan, atau pun saudagar yang berpikir bahwa teknologi militer baru dapat menyelamatkan mereka atau menjadikan mereka kaya.
Gagasan Ideal Kemajuan
SEBELUM Revolusi Sains, sebagian besar kebudayaan manusia tidak percaya kemajuan. Mereka beranggapan zaman keemasan adalah masa lalu, dan bahwa dunia bersifat stagnan, kalau bukan merosot. Ketaatan ketat terhadap kebijaksanaan lama barangkali bisa membawa kembali kejayaan masa lalu, dan kecerdikan manusia mungkin saja memperbaiki sisi kehidupan sehari-hari yang ini atau yang itu.
(hlm. 316)
Dan memang, banyak bagian dunia yang telah terbebas dari bentuk-bentuk kemiskinan terparah. Sepanjang sejarah, masyarakat telah menderita dua macam kemiskinan: kemiskinan sosial, yang mencegah sejumlah orang mendapatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia bagi orang-orang lain; dan kemiskinan biologis, yang membahayakan nyawa indvidu akibat kurangnya makanan dan tempat tinggal. Barangkali kemiskinan sosial tidak akan pernah bisa dihapuskan, namun di banyak negara di seluruh dunia, kemiskinan biologis telah menjadi bagian masa lalu.
(hlm. 317)
Proyek Gilgamesh
Terlebih lagi, kebanyakan agam mengubah kematian menjadi sumber utama makna kehidupan. Coba saja bayangkan agama Islam, Kristen, atau Mesir Kuno dalam dunia tanpa kematian.
(hlm. 318)
Gilgamesh telah mempelajari bahwa ketika dewa-dewi menciptakan manusia, mereka menetapkan kematian sebagai takdir tak terhindarkan bagi manusia, dan manusia harus belajar menerimanya.
(hlm. 319)
Para pemikir terbaik kita tidak menyia-nyiakan waktu berupaya memaknai kematian. Mereka justru sibuk menyelidiki sistem-sistem fisiologis, hormonal, dan genetik yang menyebabkan penyakit dan usia tua. Mereka mengembangkan obat-obatan baru, penanganan revolusioner, dan organ-organ buatan yang akan memperpanjang hidup kita dan suatu hari mungkin melenyapkan Maut itu sendiri.
Proyek terdepan Revolusi Sains adalah memberi umat manusia kehidupan abadi.
(hlm. 320)
Harapan hidup rata-rata melonjak dari sekitar dua puluh lima sampai empat puluh tahun menjadi sekitar enam puluh tujuh tahun di seluruh dunia, dan menjadi delapan puluh tahun di negara-negara maju.8
(hlm. 322)
Dengan kata lain, butuh enam belas percobaan bagi Eleanor untuk melakukan misi paling mendasar seorang ratu Inggris—menyediakan pewaris laki-laki bagi suaminya.
Tetap saja, sepuluh dari enam belas anak mereka—62 persen—meninggal pada masa kanak-kanak. Hanya enam yang berhasil hidup melewati usia sebelas, dan hanya tiga—hanya 18 persen— yang hidup sampai melebihi usia empat puluh tahun.
Para perekayasa genetika belum lama ini berhasil memperpanjang harapan hidup rata-rata cacing Caenorhabditis elegans sebanyak enam kali lipat.12
(hlm. 323)
Satu-satunya ideologi modern yang masih memberikan peran sentral kepada kematian adalah nasionalisme. Dalam momen-momennya yang lebih puitis dan kepepet, nasionalisme menjanjikan bahwa siapa pun yang mati demi bangsanya akan selamanya hidup dalam ingatan bersama. Namun janji itu sedemikian kabur sehingga bahkan sebagian besar nasionalis tidak tahu janji itu harus diapakan.
Uang dan Sains
(hlm. 324)
Sebagian besar penelitian sains didanai karena ada yang mempercayai bahwa penelitian tersebut bisa membantu tercapainya suatu tujuan politik, ekonomi, atau agama. Misalnya, pada abad ke-16, para raja dan bankir menyalurkan sumber daya yang sangat besar guna membiayai berbagai ekspedisi geografik ke seluruh dunia namun tidak sepeser pun untuk mempelajari psikologi anak. Ini karena para raja dan bankir beranggapan bahwa ditemukannya pengetahuan geografis baru akan membantu mereka menaklukkan wilayah-wilayah baru dan mendirikan imperium dagang, sementara mereka tidak bisa melihat keuntungan apa-apa, dalam memahami psikologi anak.
(hlm. 325)
Pada dasarnya, sains tidak berpura-pura mengetahui apa yang harus ada pada masa depan. Hanya agama dan ideologi yang berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
(hlm. 326)
Di dunia masa kini, jelaslah Slughorn berpeluang lebih besar memperoleh uang itu, bukan karena penyakit kelenjar susu secara saintifik lebih menarik daripada kondisi mental sapi, melainkan karena industri susu, yang akan memetik manfaat dari penelitian itu, memiliki pengaruh politik dan ekonomi yang lebih besar daripada lobi hak-hak hewan.
Sains tidak bisa menetapkan sendiri prioritasnya. Sains juga tidak mampu menentukan temuan-temuannya seharusnya diapakan.
