The King Vestor oleh William Ardian Siregar

Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang saya kumpulkan dari buku The King Vestor oleh William Ardian Siregar.

Tanpa harus membacanya semua, Anda mendapatkan hal-hal yang menurut saya menarik dan terpenting.

Saya membaca buku-buku yang saya kutip ini dalam kurun waktu 11 – 12 tahun. Ada 3100 buku di perpustakaan saya. Membaca kutipan-kutipan ini menghemat waktu Anda 10x lipat.

Selamat membaca.

Chandra Natadipurba

===

THE KING VESTOR

Oleh: William Ardian Siregar

Cetakan pertama: 2018

Banyak orang yang berpendapat bahwa berinvestasi saham itu seperti judi. Saya tidak setuju. Judi itu adalah zero-sum-game, permainan yang kalau dijumlah hasilnya nol. Penjelasannya, kalau ada yang menang 100, pasti ada yang kalah 100 juga, meskipun yang menang 100 itu mungkin hanya 1 orang (bandarnya?) dan yang kalah 100 itu bisa 10 orang yang masing-masing kalah 10. Nah berinvestasi saham itu tidak demikian.

Kalau kita beli saham sebuah perusahaan itu pada dasarnya kita membeli kepemilikan perusahaan (misalnya Bank X). Tiap tahun aset Bank X bertambah, dan aset adalah kekayaan dari perusahaan yang sahamnya kita beli.

Berinvestasi saham itu BUKAN JUDI. Artinya (in the long run) nilai saham yang kita beli pasti akan ikut naik. Meskipun analogi diatas adalah analogi yang bersifat sempit (menjelaskan 1 frasa saja).

(hal xiv)

Gambar yang Anda lihat barusan dinamakan kerucut pembelajaran. Gambar tersebut menjelaskan bagaimana cara sesungguhnya kita mempelajari sesuatu.

(hal xvii)

Penelitian ini dilakukan untuk menilai dan menganalisis serta mencari tahu keuangan fundamental seluruh perusahaan publik yang ada 500-an perusahaan publik, itu sama saja kami berdua meneliti 1.500 lebih laporan keuangan!

(hal xix)

Selepas itu, saya yang telah membuka akun rekening sekuritas sebelumnya memulai untuk membeli saham-saham yang sangat bagus, tentu saja mencontek semua pengetahuan yang sudah saya dapatkan ketika ikut dalam program penelitian dosen. Anda tahu? Untuk pertama kali di tahun 2012 saya meraup keuntungan 33% atas investasi pribadi saya! Angka tersebut kecil? Faktanya return IHSG per tahun 2012 adalah 12,94%. Wait sampai Anda mengetahui berapa tingkat return terbesar yang diperoleh manajer investasi di Indonesia pada tahun 2012 yang diraih oleh Trimegah Aset Management sebesar 17,27%.

(hal xx)

Seperti yang sudah Anda ketahui, saya rakus mencari tahu segalanya. Saya berlangganan Koran Kompas, Investor Daily, Bisnis Indonesia, Kontan, Wall Street Journal, dan majalah-majalah Fortune, Forbes, The Economist, dan Investor.

(hal xxi)

Dengan nama Siregar Capital Investment, secara resmi saya mendirikan perusahaan ini. Dalam perusahaan ini, saya memegang kepemilikan dana investasi sebesar 41,8% (atau yang terbesar) dari 100% dana yang ditempatkan. Hal ini membuat saya juga ikut menanggung kerugian besar jika saya kalah, atau sebaliknya keuntungan besar jika saya menang.

(hal xxii-xxiii)

Bursa SahamRata-rata return (%)
New York Stock Exchange11,42%
Australia Stock Exchange7,45%
Bursa Malaysia15,60%
Hongkong Exchange9,33%
Bursa Efek Indonesia28,08%
Korea Exchange11,85%
Philiphine Stock Exchange27,10%
Singapore Exchange2,23%
The Stock Exchange of Thailand25,71%

(hal xxvi)

Bab 1

Investor dan Spekulan: Tidak Ada istilah bagai Pinang Dibelah Dua!

F. Scott Fitzgerald berkata:

“Ujian atas kecerdasan tingkat satu adalah kemampuan memiliki dua gagasan yang bertentangan di benak pada saat yang sama dan masih memiliki kemampuan untuk berfungsi”

Secara sederhana, Fitzgerald memberikan pelajaran bahwa orang paling cerdas adalah seorang yang berdiri di tepi, dari dua prinsip yang berbeda.

