Tujuh Nilai Moral Universal

oleh Chandra Natadipurba

Ada kenalan baik Anda tergopoh-gopoh. Ia bersembunyi di rumah Anda. Ketakutan. Ada orang mencarinya untuk memukulinya. Padahal Anda tahu betul ia tak bersalah. Orang yang mencarinya mengetuk pintu rumah Anda. Bertanya. Mencarinya. Apakah Anda harus jujur?

Akal sehat Anda pasti menyuruh Anda bohong.

Lho bukannya kita harus selalu jujur dalam segala situasi?

Ternyata tidak.

Jujur itu bukan nilai universal.

Setidaknya itu temuan 3 peneliti cerdik. Oliver Scott Curry, Daniel Austin Mullins, dan Harvey Whitehouse dari Universitas of Oxford.

Para peneliti menggunakan analisis konten. Analisis konten ini berasal dari catatan etnografi dari 60 masyarakat di seluruh dunia. Tersebar dari Inuit di Amerika utara hingga Aranda di Australia. Dari Yanoama di Brasil hingga Hokkien di Taiwan.

Analisis konten secara awam adalah metode untuk memahami dan menafsirkan isi dari suatu teks, gambar, atau media lainnya. Para analis mengelompokkan dan menghitung tema, ide, kata, atau konsep yang muncul secara berulang. Tujuan utamanya adalah menemukan pola atau tren yang mungkin tidak terlihat secara langsung.

Bayangkan kamu membaca banyak artikel, buku, atau bahkan melihat film, lalu mencatat hal-hal yang sering muncul, seperti kata-kata tertentu, karakteristik, atau nilai-nilai. Dari situ, kamu bisa mengetahui apa yang dianggap penting oleh penulis atau masyarakat. Misalnya, jika dalam banyak buku atau film sering muncul kata “keadilan,” maka bisa disimpulkan bahwa konsep keadilan menjadi tema penting.

Analisis konten sering digunakan dalam penelitian sosial untuk memahami pesan yang disampaikan dalam media, budaya, atau komunikasi, dan cara masyarakat mengungkapkan nilai atau pandangan mereka.

Nah, setelah melakukan analisis konten atas data etnografi itu, mereka menemukan 7 nilai yang diterima secara universal di 60 masyarakat tersebut.

Apa saja? Dan kenapa kejujuran tak termasuk?

1. Alokasi sumberdaya pada saudara (membela keluarga)

Ikatan genetik rupanya kuat dan berakar dalam sejarah manusia, terutama membela keturunan (anak atau cucu). Penjelasannya sederhana sekali. Ia yang abai pada keturunannya, anaknya mati dan gennya tak terwariskan. Kita adalah keturunan dari nenek moyang yang peduli sama keturunannya.

Nenek moyang yang tak peduli, tak memiliki keturunan. Dalam serial fiksi Game of Thrones, motif untuk mengharumkan nama keluarga dan berkuasa di atas klan lain dominan sekali. Misalnya dalam strategi keluarga Lannister. Mereka bisa menghalalkan segala cara agar klan Lannister terus menjadi yang paling kaya dan berkuasa di seantero Westeros.

2. Kerjasama saling menguntungkan (solidaritas kelompok)

Selain ikatan genetik, kita disatukan oleh persamaan kepentingan. Untuk bertahan hidup dan berkembangbiak, kita memerlukan kerjasama dengan orang lain. Termasuk dengan yang tidak bertalian gen dengan kita. Tindakan pro kerjasama menguntungkan. Tindakan curang dicaci, yaitu sesuatu yang membuat kerjasama antar manusia batal. Inilah kenapa pengkhianatan dianggap secara universal cacat moral. Karena pengkhianatan menghancurkan pondasi kerjasama antar manusia.

3. Saling menolong (resiprokalitas)

Kalau Anda berutang budi, Anda punya kecenderungan membalas utang budi itu. Ini yang menjelaskan kenapa Presiden memilih menteri dari orang yang pernah membantunya. Tim sukses kampanyenya, misalnya. Pejabat memberikan konsesi atau hak istimewa pada orang yang pernah membantunya di masa lalu.

4. Resolusi konflik dengan keberanian

Salah satu cara menyelesaikan konflik adalah bertarung. Terutama ketika jalan damai tak lagi ditempuh.

Dan syarat mutlak pertarungan adalah keberanian. Itulah mengapa keberanian dipuji dalam berbagai syair, dongeng dan cerita. Illiad oleh Homer misalnya adalah epos kepahlawanan terutama tentang keberanian. Dan sebaliknya, kepengecutan dibenci.

5. Resolusi konflik dengan kasih sayang

Kekerasan adalah modus lazim penyelesaian konflik. Tapi dalam sejarah, manusia sebenarnya lebih cinta perdamaian. Perang dan kekerasan itu mahal. Baik harta dan jiwa. Makanya setiap upaya penyelesaian konflik melalui jalan damai dipuji. Karena itu lebih murah, mudah dan tidak banyak makan korban.