(hlm. 327)
Singkatnya, pendekatan sains hanya bisa berkembang dalam persekutuan dengan agama dan ideologi. Ideologi itu menjustifikasi biaya penelitian. Sebagai gantinya, ideologi mempengaruhi agenda sains dan menentukan apa yang harus dilakukan dengan temuan-temuannya. Oleh karena itu, guna memahami bagaimana umat manusia telah mencapai Alamogordo dan bulan—bukan berbagai tujuan lain—kita tidak cukup hanya meninjau pencapaian para ahli fisika, biologi, dan sosiologi. Kita harus mempertimbangkan kekuatan-kekuatan ideologi, politik, dan ekonomi yang membentuk fisika, biologi, dan sosiologi, mendorong bidang-bidang itu ke arah tertentu seraya mengabaikan arah lain.
(hlm. 328)
15. Perkawinan Sains dan Imperium
(hlm. 329)
Salah satu bidang yang memperoleh manfaat dari ekspedisi Cook adalah kedokteran. Kala itu, kapal-kapal yang berlayar ke negeri-negeri jauh tahu bahwa lebih daripada separo awak kapal akan mati dalam perjalanan.
(hlm. 330)
Dia memuat kapalnya dengan sauerkraut (acar kol) dalam jumlah besar dan memerintahkan para pelautnya untuk memakan banyak buah dan sayur kapan pun ekspedisi itu merapat ke darat.
(hlm. 333)
Mengapa Eropa?
Pada 1775, 80 persen ekonomi dunia berputar di Asia. Ekonomi gabungan India dan Tiongkok saja mewakili dua per tiga produksi global. Bila dibandingka, Eropa adalah kurcaci ekonomi.3
(hlm. 335)
Mengapa kompleks militer-industri-sains muncul di Eropa, bukan di India?
Orang-orang Tiongkok dan Persia tidak kekurangan ciptaan teknologi seperti mesin uap (yang bisa dengan bebas ditiru atau dibeli). Mereka kekurangan nilai, mitos, aparat kehakiman, dan struktur-struktur sosiopolitik yang butuh berabad-abad untuk terbentuk dan menjadi matang di Barat, yang tidak bisa ditiru dan diinternalisasi secara cepat. Prancis dan Amerika Serikat dengan cepat mengikuti jejak Britania karena orang-orang Prancis dan Amerika juga memiliki mitos-mitos dan struktur-struktur sosial terpenting Britania.
(hlm. 336)
Orang-orang Eropa terbiasa berpikir dan berperilaku dalam cara yang saintifik dan kapitalis bahkan sebelum mereka menikmati keunggulan teknologi signifikan apa pun. Ketika pesta raya teknologi dimulai, orang-orang Eropa dapat memanfaatkannya secara lebih baik daripada siapapun.
(hlm. 338)
Mentalitas Penaklukan
Yang merupakan faktor kunci adalah bahwa sang ahli botani pencari tumbuhan dan perwira angkatan laut pencari koloni memiliki pola pikir yang serupa. Sang ilmuwan dan sang penakluk sama-sama mulai dengan mengakui ketidaktahuan―mereka sama-sama mengatakan, “Aku tidak tahu apa yang ada diluar sana”. Mereka berdua merasa terdorong untuk pergi dan membuat temuan-temuan baru. Dan mereka sama-sama berharap pengetahuan baru yang diperoleh akan menjadikan mereka penguasa-penguasa dunia.
(hlm. 339)
Pada abad ke-18 dan ke-19, nyaris setiap ekspedisi militer penting yang meninggalkan Eropa menuju negeri-negeri jauh membawa serita ilmuwan-ilmuwan yang bertolak bukan untuk berperang melainkan untuk membuat temuan-temuan saintifik. Ketika Napoleon menyerbu Mesir pada 1798, dia membawa serta 165 ilmuwan. Salah satu yang mereka lakukan adalah mendirikan bidang ilmu yang sepenuhnya baru, Egiptologi, dan membuat sumbangsih-sumbangsih penting kepada bidang-bidang yang mempelajari agama, linguistik, dan botani.
Pada 1831, Royal Navy mengirimkan kapal HMS Beagle untuk memetakan pesisir Amerika Selatan, Kepulauan Falkland, dan Kepulauan Galapagos. Angkatan Laut Britania membutuhkan pengetahuan itu agar bisa mempersiapkan diri secara lebih baik kalau-kalau terjadi perang. Kapten kapal tersebut, yang merupakan seorang ilmuwan amatir, memutuskan untuk menambahkan seorang ahli geologi ke ekspedisi guna mempelajari formasi-formasi geologis yang mereka mungkin temui dalam perjalanan. Setelah beberapa ahli geologi profesional menolak undangannya, sang kapten menawarkan pekerjaan tersebut kepada seorang lulusan Cambridge berusia dua puluh dua tahun, Charles Darwin.
(hlm. 341)
Selama abad ke-15 dan ke-16, orang-orang Eropa mulai menggambar peta dunia dengan banyak ruang kosong―suatu tanda perkembangan pola pikir saintifik, juga dorongan imperial Eropa. Peta-peta kosong itu adalah terobosan psikologis dan ideologis, pengakuan gamblang bahwa orang-orang Eropa belum mengetahui wilayah-wilayah luas di dunia.
(hlm. 342)
Naskah Vespucci berargumen bahwa daerah-daerah baru yang ditemukan Colombus bukanlah pulau-pulau di lepas pesisir Asia Timur, melainkan benua utuh yang belum dikenal oleh Kitab Suci, ahli geografi klasik, maupun orang-orang Eropa zaman itu. Pada 1507, seorang pembuat peta terkemuka bernama Martin Walseemüller yang mempercayai argumen-argumen itu menerbitkan peta dunia yang diperbarui, peta pertama yang menunjukkan tempat yang didarati armada-armada Eropa yang berlayar ke arah barat sebagai benua baru. Setelah menggambarnya, Waldseemüller harus memberi nama benua baru itu. Oleh karena keliru mengira Amerigo Vespucci sebagai orang yang menemukannya, Waldseemüller menamai benua itu untuk menghormatinya―Amerika.