(hal 6)

Investor Bijak versus Spekulan Pintar

“Tindakan Investasi adalah tindakan yang, melalui analisis menyeluruh, menjanjikan keamanan, dana pokok, dan memberikan keuntungan yang memadai. Tindakan yang tidak memenuhi persyaratan itu berarti tindakan spekulasi.”

(hal 12)

Tidak ada satupun dari mereka mendapat kaya dari perdagangan harian.

(hal 15)

Lalu, bandingkan dengan para siswa SMA ST. Agnes di Masssachussets, Amerika Serikat dalam berinvestasi saham.

Peter Lynch yang saat itu berkunjung mengajak dan mengumpulkan para siswa untuk mengajar sekaligus mempraktikan berinvestasi saham. Yang menarik, siswa SMA yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam  bidang keuangan ternyata berhasil membentuk portofolio (reksadana) yang dikelola oleh para manajer investasi profesional (fund manajer). Apa yang membuat mereka berhasil? Ternyata mereka melakukan analisis riset dan mengenali dengan baik perusahaan yang sahamnya akan dibeli dulu sebelum memutuskan untuk membeli saham.

(hal 18-19)

 “Anda Harus Mempelajari Aturan Permainan, Kemudian Anda Harus Bermain Lebih Baik Daripada Orang Lain”

Albert Einstein

(hal 29)

Bab 2

Membedah Laporan Keuangan, Menganalisis, dan Rahasia Dibaliknya

Dalam melakukan value Investing, ada tiga kelas yang sangat penting untuk dipahami:

Kelas 1 : Mencari dan menganalis perusahaan Hebat (Tahap Analisis)

Kelas 2 : Beli saham mereka pada saat harga murah (Tahap menghitung Nilai Intrinsik)

Kelas 3 : Tunggu hingga pasar menyadari nilai sebenarnya dari saham tersebut. (Tahap Eksekusi)

(hal 46)

Sebelumnya dalam laporan Audit atas Laporan Keuangan biasa dikenal lima macam opini yang mengatakan pendapat auditor:

  1. Pendapat wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
  2. Pendapat wajar tanpa Pengecualian dangan Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language)
  3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Unqualified Opinion)
  4. Pendapat tidak Wajar (adverse Opinion)
  5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

(hal 47)

Mencari dan Menganalisis Perusahaan Hebat (Tahap Analisis)

Indikator umum yang membedakan perusahaan hebat dengan perusahaan biasa saja adalah bagaimana cara mereka dengan konsisten mencetak pendapatan yang sehat dan berkembang selama 5-10 tahun ke belakang. Tentu saja, kita akan setuju jika perusahaan tersebut layak untuk menjadi tempat berinvestasi. Sebagai contoh, kita akan melihat bagaimana perusahaan Pakuwon Jati Tbk. Yang secara konsisten mencetak pendapatan dan laba dalam waktu kurun waktu 5 tahun.

(hal 51)

Dan anda percaya, produk mereka akan senantiasa dipakai sepanjang masa, sampai kepada keturunan-keturunan kita yang selanjutnya. Ini bukan berlebihan, namun sejatinya perusahaan hebat adalah mereka yang menjual produk yang di mana tanpa produk mereka kita merasa tidak seimbang dalam menjalani kehidupan.

Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id yang menggambarkan bagaimana kinerja perusahaan HMSP selama hampir lima tahun kebelakang.

(hal 63)

Secara keseluruhan, harga saham penutupan lima tahun terakir juga mengalami peningkatan yang cukup baik dan mengalahkan pasar secara umum.

(hal 64)

Pastinya, jangan sampai DER melebihi angka 1. Kalau perlu, cari DER-nya di rentangan 0,5-0,75. Perusahaan yang sehat pasti tidak akan melebihi setengah dari modalnya.

(hal 68)

*Kriteria:                               Komposisi Hasil

DER sangat baik                      0,05 < 0,75
DER baik                                 0,75 < 1
DER buruk                              > 1
DER sangat buruk                    2,00 <<

(hal 69)

Mari kita coba menghitung DER-nya pada tahun 2013, di mana Liabilitas perusahaan adalah Rp89.655.266 (Waw, merupakan angka yang mengerikan untuk ukuran utang!) dengan ekuitas perusahaan sebesar Rp3.717.313, akan memperoleh DER sebesar 89.655.266/3.717.313 yaitu 24,11! Kondisi perusahaan sangat tidak sehat.

(hal 72)

ROE = 0,7473

ROE merupakan titik penting untuk mengetahui bagaimana perusahaan membuat keuntungan dari dana para pemegang saham. Roe di atas 15-20% di kategorikan sangat baik, apalagi di atas 20%.

(hal 73)

Tetapi yang pasti, semakin tinggi angka CAR, maka kondisi perusahaan tersebut semakin baik. Batasan minimal angka CAR suatu bank dapat dikatakan sehat adalah berkisar antara 11-12%.