6. Pembagian yang adil

Pemimpin punya hak membagi sumberdaya. Pemimpin dicinta kalau sumberdaya itu dibagi adil.

Sumberdaya itu banyak. Uang, kuasa, pengaruh, benda dan lain sebagainya. Pemimpin dibenci jika tak adil, terutama dalam pembagian sumberdaya. Pemimpin yang terlalu pro keluarganya dalam pembagian sumberdaya, akan dibenci. Karena ia melanggar prinsip keenam ini. Kenapa? Pembagian yang adil menjamin berkurangnya konflik. Pemimpin yang tidak adil membuat konflik antar faksi dalam kelompoknya. Konflik membuat peluang mereka untuk punah cukup besar.

7. Menghargai milik orang lain.

Jangan ganggu istri orang. Jangan masuk rumah orang tanpa izin. Jangan ambil harta orang lain. Ini hukum universal terakhir. Istri, rumah, harta adalah hasil jerih payah seseorang. Makanya, mengambil milik orang lain dikecam secara universal. Kita tetap bisa memahami (tak berarti harus membenarkan) pembunuhan yang dilakukan suami kepada pria lain yang mengambil istrinya. Karena kita tahu, mengambil istri orang lain itu cacat moral.

Kenapa kejujuran tak termasuk? Karena kejujuran membabi buta bisa berkonflik dengan tujuh nilai ini.

Itulah mengapa kita tak bisa mengandalkan keterangan seorang ayah di persidangan yang sedang mengadili anaknya. Dia cenderung akan berbohong untuk menutupi kejahatan anaknya. Ada pengecualian tentu saja, tapi secara umum ini benar.

Inti dari kenapa tujuh aturan ini eksis adalah karena moralitas merupakan cara yang efektif dan efisien untuk bekerja sama di antara manusia. Masyarakat yang gagal bekerja sama akan punah.

Manusia membutuhkan kerja sama untuk bertahan hidup melawan alam dan makhluk lainnya, serta untuk bereproduksi. Kita adalah keturunan dari orang-orang dahulu yang menjunjung tujuh moral universal ini.

Mengetahui tujuh nilai moral universal ini memberikan wawasan penting dalam memahami dinamika sosial. Pengetahuan ini juga bisa dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bisnis, karier, dan politik.

1. Bagaimana Pebisnis Menggunakan Pengetahuan Tentang 7 Nilai Moral Universal untuk Menjual Lebih Banyak?

Contoh 1: Pebisnis dapat menggunakan prinsip kerjasama saling menguntungkan dalam membangun hubungan yang erat dengan pelanggan. Dengan menawarkan program loyalitas yang memberikan keuntungan berkelanjutan bagi konsumen, bisnis dapat menciptakan rasa timbal balik, yang pada akhirnya mendorong pelanggan untuk terus membeli produk mereka.

Contoh 2: Prinsip membela keluarga dapat diterapkan dengan menjual produk atau layanan yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota keluarga. Misalnya, iklan produk kesehatan sering kali menekankan bagaimana produk tersebut akan melindungi keluarga Anda, menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan calon konsumen.

2. Bagaimana Pekerja yang Sedang Meniti Karier Menggunakan Pengetahuan Tentang 7 Nilai Moral Universal untuk Menapaki Jenjang Karier Lebih Tinggi?

Contoh 1: Dengan memahami prinsip resiprokalitas, seorang pekerja dapat memastikan untuk selalu membalas bantuan rekan kerja dan atasan. Ketika seseorang merasa bahwa bantuannya dihargai dan akan dibalas, mereka lebih cenderung membantu di masa depan, yang bisa membuka peluang karier lebih luas.

Contoh 2: Menunjukkan keberanian dalam mengambil tanggung jawab dan risiko adalah kualitas yang dihargai di tempat kerja. Pekerja yang mampu mengatasi tantangan dan menunjukkan keberanian dalam menghadapi masalah sering kali dipromosikan lebih cepat.

Contoh 3: Pekerja yang memahami pentingnya pembagian yang adil bisa memastikan bahwa mereka berkontribusi secara adil dalam tim. Dengan cara ini, mereka menunjukkan diri sebagai anggota tim yang andal dan dapat diandalkan, yang berpotensi menarik perhatian atasan.

3. Bagaimana Politisi yang Sedang Bersaing dalam Pemilihan Umum Menggunakan Pengetahuan Tentang 7 Nilai Moral Universal untuk Memperoleh Lebih Banyak Suara?

Contoh 1: Seorang politisi dapat memanfaatkan prinsip saling menolong dengan menekankan program-program kebijakan yang berfokus pada bantuan sosial, subsidi, atau kesejahteraan masyarakat. Pemilih akan merasa terikat dengan politisi yang terlihat peduli dan siap membantu mereka.

Contoh 2: Prinsip pembagian yang adil dapat digunakan oleh politisi untuk menggaet dukungan dari berbagai kelompok dengan berjanji akan membagikan sumber daya secara adil, termasuk pembagian lapangan kerja, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Artikel Terkait

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!