(hlm. 345)
Pendahulu yang paling menyerupai imperium modern Eropa adalah imperium bahari kuno Athena dan Kartago, dan imperium bahari zaman pertengahan Majapahit, yang menguasai sebagian besar Indonesia pada abad ke-14. Namun imperium-imperium itu pun jarang berupaya menguasai lautan yang tidak dikenal―ikhtiar bahari mereka adalah upaya lokal bila dibandingkan dengan upaya global orang Eropa modern.
(hlm. 346)
Ekspedisi Cheng Ho membuktikan bahwa Eropa tidak menikmati keunggulan teknologi yang menonjol. Yang membuat orang-orang Eropa istimewa adalah ambisi mereka yang tiada banding dan tak terpuaskan untuk menjelajahi dan menaklukan.
(hlm. 349)
Cortés memimpin ekspedisi mandiri yang mengikutsertakan petualang-petualang serakah. Raja Spanyol tak pernah mendengar soal Cortés ataupun orang-orang Aztek.) Cortés diberi pemandu, makanan, dan bantuan militer oleh musuh-musuh lokal orang Aztek. Dia kemudian bergerak menuju ibu kota Aztek, metropolis besar Tenochtitlan.
(hlm. 354)
Laba-laba Langka dan Naskah-naskah Terlupakan
Ketika orang-orang Muslim menaklukkan India, mereka tidak membawa serta ahli arkeologi untuk secara sistematis mempelajari sejarah India, ahli antropologi untuk mempelajari budaya India, ahli geologi untuk mempelajari tanah India, atau ahli zoolog untuk mempelajari fauna India. Ketika orang-orang Britani menakklukan India, mereka melakukan semua itu. Pada 10 April 1802 Survey Akbar India diluncurkan. Survey tersebut berlangsung selama enam puluh tahun.
(hlm. 357)
Dalam buku ini Jones menunjukkan kemiripan-kemiripan mengejutkan Sansekerta, bahasa India kuno yang menjadi bahasa keramat ritual Hindu, dengan bahasa Yunani dan Latin, juga kemiripan-kemiripan antara semua bahasa itu dan bahasa-bahasa Goth, Kelt, Persia Kuno, Jerman, Prancis, dan Inggris. Misalnya, “mother” alias “ibu” dalam bahasa Sansekerta adalah “matar”, dalam bahasa Latin “mater”, dan dalam bahasa Kelt Kuno “mathir”. Jones menyimpulkan bahwa bahasa-bahasa ini pastilah berasal-muasal sama, berkembang dari leluhur kuno yang kini terlupa. Oleh karena itu dia menjadi orang pertama yang mengidentifikasi apa yang kemudian disebut famili bahasa-bahasa Indo-Eropa.
Linguistik menerima dukungan antusias dari imperium. Imperium-imperium Eropa percaya bahwa agar bisa memerintah secara efektif mereka harus mengetahui bahasa-bahasa dan budaya-budaya rakyat taklukan.
(hlm. 358)
Tanpa pengetahuan semacam itu, kecil kemungkinan orang-orang Britania dalam jumlah luar biasa sedikit berhasil memerintah, menindas, dan mengeksploitasi beratus-ratus juta orang India selama dua abad.
(hlm. 363)
16. Kredo Kapitalis
(hlm. 365)
Kedengarannya seperti skema Ponzi raksasa, ya? Namun kalau yang begitu disebut tipuan, maka seluruh ekonomi modern adalah tipuan. Sebenarnya, ekonomi modern bukanlah pembohongan, melainkan bukti kemampuan menakjubkan imajinasi manusia.
(hlm. 367)
Kredit memungkinkan kita membangun masa kini dengan memanfaatkan masa depan. Kredit didasari asumsi bahwa sumber daya masa depan kita pasti akan lebih melimpah daripada sumber daya kita masa kini. Segudang kesempatan baru dan hebat terbuka bila kita bisa membangun ini-itu pada masa kini menggunakan pendapatan masa depan.
(hlm. 370-371)
Ketika seorang tuan tanah, penenun, atau pembuat sepatu memperoleh laba lebih besar daripada yang dia butuhkan untuk menfkahi keluarganya sendiri, dia menggunakan kelebihan itu untuk mempekerjakan lebih banyak asisten, guna semakin meningkatkan labanya. Semakin banyak laba yang dia peroleh, semakin banyak asisten yang bisa dia pekerjakan. Kesimpulannya, peningkatan laba pengusaha swasta adalah dasar peningkatan kekayaan dan kemakmuran kolektif.
Namun klaim Smith bahwa dorongan egois manusia untuk meningkatkan laba pribadi merupakan dasar kekayaan kolektif adalah salah satu gagasan paling revolusioner dalam sejarah manusia—revolusioner bukan hanya dari perspektif moral dan politik. Pada dasarnya yang Smith katakan adalah bahwa serakah itu bagus, dan bahwa dengan menjadi kaya, saya menguntungkan semua orang, bukan hanya saya sendiri. Egoisme adalah altruisme.