Indikator sebagai tolak ukur paling rendah bahwa perusahaan memiliki rasio kredit yang bermasalah adalah maksimal 5%.

(hal 76)

Untuk ukuran ideal NIM yang sehat berkisar 5%.

(hal 77)

Beberapa perusahaan mencadangkan suatu beban yang dialokasikan dalam suatu akun ”cadangan kontijensi”. Apa itu “cadangan kontijensi”?

Memang sifatnya tertutup dan hanya orang tertentu saja yang dapat mengetahuinya, entah itu orang strategis dalam suatu perusahaan, atau tidak menutup kemungkinan auditor yang bermain-main didalamnya (saya ragu mengasumsikan auditor, meskipun memungkinkan). Cara kerjanya simpel,mengambil dari laba tahun-tahun kinerja yang baik, sehingga jika perusahaan menghadapi situasi paceklik, perusahaan menggunakan cadangan tersebut untuk menambah angka-angka kemerosotan laba yang dihasilkan tahun tersebut menjadi stabil atau meningkat dari tahun sebelumnya, yang tentu jika harus jujur laba tersebut tidaklah menyenangkan bagi investor karena informasi itu sendiri. Ide sederhananya adalah mencoba meratakan atau mengkatkan laba yang dilaporkan pada tahun berikutnya.

(hal 79-80)

Keunggulan Kompetitif perusahaan biasanya dapat dilihat dari:

  1. Merek yang sangat kuat seperti Indofood, Garuda Indonesia, Sampoerna.
  2. Skala ekonomi yang Besar seperti Bank BRI, Sampoerna, Astra, MNC Group.
  3. Hak Paten dan Rahasia Dagang seperti KFC, McDonalds.
  4. Penguasaan Pasar yang akan menyulitkan para kompetitor seperti: Bank Mandiri, Bank BCA, Sampoerna.
  5. Biaya Penggantian mereka (switching cost) yang tinggi dapat mencegah para pelanggan berpindah mereka seperti: Garuda Indonesia, Indofood, MNC Group.
  6. Status Monopili seperti: Perusahaan Gas Negara, dan sebagainya.

(hal 81)

Penguasaan pasar tembakau juga didominasi oleh Sampoerna, yaitu sebesar 34%.

(hal 82)

Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin, Shinta W Khamdani, industri tembakau maasih menjadi penopang ekonomi Indonesia yang disebabkan besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor ini dengan jumlah 6 juta tenaga kerja.

(hal 83)

Maka jangan ragu untuk melihat kebelakang apakah perusahaan memang rajin membayarkan dividen ke para pemegang sahamnya, setidaknya, sekali dalam satu tahun (normalnya tiap kuartal atau tiga kali dalam setahun). Jika tidak, tergantung Anda, jika ya, tergantung Anda juga. Jika Anda layak dan memiliki hak untuk mendapat dividen, yang menjadi bagian dan milik Anda, kenapa manajemen harus menitipkan dana tersebut ke perusahaan? (atau menitip ke dalam kantong manajemen?). Jadi perjalanan kita semakin menarik bukan?

(hal 89)

Bagaimana kalau sebaliknya, jika kita melihat manajemen memiliki, bahkan menambah kepemilikan saham perusahaan kelolaanya, hal itu dapat memberikan suatu sinyal kepada kita untuk mengoleksi perusahaan tersebut. Logikanya, para direktur hanya akan membeli dan memborong saham mereka untuk satu alasan: mereka ingin mendapat lebih dan lebih kaya dengan saham yang mereka miliki sendiri, dan dengan visi misi yang kuat mereka sendiri yang akan membawa perusahaan berangkat ke titik tertingginya, dan sekaligus meningkatkan nilai kekayaan mereka.

(hal 92)

Menariknya, berdasarkan data tersebut kita melihat dua pelajaran, baik dari sisi manajer perusahaan memiliki saham pada perusahaan tersebut, bagaimana salah satu direktur perusahaan mengurangi nilai sahamnya. Perhatikan data pada tahun 2013, dimana Direktur Irene Tedja mengurangi kepemilikannya menjadi 4.660.000 lembar saham.

Note: kami ingin melanjutkan contoh yang terdapat pada HMSP dalam hal kepemilikan saham oleh manajemen, namun ternyata data yang diharapkan tidak sesuai dengan maksud tujuan, karena kepemilikan HMSP dimiliki 98,18% (2013) oleh PT.Philip Morris.