(hlm. 372)
Smith membantah kontradiksi tradisional antara kekayaan dan moralitas, dan membuka gerbang surga bagi orang kaya. Menjadi kaya berarti menjadi bermoral. Dalam kisah Smith, orang menjadi kaya bukan dengan mencuri dari tetangga, melainkan dengan meningkatkan ukuran keseluruhan kue. Dan ketika kue itu bertambah besar, setiap orang memperoleh manfaat. Dengan demikian, orang kaya adalah golongan masyarakat yang paling berguna dan murah hati, karena mereka memutar roda pertumbuhan untuk keuntungan semua orang.
(hlm. 373)
Namun seorang pekerja pabrik yang bekerja keras dan menanamkan sebagian pendapatannya di pasar saham adalah seorang kapitalis.
Pada masa pramodern, orang-orang percaya bahwa produksi kurang-lebih konstan. Jadi buat apa menginvestasikan kembali laba bila produksi tidak akan meningkat banyak, apa pun yang kita lakukan? Oleh karena itu bangsawan zaman pertengahan memeluk etika kemurahan hati dan konsumsi mencolok.
(hlm. 375)
KAPITALISME bermula sebagai teori mengenai bagaimana ekonomi berfungsi. Kapitalisme bersifat deskriptif sekaligus prespektif—menawarkan penjelasan tentang bagaimana uang bekerja dan mendorong gagasan bahwa investasi kembali laba untuk produksi menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun kapitalisme lama-kelamaan menjadi lebih daripada sekadar doktrin ekonomi. Kapitalisme kini mencakup suatu etika—seperangkat ajaran mengenai bagaimana seseorang seharusnya berperilaku, mendidik anak, bahkan berpikir.
(hlm. 379)
Risiko bisa diredam, sementara tidak ada batas atas untuk laba yang mungin diperoleh.
Namun dalam delapan puluh tahu, Belanda bukan hanya berhasil merebut kemerdekaannya dari Spanyol, melainkan juga menggantikan Spanyol dan sekutunya Portugis sebagai penguasa jalur-jalur samudra, pembangun imperium Belanda global, dan menjadi negara terkaya di Eropa.
Rahasia keberhasilan Belanda adalah kredit.
(hlm. 380)
BAGAIMANA cara Belanda meraih kepercayaan sistem finansial? Pertama-tama, Belanda sangat tertib dalam hal melunasi pinjaman tepat waktu, sehingga risiko pemberian kredit oleh pemberi pinjaman pun menurun. Kedua, sistem pengadilan Belanda punya independensi dan melindungi hak pribadi—terutama hak milik pribadi. Modal mengalir pergi dari negara-negara diktator yang gagal membela individu dan hak milik pribadi. Modal beralih mengucur ke negara-negara yang menegakkan aturan hukum dan membela hak milik pribadi.
(hlm. 381)
Perang dengan Prancis berakhir dengan baik untuk raja Spanyol, namun sang raja lantas melibatkan diri dalam konflik dengan Turki. Raja Spanyol butuh setiap peser uang yang ada untuk membiayai perang baru, dan berpikir itu jauh lebh penting daripada membayar utang-utang lama.
(hlm. 382)
Di Belanda, pengadilan adalah cabang pemerintahan terpisah, tidak bergantung kepada kelas menengah dan para pangeran di negara tersebut. Pengadilan di Madrid menolak gugatan adik Anda, sementara pengadilan di Amsterdam membela Anda dan mengeluarkan hak gadai atas aset si pedagang sepatu kayu untuk memaksanya membayar. Ayah Anda telah mendapatkan pengalaman berharga. Lebih baik berbisnis dengan saudagar daripada dengan raja, dan lebih baik melakukannya di Belanda daripada di Madrid.
(hlm. 383)
Dan yang membangun Imperium Belanda adalah saudagar-saudagar Belanda—bukan negara Belanda.
(hlm. 384)
Masyarakat internasional menerimanya sebagai kewajaran dan tidak menganggap ada yang aneh ketika suatu perusahaan swasta mendirkan imperium.
(hlm. 387)
Sementara imperium seberang laut Prancis rontok, Imperium Britania mengembang dengan cepat. Seperti Imperium Belanda sebelumnya, Imperium Britania didirikan dan dijalankan terutama oleh perusahaan-perusahaan perseroan terbatas swasta yang berbasis pasar saham London. Pemukiman-pemukiman Inggris pertama di Amerika Utara didirkan pada awal abad ke-17 oleh perusahaan-perusahaan perseroan terbatas seperti London Company, Plymouth Company, Dorchester Company, dan Masachusetts Company.
(hlm. 390)
Atas Nama Kapital
Kepentingan para pemegang obligasi adalah kepentingan nasional maka Britania pun menggalang armada internasional yang pada 1827 menenggelamkan armada utama Osmani dalam Pertempuran Navarino. Setelah ratusan tahun dijajah, Yunani akhirnya merdeka.
Inilah mengapa peringkat kredit suatu negara kini jauh lebih penting bagi kesehatan ekonominya daripada sumber daya alamnya. Peringkat kredit menunjukkan probabilitas negara itu akan membayar utang-utangnya.
(hlm. 393)
Kultus Pasar Bebas
Pasar yang bebas dari segala bias politik itu tidak ada. Sumber daya ekonomi paling penting adalah kepercayaan akan masa depan, dan sumber daya ini terus menerus terancang oleh penjahat dan penipu.
(hlm. 394)
Neraka Kapitalis
Asupan gula tahunan orang Inggris rata-rata naik dari nyaris nol pada awal abad ke-17 menjadi sekitar delapan kilogram pada awal abad ke-19.
Perdagangan budak tidak dikendalikan oleh negara atau pemerintahan mana pun.
(hlm. 395)
Perdagangan budak Atlantik tidak berakar dari kebencian rasis terhadap orang Afrika. Orang-orang yang membeli saham, para pialang yang menjual saham, dan para pengelola perusahaan perdagangan budak nyaris tidak pernah memikirkan soal orang-orang Afrika. Begitu pula halnya para pemilik perkebunan tebu. Banyak pemilik yang hidup jauh dari perkebunannya, dan satu-satunya informasi yang mereka minta dari perkebunan adalah laporan laba-rugi yang rapi.
(hlm. 397)
Kapitalisme punya jawaban bagi kritik itu. Pertama-tama kapitalisme telah menciptakan dunia yang tidak bisa dijalankan oleh siapa pun kecuali kapitalis. Satu-satunya upaya pemerintah untuk mengelola dunia secara berbeda—komunisme—jauh lebih buruk dalam nyaris setiap segi yang terpikirkan sehingga tak seorang pun berselera mencobanya lagi.
Jawaban kedua adalah kita butuh lebih banyak kesabaran—surga, demikian para kapitalis berjanji, sudah dekat. Benar, berbagai kesalahan telah dilakukan, misalnya perdagangan budak Atlantik dan eksploitasi terhadap kelas pekerja Eropa. Namun kita telah mendapatkan pelajaran, dan bila kita menanti sedikit lebih lama lagi dan membiarkan kue itu berkembang agak lebih besar, semua orang akan menerima irisan yang lebih gemuk.
(hlm. 398)
17. Roda-roda Industri
Setiap kali terjadi kekurangan akan salah satunya yang mengancam akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, investasi pun mengalir ke dalam penelitian sains dan teknologi.
(hlm. 403)
Rahasia Dapur
Kita membakar satu jenis bahan bakar, misalnya batu bara, dan menggunakan panas yang dihasilkan untuk mendidihkan air, menghasilkan uap. Sewaktu mengembang, uap mendorong piston. Piston bergerak dan apa pun yang terhubung ke piston akan ikut begerak. Panas telah berubah menjadi gerak!
(hlm. 404)
Misalnya, ketika ahli fisika menyadari bahwa ada energi dalam jumlah besar sekali yang tersimpan dalam atom, mereka langsung mulai memikirkan mengenai bagaiman energi itu bisa dilepaskan dan digunakan untuk membangkitkan listrik, menggerakkan kapal selam, dan memusnahkan kota.
(hlm. 405)
Lautan Energi
PADA intinya, Revolusi Industri adalah revolusi pengubahan energi. Revolusi tersebut telah berkali-kali menujukkan bahwa tidak ada batas jumlah energi yang bisa kita manfaatkan. Atau, lebih tepatnya, satu-satunya batas yang ada adalah ketidaktahuan kita sendiri.
Jumlah energi yang tersimpan dalam bahan bakar fosil di Bumi kecil sekali dibandingkan dengan jumlah yang Matahari pancarkan setiap hari, gratis.
(hlm. 406)
Para ahli kimia baru menemukan aluminium pada 1820-an, namun memisahkan logam itu dari bijihnya luar biasa sulit dan mahal. Selama berpuluh tahun, aluminium jauh lebih mahal daripada emas. Pada 1860-an, Kaisar Napoleon III dari Prancis memesan peralatan makan dari aluminium untuk ditata di hadapan tamu-tamunya yang paling terhormat. Para pengunjung yang kalah penting terpaksa menggunakan pisau dan garpu emas saja.5 Namun pada akhir abad ke-19 para ahli kimia menemukan cara untuk mengekstraksi aluminium murah dalam jumlah sangat besar, dan produksi global saat ini mencapai 30 juta ton per tahun. Napoleon III bakal kaget mendengar bahwa keturunan rakyatnya menggunakan kertas aluminium murah yang bisa dibuang untuk membungkus roti lapis dan menyimpan makanan sisa.
(hlm. 417)
Zaman Belanja
Bukannya makan sedikit, yang akan menyebabkan kontraksi ekonomi, orang-orang makan terlalu banyak dan kemudian membeli produk-produk diet—berkontribusi dua kali kepada pertumbuhan ekonomi.
(hlm. 418)
Inilah agama pertama dalam sejarah yang para pengikutnya betul-betul melakukan apa yang diperintahkan. Tapi bagaiman kita tahu bahwa kita benar-benar akan mendapatkan surga sebagai ganajarannya? Kita telah melihatnya di televisi.
(hlm. 419)
18. Revolusi Permanen
(hlm. 421)
Pada 1900 kita nyaris melipatgandakan jumlah kita menjadi 1,6 miliar. Dan pada 2000 angka itu menjadi empat kali lipat, enam miliar. Kini ada nyaris 7 miliar Sapiens.
(hlm. 423)
Zaman Modern
Pada 1847, perusahaan-perusahaan kereta Britania berembuk dan menyetujui bahwa sejak saat itu semua jadwal kereta akan dicocokkan dengan waktu Observatorium Greenwich, bukan waktu lokal Liverpool, Manchester, atau Glasgow. Semakin banyak lembaga yang mengikuti perusahaan-perusahaan kereta itu. Akhirnya, pada 1880, pemerintah Britania mengambil langkah yang tak pernah dilakukan sebelumnya untuk menetapkan bahwa semua jadwal di Britania harus mengikuti Greenwich. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, satu negara mengadopsi waktu nasional dan mewajibkan penduduknya untuk hidup berdasarkan jam artifisial, bukan jam-jam lokal atau siklus Matahari terbit sampai terbenam.
Awal yang sederhana itu melahirkan jejaring jadwal, yang disinkronisasi sampai sepersekian detik.