(hal 93)

Saran-saran penting untuk menganalisis

  1. Membaca dari belakang/Membaca mundur

Setiap kekurangan perusahaan selalu dilemparkan ke bagian belakang laporan, alasannya sederhana, agar Anda tidak menemukannya (lantaran kita terlalu fokus ke bagian angka penjualan dan laba bersih yang masih bersifat “semu”, sekalipun telah ditandatangani oleh pena emas Auditor, dengan alasan Anda tidak mau bersusah payah. Dalam meneliti suatu saham perusahaan). Jangan menyerah sama kalimat berbelit-belit yang dirancang oleh Auditor agar terasa membosankan untuk dibaca bagi Anda. Untuk itu bacalah ke bagian akhir terlebih dahulu.

  • Membaca lebih banyak buku

(hal 97)

Kamu benar karena datamu benar dan penalaranmu benar”.

(hal 99)

Bagi saya, aplikasi map yang digunakan dalam aplikasi untuk memperkirakan jarak itulah yang disebut sebagai alat untuk menghitung nilai intrinsik, dan harga itulah nilai intrinsiknya.

            Bursa saham pada umunya dikendalikan oleh begitu banyak investor dengan emosi ketakutan, dan pastinya keserakahan yang dimana mereka akan cenderung bereaksi berlebihan jika mendengar berita baik dan berita bagus.

WAKTU BEARISH: Harga saham sudah dibawah nilai instrinsik (murah)

   (hal 101)

Misalnya ketika pasar sedang bullish, biasanya situasi ekonomi sedang diisi dengan berita-berita bagus (seperti pertumbuhan ekonomi yang baik, dsb). Berita bagus menjadikan investor ikut meramaikan bursa saham dan membeli saham pada nilai berapapun, yang berakibat menggelembungkan beberapa saham menuju titik tertingginya.

(hal 102)

Sebagai seorang Kingvestor, waktu yang dibutuhkan untuk membeli suatu saham perusahaan hebat adalah ketika nilai pasarnya meninggalkan nilai intrinsiknya.

(hal 103)

Jadi perhitungan nilai hari ini dari kelima tahun pembayaran tersebut adalah sebesar Rp3.487.271 yang secara akumulasi adalah hasil penjumlahan Rp950.119 + Rp902.726 + Rp814.914 + Rp774.265. Jadi, total tersebut (Rp3.487.271) adalah harga mesin paling tinggi untuk hari ini jika kita menentukan nilainya untuk lima tahun ke depan.

TahunArus Kas Bersih (Rp.000)
20146.721.170.878.000
20103.378.416.266.000

 (hal 106)

 6.721.170.878.000 (2014) = 6.721.170.878.000 (2010) x (1+ i)⁵

Lalu dari perhitungan tersebut, Anda akan mendapatkan hasil i (atau interest/bunga) sebesar 15%.

(hal 107)

Jadi sekarang kita telah menemukan nilai sebenarnya saham PT. Semen Indonesia Tbk, yaitu Rp15.396. lalu dengan kondisi sekarang dimana harga pasar berada pada harga Rp9.450 (September 2015), apa yang dapat Anda lakukan?Beli!

(hal 109)

V = EPS x (8,5 + 2G) x ()

(hal 110)

V = Nilai Intrinsik suatu saham

EPS = Earning per Share atau membagi Laba dengan jumlah saham yang beredar

8,5 = P/E wajar untuk perusahaan yang tidak tumbuh labanya

G = Proyeksi rata-rata pertumbuhan laba jangka panjang (7-10) tahun kedepan); saya menggunakan proyeksi 15% sebagai acuan normal tingkat pertumbuhan

Risk Free Rate perhitungan sebesar 5.25%

Bond AAA coupon = Kupon Obligasi rating tinggi (AAA); saya menggunakan acuan Bond AAA BTPN yang terakhir terbit sebesar 7,5%

(hal 111)

Hasilnya adalah Rp25.324 per saham. Jika harga pasar saat ini adalah Rp9.450 (September 2015), maka langkah tepat yang dapat Anda ambil adalah membelinya dan mengoleksinya dengan catatan telah menganalisis isi perut perusahaan itu sebelumnya.

(hal 112)

Seperti yang telah kita bahas pada perusahaan PT Semen Indonesia (SMGR), dengan kedua metode yang berbeda, saya menyimpulkan bahwa nilai intrinsik SMGR adalah rentang antara: Rp15.400 s/d Rp25.324, di mana Rp25.324 versi valuasi Benjamin Graham dan Rp15.400 adalah nilai dengan valuasi versi kas operasi.