(hlm. 427)
Keruntuhan Keluarga dan Masyarakat
Ekonomi agrikultural tradisional hanya memiliki sedikit surplus untuk memberi makan banyak pejabat pemerintah, polisi, pekerja sosial, guru, dan dokter. Sebagai akibatnya, sebagian besar penguasa tidak mengembangkan sistem penunjang kesejahteraan massal, sistem perawatan kesehatan, ataupun sistem pendidikan. Mereka menyerahkan hal-hal semacam itu ke tangan keluarga dan masyarakat.
Kesultanan Osmani, misalnya, mengizinkan balas dendam keluarga sebagai sarana menegakkan keadilan, bukan memelihara kepolisian yang besar. Bila sepupu saya membunuh seseorang, saudara si korban mungkin membunuh saya dalam balas dendam yang dibenarkan. Sultan di Istanbul atau bahkan pasha provinsi saya tidak turut campur dalam perselisihan-perselisihan semacam itu, asalkan kekerasan tetap berada dalam batas yang bisa diterima.
(hlm. 428)
Para tetua tahu berapa besar harta setiap penduduk desa dan biasanya mereka bisa memaksa orang membayar pajak tanpa melibatkan tentara kekaisaran.
(hlm. 433)
Masyarakat Khayalan
Pasar dan negara melakukannya dengan membina “masyarakat-masyarakat khayalan” (imagined communities) yang berisi jutaan orang yang saling asing, disesuaikan dengan kepentingan nasional dan komersial.
(hlm. 434)
Para diplomat itu menentukan pada 1918 bahwa orang-orang Kurdistan, Baghdad, dan Basra sejak saat itu akan disebut “bangsa Irak”. Prancis menentukan siapa yang menjadi bangsa Suriah dan siapa yang menjadi bangsa Lebanon.
(hlm. 438)
Perdamaian Zaman Kita
Di sebagian besar dunia, orang-orang berangkat tidur tanpa takut bahwa pada tengah malam suku tetangga akan mengepung desa mereka dan membantai setiap orang.
(hlm. 442)
Pax Atomica
Sejak 1945, tidak ada negara merdeka yang diakui oleh PBB yang telah ditaklukkan dan terhapus dari peta. Perang terbatas antarbangsa masih berlangsung dari waktu ke waktu, dan jutaan orang masih tewas dalam perang, namun perang tidak lagi dianggap sebagai suatu norma.
(hlm. 443)
Sebab perdamaian sejati bukanlah semata ketiadaan perang. Perdamaian sejati adalah kemustahilan perang.
(hlm. 444-445)
Pertama-tama dan terutama, ongkos perang telah naik drastis. Hadiah Nobel Perdamaian untuk menyudahi semua hadiah perdamaian seharusnya diserahkan kepada Robert Oppenheimer dan rekan-rekannya sesama arsitek bom atom. Senjata nuklir telah menjadikan perang antara negara-negara adidaya suatu tindakan bunuh diri bersama, dan memustahilkan upaya mendominasi dunia melalui kekuatan bersenjata.
Kedua, sementara ongkos perang membubung, labanya menurun. Nyaris sepanjang sejarah negara dapat memperkaya diri dengan menjarah atau mencaplok wilayah musuh. Sebagian besar kekayaan terdiri atas ladang, sapi, budak, dan emas, sehingga mudah untuk menjarah atau mendudukinya. Kini, kekayaan tertutama terdiri atas modal manusia, pengetahuan teknis, dan struktur sosioekonomi kompleks seperti bank. Alhasil, sulit untuk membawanya atau menggabungkannya ke wilayah negara.
Sementara perang menjadi semakin tidak mendatangkan laba, perdamaian menjadi semakin menguntungkan daripada sebelumnya.
(hlm. 446)
Periode kita adalah pertama kalinya dalam sejarah dunia didominasi oleh elite pecinta damai—politikus, pebisnis, intelektual, dan seniman yang sungguh-sungguh memandang perang sebagai jahat dan bisa dihindari.
(hlm. 447)
Ada lingkaran umpan balik positif diantara keempat faktor itu. Ancaman pembantaian dengan nuklir membina pasifisme (kecenderungan damai); ketika pasifisme menyebar, perang surut dan perniagaan berkembang; dan perniagaan meningkatkan keuntungan perdamaian sekaligus ongkos perang.
(hlm. 448)
Seperti yang dijelaskan di Bab 11, kita sedang menyaksikan pembentukan suatu imperium global. Seperti imperium-imperium sebelumnya, imperium yang ini pun menegakkan perdamaian di dalam perbatasannya. Dan karena perbatasannya mencakup seluruh planet, Imperium Dunia secara efektif menegakkan perdamaian dunia.
Ada gunanya kita menyadari betapa sering pandangan kita tentang masa lalu dilencengkan oleh peristiwa-peristiwa beberapa tahun terakhir.
Guna memuaskan orang-orang yang optimis maupun pesimis, bolehlah kita simpulkan dengan mengatakan bahwa kita berada di ambang surga dan neraka, berpindah-pindah dengan cemas antara gerbang yang satu dan ruang depan yang satu lagi. Sejarah belum memutuskan di mana kita akan berakhir, dan serangkaian kebetulan mungkin menggulingkan kita ke arah yang mana pun.