(hal 113)

manusia tidak diberi anugerah memiliki bakat yang membuat mereka bisa tahu segalanya tentang segala hal di sepanjang waktu, tapi ini diberikan pada manusia yang bekerja keras mendapatkannya – yang melihat dan menyelidiki dunia untuk mendapatkan taruhan salah harga – itulah yang bisa terkadang mereka temukan. Orang yang arif bertaruh besar ketika dunia menawari mereka kesempatan itu. mereka bertaruh besar ketika mereka tidak bertaruh. Sesederhana itu. “selamat merenungkan kata kata beliau.

(hal 116)

Bab 3

Kuda Balap dengan Kacamata Fokusnya

Pasar modal dikatakan efisiensi bila informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh pemakai model, sehingga informasi yang relevan dan terpercaya dan telah tercermin dalam harga-harga saham.

Harga saham secara cepat bereaksi terhadap berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak bisa diduga.

(hal 119)

Saya mencari tahu beberapa alasan mengapa Teori Pasar Efisien tidak bisa digunakan dalam konsep investasi seorang Investor Saham, dan beginilah jawabannya:

  1. Hati-hati! Para investor tidak terlalu rasional. Menurut Teori pasar Efisien, investor (atau spekulator), dengan menggunakan semua informasi yang tersedia ke public, selalu menetapkan harga rasional pasar.
  2. Lalu, suatu riset ekstensif dalam psikologi perilaku menunjukan bahwa investor tidak memiliki ekspektasi untuk berpikir rasional.
  3. Faktanya juga: Investor tidak memproses informasi dengan benar. Mereka terus-menerus mengandalkan jalan ”tikus” untuk mencari dan menemukan harga saham, bukan analisis fundamental yang akan mengungkap nilai intrinsik sebuah perusahaan.
  4. Alat ukur kinerja jangka pendek, yang efektif tapi berat untuk mengalahkan pasar selama jangka panjang.

(hal 121)

Perbedaannya singkat, Investor miliuner fokus pada hal yang dapat mereka kontrol. Mereka hanya berani berinvestasi dan berani bertaruh pada apa yang mereka ketahui, lalu membeli dan mengambil bagian dari perusahaan dengan kepemilikan 5-15%!

(hal 122)

Perhatikan baik-baik, jika anda melihat faktanya bahwa LKH berfokus pada perusahaan dengan kepemilikan sebesar 8,28%, berinvestasi selama enam tahun, dan memetik hasilnya.

Perhatikan, dengan konsep investasi fokus, Waren Buffett membeli saham dan kepemilikan sebesar 9,23%di Coca Cola Co! Nilai investasinya di awal adalah USD15,78 Miliar, dan sekarang nilainya USD 268 Miliar.

(hal 123)

Pada saat sebuah sinar laser dikonsentrasikan pada sebuah area “kecil”, ia dapat memproduksi suhu diatas 5500 c.

(hal 124)

Teori pasar efisien, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya , menyimpulkan bahwa investor itu rasional, pasar itu efisien, risiko yang didefinisikan oleh kerentangan harga dan satu-satunya cara mengurangi risiko adalah mendiversifikasikannya secara luas. Teori portofolio fokus, akan Anda pahami sendiri memiliki keyakinan yang sangat berbeda seperti berikut:

  1. Investor tidak selalu rasional; mereka menderita episode-episode berkala ketakutan dan ketamakan.
  2. Pasar tidak selalu efisien (bertolak belakang dengan teori sebelumnya); dan karena itu investor yang bersedia belajar dan meneliti memiliki kesempatan untuk mengalahkan pasar.
  3. Risiko tidak didasarkan pada harga; risiko didasarkan pada nilai ekonomi.
  4. Portofolio optimal adalah portofolio fokus yang menekankan pertaruhan besar pada kejadian-kejadian berprobalilitas tinggi yang berlawanan dengan pertaruhan dengan bobot sama pada campuran keranjang probabilitas.

(hal 125)

Bukti dari Sejarah Baru

Dalam suatu penelitian riset yang dilakukan Robert G. Hagstrom bersama Joan Lamm Tennant, PhD, Wakil Presiden General Re Corporation yang mendeskripsikan dalam suatu monograf berjudul “focus Investing: An Alternative to Active Management versus Indexing.” Membuka fakta bahwa investor fokus adalah cara baru yang layak dijadikan panduan investor dalam melakukan gaya investasi. Mereka menyertakan 1.200 perusahaan yang menunjukan data terukur, meliputi penerimaan, laba, dan keuntungan alias ekuitas. Lalu mereka memerintahkan komputer untuk secara acak menyusun, dari 1.200 perusahaan ini, 12.000 portofolio dari berbagai ukuran:

  1. 3.000 portofolio yang meliputi 250 saham
  2. 3.000 portofolio yang meliputi 100 saham
  3. 3.000 portofolio yang meliputi 50 saham
  4. 3.000 portofolio yang meliputi 15 saham