(hlm. 449)
19. Dan Mereka Pun Hidup Bahagia Selamanya
(hlm. 455)
Definisi kebahagiaan yang umum diterima adalah “kesejahteraan subjektif” (subjective well-being). Kebahagiaan, menurut pandangan itu, adalah sesuatu yang saya rasakan di dalam diri, perasaa kenikamatan langsung atau pun kepuasan jangka panjang tentang bagaiman hidup saya berlangsung. Bila kebahagiaan adalah sesuatu yang saya rasakan di dalam, bagaimana bisa diukur dari luar?
(hlm. 457)
Keluarga dan masyarakat tampaknya memiliki dampak lebih besar terhadap kebahagiaan kita daripada uang dan kesehatan.
Penelitian berulang-ulang telah menemukan bahwa ada korelasi dekat antara pernikahan yang baik dan kesejahteraan subjektif yang tinggi, dan antara pernikahan yang buruk dan kesengsaraan.
(hlm. 458)
Kebahagiaan justru bergantung kepada korelasi antara kondisi-kondisi objektif dan harapan-harapan subjektif.
Tetap saja, menyenangkan rasanya ketika penelitian modern—yang didukung oleh banyak angka dan diagram—mencapai kesimpulan-kesimpulan yang sama dengan orang-orang zaman dahulu.
(hlm. 460)
Maka mungkin ketidakpuasan Dunia Ketiga dipicu bukan hanya oleh kemiskinan, penyakit, korupsi, dan penindasan politik, melainkan juga oleh pengetahuan mengenai standar Dunia Pertama. Orang Mesir rata-rata berpeluang jauh lebih kecil mati akibat kelaparan, wabah, atau kekerasan di bawah Hosni Mubarok daripada di bawah Ramses II atau Kleopatra. Tidak pernah kondisi material sebagian besar orang Mesir sebaik itu. Anda pikir mereka bakal menari-nari di jalanan pada 2011, berterima kasih kepada Allah atas berkah yang mereka terima. Tapi mereka justru bangkit dengan marah untuk menggulingkan Mubarok. Mereka tidak sedang membandingkan diri dengan leluhur mereka di bawah firaun, melainkan dengan rekan-rekan sezaman mereka di Amerika di bawah Obama.
(hlm. 461)
Orang-orang yang tidak mampu mendapatkan penanganan ajaib itu—sebagian sangat besar orang—akan mengamuk tak terkira. Sepanjang sejarah, orang miskin dan tertindas menghibur diri dengan pikiran bahwa setidak-tidaknya kematian adil—bahwa orang kaya dan berkuasa juga akan mati. Orang miskin tidak akan merasa nyaman kalau tahu bahwa mereka harus mati, sementara orang-orang kaya akan tetap muda dan cantik selamanya.
(hlm. 463)
Kebahagiaan Kimiawi
Bila orgasme berlangsung selamanya pejantan yang sangat berbahagia akan mati kelaparan karena tidak berminat terhadap makanan, dan tidak mau susah-susah mencari betina subur lainnya.
(hlm. 464)
Kejadian-kejadian itu bisa mengejutkannya untuk sejenak, namun dengan segera dia kembali ketitik setelannya.
(hlm. 466)
Hanya ada satu perkembangan sejarah yang punya arti penting nyata. Kini, ketika kita akhirnya menyadari bahwa kunci-kunci kebahagiaan ada di tangan sistem biokimia kita, kita bisa berhenti menyia-nyiakan waktu kita untuk politik dan reformasi sosial, pemberontakan dan ideologi, dan sebaliknya fokus saja kesatu-satunya hal yang bisa membuat kita benar-benar bahagia: memanipulasi biokimia kita. Bla kita menginvestasikan uang miliaran untuk memahami kimia otak kita dan mengembangkan penanganan-penanganan yang sesuai, kita bisa membuat orang-orang jauh lebih bahagia daripada sebelumnya tanpa perlu ada revolusi. Prozac, misalnya, tidak mengubah rezim, namun dengan meningkatkan kadar serotonin obat tersebut bisa membawa orang keluar dari depresi.
(hlm. 467)
Kebahagiaan yang bertahan lama hanya berasal dari serotonin, dopamin, dan oksitosin.1
Visi Huxley mengenai masa depan jauh lebih meresahkan daripada nineteen eighty-four karya George Orwell. Dunia Huxley tampak mengerikan bagi sebagian besar pembaca, namun sulit menjelaskan mengapa. Semua orang bahagia sepanjang waktu—apanya yang salah?
(hlm. 468)
Makna Kehidupan
Namun sebagian besar orangtua menyatakan bahwa anak-anak mereka merupakan sumber utama kebahagiaan mereka.
Seperti yang dinyatakan Nietzsche, bila Anda punya “mengapa” untuk hidup, Anda dapat menahan nyaris semua “bagaimana” yang seperti apa pun. Hidup yang bermakna dapat luar biasa memuaskan bahkan di tengah kesusahan, sementara hidup yang tidak bermakna adalah siksaan berat tidak peduli betapa pun nyamannya.
(hlm. 469)
Bila hidup dikaji menit per menit, orang-orang zaman pertengahan jelas menjalani hidup yang berat. Tapi, bila mereka mempercayai janji kebahagiaan abadi di akhirat, mereka mungkin memandang kehidupan mereka sebagai jauh lebih bermakna dan berarti daripada orang-orang sekuler modern, yang dalam jangka panjang tidak bisa mengharapkan apa-apa kecuali keterlupaan paripurna dan tak bermakna. Bila ditanyai “Apakah Anda puas dengan kehidupan Anda secara keseluruhan?”, orang-orang Zaman Pertengahan mungkin mendapat nilai yang cukup tinggi dalam angket kesejahteraan subjektif mereka.