Dari riset ini menemukan satu temuan kunci: di tiap kasus, ketika kita mengurangi jumlah saham dalam suatu portofolio, kita mulai meningkatkan probabilitas mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan keuntungan pasar.
dan berikut ini adalah hal yang dapat kita temukan:

  1. Di antara portofolio 250 saham, keuntungan terbaik adalah 16,0% dan terburuk adalah 11,4%.
  2. Di antara portofolio 100 saham, keuntungan terbaik adalah 18,3% dan terburuk adalah 10,0%.
  3. Di antara portofolio 50 saham, keuntungan terbaik adalah 19,1% dan terburuk adalah 8,6%.
  4. Di antara portofolio 15 saham, keuntungan terbaik adalah 26,6% dan terburuk adalah 4,4%.

(hal 127)

Hasil ini membawa kita pada dua kesimpulan yang tidak akan dipatahkan:

  1. Kiya memiliki peluang yang jauh lebih tinggi untuk lebih baik dibandingkan pasar dengan portofolio fokus.
  2. Kita juga memiliki peluang yang jauh lebih tinggi untuk lebih buruk dibandingkan pasar dengan portofolio pasar efisien.

Untuk memperkuat kesimpulan pertama bagi mereka yang skeptis, ditemukan beberapa statistik luar biasa ketika data portofolio disortir selama sepuluh tahun:

  • Dari 3.000 portofolio 15 saham, 808 mengalahkan pasar
  • Dari 3.000 portofolio 50 saham, 549 mengalahkan pasar
  • Dari 3.000 portofolio 100 saham, 337 mengalahkan pasar
  • Dari 3.000 portofolio 250 saham, 63 mengalahkan pasar

(hal 128)

Pengetahuan dan pengalaman kita jelas terbatas, dan kapan pun itu, secara pribadi saya jarang merasa bisa yakin sepenuhnya pada lebih dari dua atau tiga perusahaan.

Penjelasan sederhana mengenai investasi fokus maksudnya hanyalah memilih sedikit saham yang cenderung menghasilkan keuntungan diatas rata-rata selama jangka panjang, konsentrasikan besarnya investasi Anda dalam saham-saham yang secara analisis fundamental memiliki kekuatan keuangan yang hebat, di bawah nilai intrinsiknya, dan pertahankan dengan kuat saham-saham itu selama pergolakan pasar apa pun yang berjangka pendek dengan mengambil bagian 5-15% dan dengan holding period minimal 2 tahun.

(hal 129)

jika Anda adalah investor yang cukup paham, mampu memahami ekonomi bisnis dan menemukan lima hingga sepuluh perusahaan yang dihargai secara masuk akal yang memiliki keunggulan bersaing jangka panjang penting, portofolio aktif (kegiatan spekulasi) tidak masuk akal dengan Anda.”

Terbukti dia membatasi portofolionya hingga lebih sedikit dari sepuluh perusahaan, di mana tiga atau empat sering mewakili 75% dari investasi totalnya.

Begitu juga dengan Siregar Capital Investment. Saya selalu membatasi portofolio saya dengan lima sampai enam perusahaan dengan analisis saya sendiri yang secara fundamental sangat kuat sekaligus dihargai di bawah nilai intrinsiknya.

(hal 130)

setiap kamu memperjuangkan kebenaran,orang-orang akan mengabaikanmu, lalu memusuhimu, lalu mengejekmu, lalu memusuhimu. Tapi, kamu pasti menang…

Memang tidak gampang menjadi berbeda dari setiap kebanyakan pemain bursa.

(hal 133)

Bab 4

Behind the Scene

Baik,  sekarang bagaimana dengan contoh perusahaan PT. Arwana Citramulia Tbk. (ARNA). Apakah Anda pernah mengetahui perusahaan ini? Atau mungkin saja menggunakan produknya? Perusahaan Arwana bergerak pada bidang manufaktur keramik, yang tentu secara kasat mata merupakan bidang industri yang tidak terlalu diminati pasar. Tetapi siapa sangka, perolehan angka Arwana mampu mengejutkan para investor saham yang sebelumnya tidak menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Apa angka ini cukup dapat memuaskan Anda?