Jadi leluhur kita pada zaman pertengahan bahagia karena mereka menemukan makna kehidupan dalam delusi kolektif mengenai akhirat? Ya.
Sejauh yang bisa kita ketahui, dari sudut pandang yang sepenuhnya saintifik, kehidupan manusia sama sekali tidak ada maknanya. Manusia adalah hasil proses evolusi buta yang beroperasi tanpa tujuan ataupun maksud. Tindakan kita bukanlah bagian suatu rencana kosmik ilahiah, dan bila planet Bumi tahu-tahu meledak besok pagi alam semesta barangkali akan tetap berjalan seperti biasa. Sejauh yang bisa kita ketahui di titik ini, tidak akan ada yang merasa kehilangan subjektivitas manusia titik. Oleh karena itu makna apa pun yang orang-orang sematkan kepada kehidupan mereka hanyalah delusi.
(hlm. 470)
Jadi barangkali kebahagiaan adalah menyinkronkan delusi pribadi mengenai makna dengan delusi kolektif yang dominan. Asalkan narasi pribadi saya sejalan dengan narasi orang-orang disekitar saya, saya bisa meyakinkan diri bahwa hidup saya bermakna, dan menemukan kebahagiaan dalam keyakinan itu.
(hlm. 472)
Kenali Dirimu
Menurut teori Gen Egois (selfish gene), seleksi alam membuat manusia, seperti organisme lain memilih apa yang bagus untuk reproduksi gen-gen mereka, bahkan bila hal itu buruk bagi mereka sebagai individu. Kebanyakan pejantan menghabiskan hidup bekerja keras, merasa cemas, bersaing, dan bertarung, bukannya menikmati kebahagiaan yang damai, karena DNA memanipulasi mereka untuk kepentingan egoisme sendiri. Laksana Setan, DNA menggunakan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk menggoda manusia dan menempatkan mereka dalam kekuasaannya.
Selama 2.500 tahun, pemeluk Buddha telah secara sistematis mempelajari esensi dan penyebab kebahagiaan, dan inilah alasan mengapa ada peningkatan minat di antara komunitas saintifik terhadap filosofi maupun praktik meditasi agama Buddha.
(hlm. 474)
Nasihat sang Buddha adalah jangan hanya berhenti mengejar prestasi eksternal; hentikan juga pengejaran terhadap perasaan-perasaan internal.
(hlm. 477)
20. Tamatnya Homo Sapiens
Kini Sapiens mulai mematahkan hukum-hukum seleksi alam menggantikannya dengan hukum-hukum desain cerdas.
(hlm. 479)
Mereka melanggar hukum-hukum seleksi alam tanpa kena sanksi, tak terbatasi bahkan oleh ciri-ciri asli organisme. Tahun 2000, seniman biologi Brazil Eduardo Kac memutuskan untuk menciptakan karya seni baru: kelinci berpendar hijau.
Mustahil menjelaskan keberadaan alba melalui hukum-hukum seleksi alam. Alba adalah produk desain cerdas.
(hlm. 480)
Bila itu terjadi, maka seluruh riwayat manusia sampai titik itu mungkin, ketika ditengok ke belakang, bisa ditafsirkan ulang sebagai proses percobaan dan pelatihan yang merevolusi permainan kehidupan.
Ahli-ahli biologi benar mengenai masa lalu, namun ironisnya para pendukung desain cerdas mungkin benar mengenai masa depan.
(hlm. 485)
Kembalinya Para Neandertal
(Genom tikus mengandung sekitar 2,5 miliar nukleobasa, genom Sapiens sekitar 2,9 miliar basa—berarti genom manusia hanya lebih besar 14 persen daripada genom tikus.)11
(hlm. 493)
Singularitas
Kini kita bisa memetakan DNA seseorang dalam beberapa minggu dengan harga beberapa ratus dolar.20 Era kedokteran terpersonalisasi—kedokteran yang mencocokkan penanganan dengan DNA Anda— telah dimulai. Dokter keluarga tak lama lagi akan bisa memberitahu Anda dengan kepastian lebih tinggi apakah Anda berisiko tinggi terserang kanker hati, sementara Anda tidak perlu terlalu khawatir mengenai serangan jantung.
(hlm. 495)
Singularitas adalah suatu titik di mana semua hukum alam yang kita ketahui tidak ada. Waktu juga tidak ada. Oleh karena itu tidak ada maknanya mengatakan bahwa sesuatu “sebelum” Ledakan Besar. Kita bisa jadi sedang mendekati suatu singularitas baru dengan cepat, ketika semua konsep yang memberi makna bagi dunia kita—saya, Anda, laki-laki, perempuan, cinta, dan benci—akan segera menjadi tidak relevan. Apa pun yang terjadi selebihnya tidak bermakna bagi kita.
(hlm. 499)
Penutup: Hewan Yang Menjadi Tuhan
Kini Homo sapiens nyaris menjadi tuhan, hampir menggapai bukan hanya kemudaan abadi, melainkan juga kemampuan ilahi untuk menciptakan dan menghancurkan.
(hlm. 500)
Apakah ada yang lebih berbahaya daripada dewa-dewi yang tidak puas, tidak bertanggung jawab, dan tidak mengetahui apa yang diinginkan?
“Jadi barangkali kebahagiaan adalah menyinkronkan delusi pribadi mengenai makna dengan delusi kolektif yang dominan. Asalkan narasi pribadi saya sejalan dengan narasi orang-orang disekitar saya, saya bisa meyakinkan diri bahwa hidup saya bermakna, dan menemukan kebahagiaan dalam keyakinan itu.”