(hal 141)

Mencari waktu yang tepat untuk menjadi bagian dari perusahaan yang hebat

(hal 144)

Perhatikan ini:

Semakin panjang Length of Holding Period seorang investor, maka semakin kecil risiko investasinya. Kenapa? Tentu saja, jika Anda memiliki Staying Power yang cukup panjang, maka Anda memiliki kemampuan untuk menunggu hingga pasar pulih kembali. Sebaliknya, jika seorang investor (atau spekulator) memiliki Staying Power yang pendek, maka pasti spekulator tersebut memiliki kewajiban pengeluaran uang dalam jangka waktu yang pendek, seperti cicilan rumah, mobil, uang belanja istri, tagihan kartu kredit, dan uang jajan anak. Kesimpulannya, menurut sumber, jika Anda memiliki Holding Period selama setahun, maka rata-rata imbal hasil tahunan yang Anda peroleh berkisar dari 53% hingga rugi 27%. Sebaliknya jika Holding Period selama 10 tahun, rentang rata-rata imbal hasil tahunan berkisar antara 1%-19% (bahkan untuk rentang 25 tahun, rata-rata imbal hasil tahunan berkisar 8-13%).

(hal 148)

Strategi #2: Membeli Perusahaan ketika Kondisi Pasar ragu dengan pesimistis berita (Berita Memburuk)

Strategi kedua dari Timing saat membeli sebuah perusahaan adalah ketika Anda cukup banyak mendengar, membaca, dan melihat berita yang memberikan sudut pandang negatif mengenai kondisi pasar, ekonomi, negara, industri, dan sebagainya.

(hal 154)

Namun, dari seluruh investor yang mengikuti berita arus tersebut dan menjual saham karena pasar berfluktuatif serta tidak adanya kejelasan tetap pasar saham, Kingvestor melakukan sebaliknya pada saat Kampanye, yaitu membeli saham pada saat Kampanye!

(hal 157)

Kesimpulan dari pemahaman ini adalah Kingvestor membeli saham dalam jumlah besar pada saat kampanye dimana Pemilu Presiden dilakukan! Anda dapat melakukan ini setiap lima tahun sekali. Jadi, ada baiknya merencanakan anggaran besar untuk lima tahun kedepan sebelum Pemilu dilaksanakan untuk membeli saham pada saat yang tepat, harga yang tepat, dan posisi yang tepat.

(hal 160)

Lalu setelah menyelesaikan analisis saya, guys, saya menemukan satu saham perfect dari sektor otomotif yang akan menjadi bagian dari portofolio Siregar Investama. Anda sudah tahu? Yap perusahaan ini adalah PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM).

(hal 182)

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa otak manusia mendeteksi dan mempersepsi pola yang ada di dalam kegiatan sehari-hari kita. Lalu, ketika menghadapi situasi baru, kita dapat menebak hasilnya karena kita sudah pernah melihat pola yang sama sebelumnya. Saya sangat terbiasa menganalisis dan menghitung nilai intrinsik suatu saham. Saya tahu, bagaimana perusahaan hebat dihargai undervalued atau overvalued.

(hal 184)

Jadi ingat saja, jika saham Anda mencapai 30% ke atas lebih cepat dari setahun, Anda dapat melakukan penjualan bersih atas saham yang Anda pegang untuk mencegah penurunan lagi.

(hal 186)

Dalam jangka panjang, SMGR memberikan kepastian keuntungan bagi para pemegang sahamnya. Get it?

(hal 189)

Ini berbicara mengenai suatu konsep pemahaman yang amat sederhana, yaitu mencari perusahaan baik, yang di kelola dengan orang-orang yang jujur serta cerdas, dengan menggunakan prinsip investasi fokus, dan memiliki prospek masa depan yang baik (seperti yang ada dalam piramida Kingvestor).

(hal 190-191)

Bab 5

Qualified Investor

Jika kita berasumsi bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia pada memperoleh gaji sebesar Rp3.750.000 per bulan (berdasarkan data rata-rata penghasilan penduduk indonesia) selama sama kerja empat puluh tahun (asumsi rata-rata memulai kerja di umur 25 sebelum pensiun pada umur 65), maka total kekayaan Anda adalah Rp45.000.000 per tahun dan Rp1.800.000.000 (1,8 Miliar) seumur hidup. Angka ini belum dikurangi dengan biaya-biaya selama Anda hidup, maka secara rata-rata manusia hidup, bekerja, dan menikmati kesejahteraan dengan kekayaan kotor Rp1,8 miliar seumur hidupnya.

Sekarang mari kita perhatikan kembali data rata-rata Tingkat Imbal Hasil Investasi di Bursa Dunia seperti yang sudah terlampir di awal, bahwa tingkat return IHSG per tahun 2014 adalah 28,08%, kita mencoba menghitung jika Anda menempatkan simpanan Rp375.000 Anda per bulan atau Rp4.500.000 juta per tahun dengan rata-rata return sebesar 28,08% (yang tertinggi pada bursa Dunia!), maka Anda dapat melipatgandakan keuntungan Anda pada tahun berikutnya menjadi Rp5.763.600!, dan dalam 40 tahun, total dana yang akan Anda peroleh dari kegiatan investasi ini adalah Rp89.632.450.550.

(hal 194-195)

Kenapa tidak, masa-masa SMA (menurut saya) tidak banyak menuntut kita menjadi seorang manusia seutuhnya.

(hal 198)

Seperti Rebecca Bloomwood dalam film confessions of a Shopaholic, seorang penggila belanja dan penggila kartu kredit, generasi muda zaman ini berubah menjadi sangat bar-bar dalam hal berbelanja.

Belum lagi adanya tulisan merah, yang selalu hadir di hari besar atau akhir tahun, yang kita kenal “diskon”, seakan menghipnotis setiap anak muda (tak terkecuali pria) untuk menjadi Rebecca baru.

(hal 199)

Dalam waktu 33 tahun, keuntungan Anda telah meningkat lebih dari 1.000x lipat!

(hal 203)

Bahkan menurut Robert Kiyosaki, kebanyakan orang tidak bisa menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini bukanlah seberapa banyak yang bisa Anda hasilkan, melainkan berapa banyak uang yang Anda simpan.

(hal 208)

Bab 6

Sinonim Saham: Gagasan + Cinta

“kebaikan dalam kata-kata menciptakan keyakinan.
Kebaikan dalam berpikir menciptakan kebesaran.
Kebaikan dalam memberi menciptakan cinta”

(hal 214)

Bab 7

Fakta Sesungguhnya yang Harus Diketahui Kingvestor

Tahun 1993, di Pasar Modal Indonesia sudah dikenakan suatu kewajiban yang bernama pajak untuk keuntungan yang berasal dari jual beli saham. Dulu tarifnya masih 15%, 25%, dan 35%.

(hal 227)

Dengan keluarnya peraturan Pemerintah (PP) No. 41/1994 yang isinya tidak dikenakannya pajak sebesar 15-35% atas setiap transaksi dari setiap pembelian dan penjualan saham. Tapi pemerintah tidak mau kalah. Sebagai gantinya, dari setiap penjualan saham akan dikenakan pajak transaksi penjualan dengan tarif final sebesar 0,1%. Berbeda dengan pemegang saham pendiri, setiap penjualan saham akan dikenakan tarif pajak penjualan sebesar 5%.

(hal 228)

Saya suka cara dan strategi pemerintah yang begitu cerdiknya. Kenyataan lainnya, Pemerintah memberikan fasilitas bebas pajak bila: Anda melakukan investasi dalam reksadana, dan dana investasi tersebut diinvestasikan dalam obligasi Pemerintah. Berdasarkan UU yang berlaku, hasil investasi Anda dinyatakan bebas tarif (0%).

(hal 229)

 Yang kaya bertambah kaya, yang miskin bertambah miskin. Yang kaya berpikir, yang miskin menerima dan tidak mengetahuinya.

(hal 232)

Dalam penelitian Thomas J. Stanley Ph.D., seperti yang tertuang pada bukunya menyimpulkan bahwa: para dekamiliarder cenderung kurang menganggap bahwa penasihat kredit investasi (Broker atau Manajer Investasi) adalah sumber kesuksesan ekonomi mereka. Menurut data, hanya 11 persen dari para miliarder menyatakan bahwa “memiliki penasihat investasi yang sangat bagus” merupakan faktor yang sangat penting untuk menciptakan kesuksesan finansial mereka. Sebaliknya, 35 persen dari para miliarder meyakini bahwa “berinvestasi dengan bijak” merupakan faktor yang sangat penting. Dan setelah diteliti lebih lanjut, pialang saham (broker) itu hanya ahli menjual, dan apabila mereka menghabiskan waktunya hanya untuk menjadi ahli jual, maka hanya sedikit waktu yang tersisa untuk mempelajari kesempatan berinvestasi.

(hal 252)

Belajar dari yang terbaik adalah suatu proses bermata dua; dia adalah sebuah keistimewaan dan tanggung jawab. Kita menerima kearifan dari mereka yang hidup sebelum kita, ini keistimewaan kita. Kemudian, kita meneruskannya kepada mereka yang datang setelah kita, itulah tanggung jawab kita.”

Robert G. Hagstrom

(hal 261)

Artikel Terkait

Pedoman Lengkap Legal Due Diligence dan Legal Opinion dalam Rangka Initial Public Offering oleh Mario W. Sutantoputra dan Sarmauli Simangunsong

Happy Investing Temukan Rahasia Sukses Berinvestasi di Pasar Saham oleh Jhon Veter

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!